23 Jan 2014

Entrepreneur sukses harus bisa mengelola uang, waktu dan stress


Ada hal yang menarik dan ingin saya share setelah membaca buku "Entrepreneurship Quizzess" yang ditulis oleh John J. Liptak. Buku ini isinya banyak tentang kuesioner untuk mengukur tingkat entrepreneurship seseorang termasuk di antaranya adalah skills atau ketrampilan yang dibutuhkan oleh seorang entrepreneur.

Menurut John J. Liptak, ada tiga ketrampilan dasar yang dibutuhkan seorang entrepreneur, yakni:
1. Ketrampilan mengelola uang
2. Ketrampilan mengelola waktu
3. Ketrampilan mengelola stress

Membaca hal ini membuat saya berpikir ulang. Benar juga apa yang dijabarkan oleh penulis buku itu. Banyak kegagalan bisnis dari seorang entrepreneur karena tiga hal ini. Misalnya karena kurang pandai mengelola uang, membuat cash flow jadi tersendat. Mengelola keuangan memang bukan hal mudah. Ada orang yang karena mendapat uang banyak lalu gaya hidupnya berubah menjadi lebih boros. Atau karena dia lemah mengelola keuangannya, maka terjadi kebocoran di sana sini yang membuatnya rugi.

Mengelola waktu juga merupakan hal yang penting. Sikap menunda pekerjaan, berpikiran selalu masih ada hari esok, merupakan hambatan dari dalam diri yang besar pengaruhnya terhadap usaha yang dijalankan. Ini berkaitan dengan kedisiplinan dan juga bagaimana mengatur waktu yang ada. Banyak entrepreneur yang tidak bisa mengelola waktu dengan baik sehingga menjadi sangat kelelahan atau sebaliknya membuang waktu untuk hal yang bukan prioritas.

Hal yang ketiga, seorang entrepreneur juga harus memiliki ketrampilan mampu mengelola stress. Setiap orang butuh stress untuk produktivitasnya. Jika tanpa stress sama sekali, pasti juga kurang produktif. Namun terlalu banyak stress, orang juga tidak akan bisa bekerja dengan baik. Di sinilah butuh ketrampilan untuk bisa mengelola stress. Tentu, sebagai entrepreneur pasti mengalami stress yang tinggi. Bagaimana kita menghadapi resiko, walaupun sudah kita perhitungkan, namun tetap saja resiko selalu ada. Kalau kita tidak pandai mengelola stress, maka hal ini akan membuat diri kita mudah menyerah dan akhirnya mempengaruhi bisnis kita.

Memang, pasti banyak ketrampilan lain yang dibutuhkan dari seorang entrepreneur. Sebut saja misalnya ketrampilan menjual. Namun saya sangat setuju dengan John J. Liptak, bahwa ketiga hal yang disebutkan tadi, yakni ketrampilan mengelola uang, waktu dan stress, adalah hal yang paling utama dari seorang entrepreneur. Mari kita introspeksi, apakah ketiga ketrampilan ini sudah kita miliki dengan baik atau masih harus ditingkatkan.

Salam entrepreneur, semoga bermanfaat.

17 Jan 2014

3 Masalah Dalam Mengembangkan Wirausaha

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar menguraikan tiga masalah yang membuat pengembangan wirausaha di Indonesia cukup tersendat. Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia hanya 400.000 orang jauh dari jumlah yang diharapkan yang idealnya mempunyai 2 juta wirausaha.

"Tersendatnya wirausaha di Indonesia karena tiga persoalan pokok," kata Muhaimin di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Selasa (25/12/2012).

Faktor pertama yang menghambat adalah banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia. Dengan banyak masuk barang impor secara otomatis mengganggu sisi kreatifitas calon wirausaha baru di Indonesia.

"Barang impor banyak dan merajalela dan menutup sisi kreatif. Seperti Industri pengganti gula sekarang ini muncul pemanis dari bahan singkong. Ini dari Amerika dan Cargill yang membuat. Mereka berproduksi di Indonesia tetapi untuk jual ke Indonesia. Kepada para calon wirausaha mengerti betul peluang ini," jelas Muhaimin.

Faktor lain yang menjadi penghambat adalah permodalan. Menurut Muhaimin faktor ini sangat penting untuk membantu wirausaha menjadi berkembang.

