25 Mar 2016
5 Hal Penyebab orang batal jadi entrepreneur
Tidak semua orang cocok jadi entrepreneur. Kalau Anda memang ingin menjadi seorang entrepreneur, perlu mempersiapkan mental dengan baik. Saya membaca artikel yang ditulis oleh Jason Scott Earl tentang 5 alasan untuk tidak bekerja ke seorang entrepreneur. Namun dari artikel ini, saya timbul pemikiran bahwa menjadi entrepreneur juga banyak halangannya. Jadi, kalau tidak kuat mental, sebaiknya jangan jadi entrepreneur.
Biasanya artikel yang ada tentang apa keuntungan dan enaknya jadi entrepreneur... Ini malah sebaliknya, jadi entrepreneur itu tidak enak. Banyak yang sudah jadi pengusaha, akhirnya memilih menjadi pegawai lagi setelah merasakan tidak nyamannya jadi entrepreneur. Ini 5 alasannya...
Pertama adalah "Control", seorang entrepreneur harus mengatur semuanya sendiri. Jadi pegawai lebih enak karena bukan dia yang harus mengendalikan semuanya. Menhadi entrepreneur akan terasa punya beban besar, terutama bagi yang merasa bukan dirinya yang harus mengatur semuanya.
Oleh karena itu, kalau mau jadi pengusaha, harus siap memikul tanggung jawab ini. Seorang perempuan yang ingin jadi entrepreneur tidak perlu berpikir bahwa harus suami yang mengatur semuanya. Harus berani, mau dan siap jadi pengendali. Kalau tidak siap, sebaiknya jangan jadi entrepreneur.
Nah yang kedua adalah "Pengkhianatan". Di artikel yang ditulis oleh Jason Scott Earl, tidak enaknya jadi pegawai juga bisa dikhianati sang boss. Memang, konflik bisa saja terjadi pada siapa saja. Semua merasa benar dan menganggap orang lain yang salah. Entrepreneur dalam perjalanannya juga pasti akan mengalami hal ini, yakni dikhianati orang lain. Entah pegawainya, entah suppliernya, entah pelanggannya atau bahkan mitranya sendiri.
Kalau Anda tidak tahan akan pengkhianatan, Anda akan stress berat dan menyerah.
Pasti yang sudah merasakan jadi pengusaha, pernah mengalami dikhianati... Atau mungkin juga mengkhianati tanpa sadar, sebab kalau kita yang mengkhianati, biasanya kita tidak sadar atau tidak merasa salah..
Jadi, percaya pada orang lain itu bagus, tapi jangan terlalu percaya buta. Di sisi lain, kita tetap perlu menjaga kepercayaan orang lain. Namun kemungkinan dikhianati tetap ada. Bagi yang tidak tahan keadaan ini, pasti menyerah. Dikhianati anak buah, teman sendiri, itu pasti terjadi. Tapi kalau tidak bisa “move on” ya akan kecewa berat. Harus bisa maju terus, jadikan pelajaran, tidak perlu kepikiran terus. Hadapi masa depan. Tapi ingat... Kadang kita juga mungkin mengkhianati orang lain, teman, anak buah, tanpa kita sadari... Apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan yg dirasakan orang lain.
Nah yang ketiga ini menarik....yaitu "Marah". Jadi pegawai tidak enaknya adalah bisa kena marah. Tapi jadi entrepreneur yang tidak bisa marah adalah problem besar. Entrepreneur yang tidak bisa marah akan menderita. Sebab dalam perjalanannya, dia pasti akan melihat hal-hal berjalan tidak sesuai dengan kehendaknya. Kalau dia tidak bisa marah, maka terjadi pembiaran. Ini akan bikin makin stress. Kalau Anda tipe yang sangat sabar, atau tidak bisa marah dan cuma bisa dongkol, Anda tidak cocok jadi entrepreneur.
Belajar dari hal ini, sebagai entreprener, seorang pemimpin harus bisa marah. Sepertinya yang mau menjadi entrepreneur harus belajar marah yang efektif. Dalam psikologi, kalau kita ingin marah tapi tidak bisa disalurkan ke yang tepat, akhirnya amarahnya disalurkan ke orang lain. Misalnya ke anaknya, atau binatang peliharaannya.