"Problem kita itu permodalan yang mudah dan cepat dan menimbulkan perputaran yang saling percaya melalui KUR. Tetapi pada tingkat penetapan bunga dan pertumbuhan masih sulit. Akses kepada perbankan dan permodalan harus didapat. Karena kita mempunyai keunggulan pada industri kreatif," imbuhnya.

Faktor yang ketiga adalah kesenjangan antara kurikulum formal dengan keahlian siswa. Muhaimin telah mengkoordinasikan masalah ini dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M.Nuh untuk menyiapkan kurikulum pendidikan yang mendekatkan pendidikan dengan keahlian yang dimiliki oleh peserta didik.

"Problem penyiapan kurikulum pendidikan yang formal dan keahlian peserta didik harus dilakukan. Saya sudah berbicara dengan M.Nuh yang saat ini hubungan lulusan pendidikan formal dengan kebutuhan tenaga kerja ada kesenjangan. Kita harus dekatkan dan perbaiki hal-hal ini," tandas Muhaimin.
(wij/ang)

Sumber: Finance Detik

9 Jan 2014

Bingung cari lokasi... lokasi ramai tapi mahal, murah namun sepi...


Anda mau memulai bisnis sendiri, tentu jika berawal sebagai usaha kecil dengan modal tak seberapa sering jadi dilemma ketika memilih lokasi. Inginnya membuka usaha di tempat yang ramai tapi biasanya di lokasi itu, harga sewa atau jika mau beli ruko, akan mahal sekali. Tapi jika memilih yang murah, resikonya nanti sepi sehingga kerugian yang bakal didapat.

Ketakutan membeli/sewa rumah yang di jalan ramai karena mahal, sehingga membeli atau sewa rumah yang lebih murah di tempat sepi bisa menjadi kesalahan fatal kalau tidak dicermati dengan baik. Artinya, sebenarnya Anda tetap bisa berbisnis di lokasi yang semula dianggap sepi. Namun yang harus dilakukan adalah memilih strategi yang tepat. Ada tiga tipe strategi bisnis yang bisa dipilih berdasarkan teori strategi generic dari Porter:

1. Cost leadership
2. Differentiation
3. Focus.

Nah, kalau anda berbisnis di tempat sepi, maka salah satu harus dipilih. Misalnya Anda berbisnis bengkel motor, maka Anda bisa memilih menjadi bengkel motor yang dikenal murah tapi tetap bagus. Ini bisa membuat orang rela datang ke tempat Anda walau jauh. Jadi kuncinya adalah murah. Di sini Anda harus bisa membuat biaya operasional usaha Anda rendah sehingga anda tetap untung. Dengan kata lain, untung sedikit dari tiap pelanggan tak apa asal dapat banyak pelanggan. Untuk itu, mungkin meski tempatnya sepi, tapi anda perlu menyewa tempat yang agak luas dan mempekerjakan banyak montir sehingga bisa melayani banyak pelanggan dengan cepat dan baik.

Kedua, anda bisa memilih strategi differentiation, yaitu berbeda. Apa yang membedakan Anda dengan bengkel lain.Pelanggan akan datang ke tempat Anda karena Anda berbeda atau bengkel anda sengaja dipositioningkan sebagai bengkel khusus untuk motor besar atau merk khusus atau hal inovatif lain yang bisa anda pikirkan .

Ketiga fokus, artinya menyediakan jasa yang memenuhi keperluan dikhususkan pada sejumlah kelompok kecil konsumen. Ini berarti fokus pada segmen pasar tertentu. Misalnya, apakah Anda mau mensasar segmen pasar mahasiswa? Atau misalnya mau khusus pasar perempuan? Mungkin dengan begitu, Anda akan membuat bengkel anda tampil memyenangkan bagi perempuan (ada ruang tunggu dengan bacaan majalah wanita, dan lainnya... ) Kekhususan pasar ini harus dibuat untuk membuat positioning yang diingat oleh pelanggan Anda.

Sebagai contoh, TB Toga Mas ketika bersaing dengan TB yang sudah ada seperti Gramedia, melakukan strategi di atas. Dia menjual lebih murah (positioning sebagai toko buku diskon),

Kalau Anda sudah dikenal, lokasi yang jauh atau semula dianggap sepi atau tidak strategis, itu bukan lagi jadi masalah.