Nah yg keempat itu adalah "Personal Brand". Seorang entrepreneur mesti membangun merk dirinya. Padahal sudah banyak pemain bisnis yang dikenal dan dia harus mulai dari bawah. Seorang entrepreneur mesti siap membangun personal brand ini. Tidak bisa cuma "di belakang layar" dan perjalanan ke sana berat dengan banyaknya persaingan. Kalau ingin jadi biasa-biasa saja, hasilnya pasti juga begitu-begitu saja. Memang, butuh waktu dan usaha keras. Banyak entrepreneur yang menyerah dan merasa kecapekan membangun ini. Jadi kalau Anda tidak punya ambisi jadi yang terbaik atau terbesar, sebaiknya tidak perlu jadi entrepreneur atau Anda akan menjalankan bisnis Anda seperti sebuah rutinitas dari tahun ke tahun.
Namun membangun personal brand ini harus terencana dan dikelola dengan baik. Sebab dalam proses membangun personal brand ini banyak tantangannya. Mungkin kita merusaknya sendiri, entah dengan tindakan keliru, baik sengaja atau tidak.
Yang terakhir, yang kelima.. Ini penting... Karena ini sepertinya kontradiksi dengan nomor 4. Kalau yang keempat harus membangun personal brand, yang kelima ini adalah masalah "Penghargaan". Orang biasanya akan senang sekali jika dihargai, dihormati, dipandang orang lain. Namun kalau Anda tipe orang yang butuh dihargai, butuh dihormati, butuh diperhatikan, Anda tidak akan bisa jadi entrepreneur yang baik. Entrepreneur tidak butuh itu... dia tidak butuh pencitraan, sebab yang penting bagi dirinya adalah kerja keras. Kalau dia butuh dipuji, dia akan berusaha menyenangkan orang lain.
Jadi kalau Anda ingin jadi entrepreneur, Anda mesti siap....
Pertama, mesti suka mengendalikan keadaan, diri sendiri dan orang lain. Kedua, siap dikhianati. Ketiga, mesti bisa marah pada tempatnya. Keempat, harus siap dan tekun membangun "merk dirinya". Dan kelima, jangan cari pujian atau pengakuan orang lain. Hal itu akan datang dengan sendirinya....
Masih ingin jadi entrepreneur?
Semoga sukses!
Bahagia itu Mindset
5 alasan mengapa kebahagiaan itu adalah tentang mindset kita, menurut Lalisa Daniho:
1 'kebahagiaan itu subyektif: jadi tergantung pikiran kita, gaya hidup, kebiasaan kita, keluarga kita, kepribadian kita, dan semua tergantung kita sendiri.
2. Kebahagiaan itu adalah tentang menikmati "kepedihan": setiap orang pasti punya masalah. Ada orang yang masih bisa riang gembira saat ada masalah, namun ada yang menjadi galau berat. Mereka yang bisa menikmati "kepedihan" adalah mereka yang sadar bahwa hidup ini harus siap menghadapi risiko, menentukan prioritas dan melakukan pengorbanan.
3. Kebahagiaan itu bukan tergantung keberuntungan: kalau Anda diberi hadiah, kamera dan dibanding dengan Anda bekerja keras untuk bisa dapat uang untuk beli kamera, mana yang bahagianya lebih besar dan lama? Hasil dari upaya sendiri akan dirasakan lebih baik.
4. Kebahagiaan itu adalah ketika kita berhenti untuk ingin mengubah apa yang tidak bisa kita ubah: Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup ini. Tapi kita sering ingin segalanya terjadi seperti yang kita inginkan. Padahal banyak yang tidak bisa kita kontrol. Berhentilah berpikir kita bisa mengubah segalanya. Bahkan kebanyakan problem itu juga karena pikiran kita saja.
5. Kebahagiaan itu tergantung kita ingin jadi apa: Jika kita ingin A, B, C dalam hidup ini, ya maka kejarlah. Kalau harapan dan tuntutan belum kesampaian, memang ada dua cara. Pertama mengubah harapan kita, atau kedua berjuanglah dan nikmatilah "kepedihan" sampai berhasil memperolehnya.
Satu hal yang penting juga, hidup harus seimbang. Jangan juga terlalu bahagia, sebab ini bisa membuat hidup kita tidak berkembang. Kebahagiaan adalah sebuah perjalanan sehingga kita sebaiknya selalu membuat target baru dan punya ambisi dalam hidup ini, namun dengan tetap bisa mengatur pikiran kita untuk dapat menikmati kebahagiaan.
22 Feb 2016
Survei pasar, apa yang perlu diketahui?