5 Jan 2014

Lokasi penting, tapi jangan jadi halangan jika merasa tidak strategis



Bila ada ragu tempat atau lokasi yang dimiliki jauh dari jalan raya atau dianggap tidak strategis, warung lesehan ayam goreng pak Sholeh ini membuktikan sebaliknya. Walau tidak di tengah kota, bahkan masih masuk sekitar 1,5 km dari jalan raya antar kota yang tidak terlalu ramai (Pandaan - Bangil), tapi ketika sampai di sana, banyak sekali mobil dan motor parkir serta warung lesehannya sangat penuh.

Umur usahanya juga sudah lebih dari sepuluh tahun dan kini selain di tempat asalnya ini, juga ada dua cabang lain. Dulu juga pernah diterpa isu miring namun tetap bertahan. Pengusaha memang harus persisten dan mampu mengembangkan serta mengelola usahanya dengan baik. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah sandaran tempat lesehannya dibuat miring sehingga enak untuk bersandar.


Pinggiran lesehan dibuat miring agar enak untuk duduk bersandar


1 Jan 2014

Bagaimana kita menggunakan uang?

Dulu saya pernah baca di majalah World Executive's Digest, yang menggolongkan 4 tipe manusia dalam hal menggunakan uang.

  1. Tipe kapitalis, tipe ini suka menimbun kekayaan/uang, hidupnya sederhana, uangnya banyak disimpan. Suka berinvestasi, membuat uangnya menjadi lebih banyak lagi.
  2. Tipe materialis, tipe ini suka membeli macam-macam barang-barang untuk memenuhi rumahnya. Dia suka memiliki barang, bahkan kalau sudah terobsesi dengan barang, bisa susah tidur. Kalau sudah begini, seandainya tidak punya uang, seringkali akhirnya membeli dengan berutang (pakai kartu kredit). Yang sulit adalah jika memiliki gangguan compulsive buying. Tidak bisa mengendalikan diri saat belanja.
  3. Tipe hedonis, tipe ini suka menikmati hidup, pleasure adalah kata kuncinya, kenikmatan. Entah kuliner, wisata, pokoknya hidup untuk dinikmati. Ini juga sama, kalau sudah tidak punya uang, jalan keluarnya adalah utang. Tipe ini menggunakan banyak uangnya untuk hobby.
  4. Tipe nasib buruk, tipe ini walau sudah kerja keras, tapi nggak punya uang, nggak bisa beli barang, dan nggak bisa menikmati hidup, atau terjerat utang. Dengan kata lain, pendapatannya hanya cukup untuk hidup sehari-hari saja atau ada beban yang harus ditanggung (misal ada yang sakit, terlibat masalah hukum, kena musibah, dll).

Tidak ada yang salah dengan tipe 1, 2 dan 3, selama uang yang diperoleh halal dan dilakukan dengan kendali diri yang baik sehingga tidak membuat diri terjerat masalah utang.

Termasuk manakah kita?

Kekuatan Brand

Kekuatan brand itu luar biasa. Anda bisa melakukan sebuah eksperimen, dengan membeli satu botol coca cola dan satu pepsi cola. Tapi kemudian tukarlah isinya, di mana isi coca cola dimasukkan ke dalam botol pepsi dan sebaliknya. Lalu, ketika ada tamu, cobalah bertanya, mana yang lebih enak. Mereka diminta mencicipi isi dari botol coca cola (yang isinya pepsi) dan isi dari botol pepsi (yang isinya coca cola). Minta mereka untuk menyebutkan kelebihan yang satu dari yang lain. Lalu secara umum, mana yang lebih enak.

Eksperimen akan menghasilkan mayoritas akan mengatakan isi dari botol coca cola, lebih enak.

Lalu, kalau mereka menjawab isi dari botol coca cola lebih enak, beritahukan kepada mereka bahwa sesungguhnya isinya adalah pepsi, dan minta mereka untuk mencicipi sekali lagi. Apakah jawaban mereka sama? Atau berubah?

Belajar dari hal ini, buatlah brand/merk yang baik dan tanamkan pada benak pelanggan Anda bahwa brand Anda adalah yang terbaik dan disukai.

Salam entrepreneur!

Popular Posts