Saat kita mau membangun bisnis atau usaha, penting untuk melakukan
survei pasar. Namun perlu diingat, survei pasar ini tidak sama dengan
survei pelanggan. Demikian juga tidak sama dengan tes pasar. tes pasar
adalah menguji apakah produk kita disukai oleh pasar atau tidak. Survei
pasar adalah melakukan penelitian atau riset mengenai apakah bisnis kita
akan bisa berjalan dengan baik atau tidak. Tentu, hal ini tidak lepas
dari tujuan bisnis untuk mendapatkan keuntungan.
Nah, saat melakukan survei pasar, sebenarnya yang perlu diketahui adalah:
1. Besarnya pasar
2. Bagian pasar
3. Marjin keuntungan
Nah, saat melakukan survei pasar, sebenarnya yang perlu diketahui adalah:
1. Besarnya pasar
2. Bagian pasar
3. Marjin keuntungan
Yang pertama kita melihat apakah pasar yang hendak dimasuki itu berapa
besar ukurannya. Ini artinya, seberapa besar pasar YANG BISA KITA
JANGKAU. Pasar di kota jelas lebih besar dari di desa. Tapi sekali lagi,
kalau kita buka toko kecil, walau di kota, tapi kalau lokasinya ada di
gang sempit, maka ukuran besar pasar kita adalah seluas daerah itu saja.
Nah, setelah kita bisa mengetahui seberapa besar pasar, berikutnya adalah berapa bagian pasar yang bisa kita dapatkan. Ibarat pasar itu adalah sepiring nasi, di mana itu dimakan bersama-sama dengan yang lain (pesaing), maka kita kira-kira bisa meraih berapa besar bagiannya. Ini tentu harus menganalisis pesaing yang ada.
Yang ketiga, berapa besar marjin keuntungan yang bisa diraih di pasar tersebut. Semisal, Anda berbisnis kuliner di kota kecil, di mana Anda hanya bisa menjual dengan harga yang murah (daya beli masyarakat rendah atau karakter pasarnya suka nawar harga rendah), maka akan lebih baik bila Anda berbisnis di mana marjinnya lebih besar. Seorang teman saya, memutuskan untuk buka depot di Bali daripada di Mojokerto karena jualan di Mojokerto untungnya sangat sedikit.
Nah, itulah yang harus dilakukan saat survei pasar.
Nah, setelah kita bisa mengetahui seberapa besar pasar, berikutnya adalah berapa bagian pasar yang bisa kita dapatkan. Ibarat pasar itu adalah sepiring nasi, di mana itu dimakan bersama-sama dengan yang lain (pesaing), maka kita kira-kira bisa meraih berapa besar bagiannya. Ini tentu harus menganalisis pesaing yang ada.
Yang ketiga, berapa besar marjin keuntungan yang bisa diraih di pasar tersebut. Semisal, Anda berbisnis kuliner di kota kecil, di mana Anda hanya bisa menjual dengan harga yang murah (daya beli masyarakat rendah atau karakter pasarnya suka nawar harga rendah), maka akan lebih baik bila Anda berbisnis di mana marjinnya lebih besar. Seorang teman saya, memutuskan untuk buka depot di Bali daripada di Mojokerto karena jualan di Mojokerto untungnya sangat sedikit.
Nah, itulah yang harus dilakukan saat survei pasar.
21 Feb 2016
Kunci berbisnis: Pilih pohon yang benar dan belajar memanjat yang baik
Orang berbisnis itu bisa kita ibaratkan mau memanjat pohon untuk memetik buahnya... nah, kita jangan sampai memanjat pohon yang salah. Sudah repot-repot memanjatnya, dengan resiko terjatuh... eh ternyata pohon yang kita panjat itu keliru, tidak ada buahnya, atau buahnya tidak bisa dimakan...
Nah, kalau kita berbisnis bersama keluarga, dan yang menjalankan orang di rumah, itu sama seperti kita menyuruh dia memanjat pohon itu. Masalahnya, belum tentu orang yang kita percayai menjalankan usaha itu bisa memanjat pohonya... bahkan mungkin dia tidak suka memanjat.
Oleh karena itu, yang pertama, kita harus membuat orang tersebut, entah pasangan kita, saudara kita atau anak kita, agar menyukai memanjat pohon. Dalam hal ini berarti menyukai berbisnis. Kedua, kita perlu mengajari bagaimana caranya memanjat pohon dengan baik. Ini penting agar tidak terpeleset dan jatuh... walau jatuh nanti bisa manjat lagi, tapi kan sudah sakit duluan... kadang-kadang karena jatuh itu sakit, trus takut manjat lagi...
Nah, lalu apa yang mesti dilakukan?
Pertama adalah, carilah passion dan minat yang cocok untuk orang yang bakal mengerjakan bisnis tersebut. Kadang, masalahnya, kita menentukan bisnis tersebut (karena kita suka dan anggap bagus peluangnya), namun bagi yang bakal menjalankan ini sebenarnya nggak cocok...
Untuk mengetahui apa passion dan minat dari pasangan kita (atau anggota keluarga yang ingin dipercaya menjalankan bisnis), maka secara bersama ajaklah bicara untuk mengetahui apa kekuatan, kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya. Ingat, jangan memaksakan keinginan kita, sebab yang menjalankan bisnis nanti adalah mereka, bukan kita. Ini tentunya berbeda kalau kita sendiri ikut terjun dalam menjalankan bisnis tersebut....
Kalau dia belum tahu tentang potensi yang dimiliki, namun seandainya kita tahu, maka arahkan dan bimbinglah untuk menemukan passionnya...
Tapi, bagaimana kalau keluarga kita itu belum berminat memanjat pohon? Belum punya keinginan berbisnis?
Di sinilah kita harus bisa mengubah mindsetnya, mengubah cara berpikirnya. Tentu ini ada caranya, jadi jangan kuatir atau langsung menyerah jika keluarga masih ragu berbisnis...
Bagaimana mengubah mindset itu? Ada tiga hal yang mesti "disentuh", pertama adalah cara berpikirnya, kemudian perasaannya, dan ketiga adalah keinginannya.
Yang pertama, mengubah cara berpikirnya, yaitu dengan menanamkan cara berpikir yang positif. Kita mesti bisa menanamkan bahwa dirinya itu bisa dan mampu. Ini harus dengan memberi contoh dari diri kita sendiri untuk berpikir positif. Kadang orang memang sulit berpikir di luar kebiasaan dan cenderung pesimis. Ini yang mesti kita semangati terus menerus.
Yang kedua, soal perrasaannya, banyak yang ragu akan kemampuannya, mudah frustasi, tidak fokus, gampang menyerah, merasa tidak disayang, dll...
Kita mesti bisa membuatnya merasa percaya diri, bergairah.

Lalu, mungkin ada yang tanya, gimana caranya? Gampang kok... caranya adalah sering-sering memberi pujian kepadanya...
Pasti tiap orang punya pengalaman sendiri, kalau diri kita selalu saja diacuhkan, diremehkan, dimarahi, disalahkan, pasti lama-lama kita juga merasa frustasi dan malas... tapi coba kemudin ketemu dengan orang yang suka memuji kita... maka diri kita bisa jadi semangat karena ada yang memperhatikan kita. Kita tahu juga, banyak perselingkuhan gara-gara pasangan sendiri sudah tidak pernah memuji, namun kemudin mendapat pujian dari orang lain...
Kalau teman-teman berkomunikasi dengan pasangan, keluarga, anak, jangan lupa memujinya... jangan langsung menyalahkannya jika ada sesuatu yang tidak berkenan, tapi berilah pujian dan katakan kebanggan Anda kepadanya baru kita sarankan bagaimana sebaiknya. Niscaya dia akan senang dan berubah.
Nah, yang ketiga, kita perlu "mengutak-atik" keinginannya.... banyak orang yg ingin kaya, tapi tidak sungguh-sungguh mau berusaha. Kita mesti bisa membuatnya memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang jelas baginya. Lalu membuatnya memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia bisa mencapainya.
Carilah tokoh yang bisa dibuat idola. Tapi jangan membandingkan dia dengannya, melainkan caranya, misalnya saya yakin kamu bisa, sebab orang itu (beri contoh tokoh idola0 meski tidak punya kaki dan tangan, bisa melakukannya. Kita juga bisa mencari tokoh idola lain atau yang menjadi tokoh idolanya.
Kadang, kita hidup tanpa cita-cita. Ini membuat hidup kita mengalir tak jelas... Membuat diri kita memanjat pohon seadanya, dan kadang atau bahkan sering, memanjat pohon yang salah.
Sejak kecil, anak-anak kita mesti diarahkan memiliki cit-cita dan keyakinan yang kuat akan cita-citanya.
Saya yakin, kita semua dulu punya cita-cita. Kalau saya bertanya, mungkin ada yang ingin jadi dokter, ada yang ingin jadi bidan, ada yang ingin jadi polwan, ada yang ingin jadi guru, ada yang ingin jadi desainer, mungkin ada yang ingin jadi penulis, atau mungkin jadi pramugari... tapi kadang cita-cita itu kandas... dan kita salahkan orang lain karenanya, kita salahkan keadaan yang membuat kita gagal mencapainya....
Ingat, yang menentukan hidup kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.
Milikilah keyakinan itu, bahwa masa depan kita di tangan kita sendiri... dengan izin dari Tuhan pasti kita bisa mencapainya.
Nah, mungkin apa yang terjadi pada diri kita, di mana cita-cita dulu tidak tercapai, tetaplah jangan menyerah.... canangkan cita-cita baru dan berusahalah mewujudkan dengan penuh keyakinan. Selalulah miliki harapan masa depan yang lebih baik.
Menurut saya, kalau memang ingin membangun bisnis bersama keluarga, kunci utama adalah kepercayaan dan komunikasi. Saling menghargai dan biarlah kita dalam posisi yang membina, artinya mendengarkan apa yang dimaui. Tapi kita juga bisa mengarahkan yang menurut kita baik dan benar, sebab perlu diingat, jangan sampai memanjat pohon yang salah....
Mungkin tidak sesederhana yang saya kemukakan, tetapi kekuatan bersama jauh lebih baik daripada sendri. Ibarat lidi, lebih sulit dipatahkan jika menjadi sebuah sapu lidi.
Kalau teman-teman sudah memiliki pasangan atau keluarga yang siap diajak memanjat pohon bersama, itu jauh lebih baik dan mudah. Karena bersama-sama juga akan belajar bagaimana memanjat pohon yang benar.
Maka, ada dua hal yang mesti dipikirkan. Pilih pohon yang benar, artinya pilih bisnis yang benar atau sesuai dengan passion yang akan menjalankan bisnis tersebut, dan kedua belajar memanjat yang benar, artinya belajar mengelola bisnisnya dengan benar, termasuk di dalamnya nanti tentang mengelola keuangan, manusianya dan juga pemasarannya. Jangan sampai dalam perjalanan kita memanjat, salah memilih dahan untuk berpijak, jadi patah dan membuat kita jatuh...
2 Feb 2016
MEA, kontribusi dan peluang meningkatkan kesejahteraan

Oleh: Nur Agustinus
Masyarakat
Ekonomi Asean sudah diberlakukan sejak akhir tahun 2015. Apa
pengaruhnya untuk kita dan bagaimana kita harus proaktif menyikapinya?
Kita sering mendengar pembahasan peluang dan tantangan menghadapi MEA.
Namun sejauh manakah kita menyadari apa pengaruh MEA bagi kehidupan
kita? Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan
barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti
dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.
Saya
membayangkan seperti ini. Kita bekerja di sebuah perusahaan.
Pertanyaannya, apakah kita bekerja di kota tempat kita berasal?
Misalnya, apakah Anda warga Surabaya bekerja di Surabaya? Atau warga
kota Semarang bekerja di Surabaya? Sebenarnya, kalau kita amati, banyak
sekali warga dari kota lain bekerja di kota yang berbeda. Warga kota
Malang bekerja di Jakarta. Orang Yogyakarta bekerja di Bandung, dan lain
sebagainya. Boleh jadi, ketika sudah berlama-lama tinggal di kota lain
tersebut di mana dia mencari nafkah, lantas pindah domisili dan menjadi
warga kota tersebut.
Nah,
pertanyaannya, apakah misalnya saya yang orang asli Surabaya, merasa
terancam dengan datangnya orang dari Yogyakarta, yang dari Semarang,
yang dari Madiun, yang dari banyuwangi, atau lainnya, yang mencari
nafkah di kota saya? Rasanya tidak. Banyak orang dari kota kecil, pindah
ke kota yang lebih besar, untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
besar. Itu sangat wajar. Bahkan, bagi seorang entrepreneur sekalipun,
wajar akhirnya pindah ke kota yang lebih besar, seperti ibu kota, karena
melihat peluang di sana jauh lebih bagus.
MEA, memang membuat sepuluh negara yang menjadi anggota ASEAN, memiliki visi dan komitmen bersama yakni “Satu Visi – Satu Identitas – Satu Komunitas”.
Jadi, mestinya, jika ada warga dari Thailand mau bekerja di Indonesia,
hal yang sama seperti orang Jakarta ingin kerja di Bali, misalnya. Jadi,
tak ada yang perlu dikhawatirkan sesungguhnya. Jadi saya membayangkan,
MEA ini ibarat dulu, di tahun 1928 , Sumpah Pemuda yang menjadi awal
mempersatukan Indonesia sebagai satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Oleh
karenanya, sebuah peluang jika kita ingin meningkatkan kesejahteraan
hidup, dengan bekerja di negara lain, khususnya di negara ASEAN, yang
bisa memberikan penghasilan jauh lebih baik daripada bekerja di daerah
sendiri. Tentu, untuk itu butuh kompetensi dan keunggulan kompetitif
menghadapi pasar kerja di luar negeri. Adalah sama seperti banyaknya
orang yang mengadu nasib di luar negeri menjadi buruh migran, karena di
sana penghasilannya jauh lebih besar ketimbang di negara sendiri.
Tentu,
di sisi lain, ada yang mengkhawatirkan banjirnya tenaga kerja dari luar
negeri ke Indonesia. Ini yang kita sering kali tidak siap. Bahkan sikap
kita sering kali juga tidak bisa menerima dengan hal itu. Mungkin kalau
dibandingkan, ketika sebuah perusahaan didirikan di sebuah daerah, maka
penduduk setempat menuntut dan melakukan demo agar pegawai perusahaan
banyak yang diambil dari daerah setempat dan bukannya mengambil tenaga
dari daerah lain. Padahal, kesempatan kerja terbuka di mana saja. Kalau
kita membatasi ruang lingkup kita sendiri, maka kita justru tidak
memiliki keunggulan dan pada akhirnya membuat kita tidak memiliki posisi
tawar yang kuat.
MEA
sendiri sebenarnya menguntungkan bagi konsumen, karena dengan
terbukanya arus perdagangan barang atau jasa, maka harga akan semakin
murah. Yang sering dikhawatirkan adalah, akan banjirnya produk-produk
dari luar negeri datang ke Indonesia. Sebenarnya kekhawatiran ini
barangkali terlalu berlebihan, karena selama ini, Indonesia sudah
kebanjiran produk dari luar negeri. Baik
itu produk branded atau produk dari negara lain yang sebenarnya
memalsukan merk (produk KW atau grade ori yang diproduksi di negara
lain). Di sinilah peran usaha kecil dan menengah yang harus bisa juga
bersaing di pasar lokal, domestik maupun internasional.
Indonesia
sebenarnya unggul dalam industri kreatif. Indonesia juga unggul dalam
hal keindahan alamnya yang bisa mengangkat industri pariwisata. Di sini
butuh semangat kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi dan
komunitas setempat untuk meningkatkan kesejahteraan bersama sambil tetap
mempertahankan kearifan lokal. Ketika sebuah daerah dikembangkan
menjadi tempat wisata, komunitas di sana harus siap menyambut peluang
yang ada. Jangan kemudian malah pengusaha dari daerah lain yang datang
untuk berjualan di sana. Juga bagaimana membudayakan kebersihan dan
semangat menjaga kelestarian alam. Banyak tempat wisata yang kemudian
tidak terawat dan kotor.
Memang,
kalau kita lihat dari skope yang lebih kecil, yakni diri kita sendiri.
Adalah baik jika kita menempa diri untuk berjiwa pemimpin dan semangat
entrepreneurial. Jadilah pelaku bisnis maupun penggerak masyarakat yang
memiliki jiwa kewirausahaan sosial yang kuat. Tentu, peran komunitas di
sini sangat besar sebab adalah sulit untuk melakukan seorang diri.
Alangkah baiknya jika komunitas-komunitas membangun dirinya untuk
mempunyai keinginan kuat berprestasi, mempunyai ambisi dan cita-cita
yang tinggi. Anak muda kita perlu diajak untuk berani bercita-cita
besar. Fokuslah pada apa yang menjadi impian kita agar bisa merencanakan
masa depan dengan lebih baik. Jadilah pribadi yang percaya diri, mampu
dan yakin pada kemampuan yang dimiliki.
Dengan
demikian, MEA bukanlah sebuah ancaman. Kalau kita bisa mensejajarkan
diri dengan bangsa-bangsa lain, maka kita akan bisa bersaing di pasar
global. MEA memiliki semangat bagaimana negara-negara yang tergabung
dalam Asean menjadi satu jati diri. Sama seperti kita merasa sebagai
orang Indonesia, bukan sekedar menjadi warga Jawa Timur, Sumatera Utara,
Papua, atau lainnya. Dengan demikian, nantinya, kita berhubungan dengan
warga dari negara Asean lainnya merasa sebagai satu komunitas. “One Vision, One Identity, One Community”.
20 Jan 2016
7 Karakteristik yang harus dimiliki Pemimpin menurut Brian Tracy
Dalam bukunya, "How the Best Leaders Lead", Brian Tracy menguraikan tujuh karakteristik penting dari pemimpin tertinggi:
- VISI. Pemimpin harus mampu melihat ke masa depan dan memiliki gagasan yang jelas tentang di mana bisnis mereka akan berada dan bagaimana cara terbaik untuk sampai ke sana. Visi seorang pemimpin memisahkan dia dari manajemen karena posisi pemimpin adalah sebagai kapten kapal perusahaan, baik memegang kemudi dan menentukan arah tujuan yang terbaik.
- KEBERANIAN. Brian Tracy menulis, "kualitas keberanian berarti bahwa Anda bersedia untuk mengambil risiko dalam pencapaian tujuan Anda walau tanpa ada jaminan keberhasilan."
- INTEGRITAS. Inti dari integritas adalah bisa dipercaya. Mengatakan kebenaran kepada semua orang di semua situasi adalah dasar untuk kepercayaan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis apapun. Menurut Tracy, dipandang sebagai pemimpin yang bisa dipercaya merupakan bagian integral dari sukses memimpin dan membentuk praktek bisnis karyawan Anda '.
- KERENDAHAN HATI. Jangan mencampuradukkan antara bersikap rendah hati dengan menjadi lemah. Pemimpin yang baik adalah kuat dan sederhana. Mereka bersedia mengakui ketika mereka salah dan tidak pernah gengsi untuk meminta bantuan dari orang lain.
- PANDANGAN JAUH KE DEPAN. Tracy mencatat bahwa pemimpin yang sangat baik juga pemikir strategis. "Mereka memiliki kemampuan untuk melihat ke depan, mampu mengantisipasi secara akurat di mana industri dan pasar akan berada," tulisnya.
- KERJA SAMA. Tak ada orang yang bisa sukses sendirian. Perlu ada kolaborasi dan kerja sama. Mampu membuat semua karyawan untuk bekerja dengan baik dan harmonis antara satu dengan yang lain adalah bagian penting dari keberhasilan bisnis.
- FOKUS. Tracy menekankan beberapa hal utama di mana pemimpin yang efektif harus fokus pada:

- Kebutuhan perusahaan.
- Spesifik tentang apa yang harus dicapai oleh pemimpin, oleh orang lain, dan oleh perusahaan dalam rangka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan ini.
- Kekuatan organisasi.
- Mengusahakan yang terbaik untuk memuaskan kebutuhan pelanggan di pasar yang kompetitif.
- Penggunaan waktu yang paling berharga dari karyawan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan secara efisien dan tepat waktu.
Sumber: http://realtormag.realtor.org/tool-kit/leadership/article/are-you-leading-or-following

28 Des 2015
10 Seni dalam Memulai Startup Bisnis
Sumber: 7bidder.com
Guy Kawasaki (lahir 30 Agustus 1954) adalah seorang marketing executive Silicon Valley. Dia adalah salah satu karyawan Apple yang bertanggung jawab untuk pemasaran Macintosh pada tahun 1984. Dia mempopulerkan kata evangelist dalam memasarkan Macintosh dan konsep evangelism pemasaran dan evangelism teknologi. Berikut ini adalah 10 Seni dalam Memulai Startup Bisnis (The Art of The Start) menurut Guy Kawasaki.
1. Buat makna
Kesalahan utama dari startup bisnis dalam memulai bisnis mereka adalah menjadikan uang sebagai tujuan utama, padahal inti dari entrepreneurship adalah membuat makna. Perusahaan yang secara fundamental didirikan untuk membuat makna, untuk mengubah dunia, menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik, adalah perusahaan yang membuat perbedaan. Mereka adalah perusahaan yang akan sukses. Cara untuk membuat makna adalah:
Pernyataan misi atau mission statement adalah hal yang umumnya dibuat oleh semua perusahaan yang ada, namun sebagai startup Anda tidak dianjurkan untuk membuat pernyataan misi. Anda lebih baik membuat mantra yang lebih mudah diingat dan lebih beresonansi dengan hati Anda.
Contoh:
Ironisnya, banyak entrepreneur yang telah memiliki ilmu untuk memulai startup, malah tidak dapat memulai dengan segera. Hal ini akibat dari keinginan untuk membuat segalanya sempurna, ingin menambah lagi fitur-fitur, ingin mendapatkan validasi (pengakuan) eksternal mengenai ide mereka. Lalu bagaimana cara untuk dapat memulai dengan segera:
Yang dimaksud di sini adalah pengguna spesifik produk Anda, bukan hanya persentase market ataupun angka-angka estimasi saja. Model bisnis Anda juga sebaiknya sederhana, apabila model bisnis Anda terlalu unik, maka itu adalah hal yang menakutkan karena mungkin tidak ada pengguna yang akan tertarik. Kemudian tanyakan model bisnis Anda kepada wanita, karena laki-laki memiliki gen “pembunuh” yang membuat laki-laki ingin perusahaan yang “membunuh” Google, Apple, Microsoft, dll.
5. Milestones, Assumptions, Tasks (MAT)
Ketika Anda memulai perusahaan startup, maka Anda memulai segalanya dengan bersih. Tidak ada perlengkapan, kantor, karyawan, dll, sehingga banyak sekali hal-hal yang menyenangkan yang bisa dilakukan pada periode ini. Anda mungkin lalu mengerjakan hal-hal yang tidak esensial, seperti membuat logo, membeli perlengkapan, dll, yang membuat prioritas Anda menjadi kacau. Sehingga rumus MAT ini dapat berguna:
Terdapat dua sumbu, yaitu kemampuan untuk menyediakan produk atau jasa yang unik, dan nilai untuk pengguna. Idealnya startup Anda sebaiknya tinggi untuk keduanya, unik sekaligus bernilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
7. Ikuti aturan 10/20/30
Pitching adalah menawarkan startup bisnis Anda pada investor. Bagi Anda yang hendak melakukan presentasi pitching, aturan 10/20/30 mungkin berguna untuk Anda.
Yang pertama, gunakan maksimal 10 slide, ingat bahwa investor memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak menyukai presentasi yang panjang. Tugas Anda adalah banyak menjelaskan, bukan banyak membaca slide. 10 slide tersebut adalah:
Ketiga, gunakan font minimal berukuran 30. Investor biasanya sudah senior, sehingga font yang berukuran kecil akan mengganggu mata mereka.
8. Pekerjakan orang yang “terinfeksi”
Orang yang menyukai produk Anda lebih penting daripada orang yang memiliki gelar akademik dan pengalaman kerja. Fokus pada orang-orang yang mencintai produk Anda. Bagaimana bisa orang yang tidak menyukai produk Anda dapat menjual produk Anda?
Kemudian pekerjakan orang lebih baik dari Anda, Anda mungkin adalah programer yang handal dan mengira bahwa Anda juga dapat menjadi marketer yang handal. Pekerjakan orang yang lebih baik dari Anda, A player hire A+ player. Gunakan intuisi Anda untuk mempekerjakan karyawan, karena dalam startup semua adalah keluarga.
9. Menurunkan penghalang untuk adopsi
Maksudnya, permudah learning curve dalam produk Anda. Produk anda seharusnya dapat digunakan dengan mudah, pengguna yang merasa sulit ketika menggunakan produk Anda mungkin tidak akan menggunakan produk Anda sama sekali. Ini mungkin tugas seorang evangelist untuk mempermudah learning curve produk Anda.
10. Lihat ke awan
Ini adalah teknik penjualan yang memiliki poin-poin sebagai berikut:
Guy Kawasaki (lahir 30 Agustus 1954) adalah seorang marketing executive Silicon Valley. Dia adalah salah satu karyawan Apple yang bertanggung jawab untuk pemasaran Macintosh pada tahun 1984. Dia mempopulerkan kata evangelist dalam memasarkan Macintosh dan konsep evangelism pemasaran dan evangelism teknologi. Berikut ini adalah 10 Seni dalam Memulai Startup Bisnis (The Art of The Start) menurut Guy Kawasaki.
1. Buat makna
Kesalahan utama dari startup bisnis dalam memulai bisnis mereka adalah menjadikan uang sebagai tujuan utama, padahal inti dari entrepreneurship adalah membuat makna. Perusahaan yang secara fundamental didirikan untuk membuat makna, untuk mengubah dunia, menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik, adalah perusahaan yang membuat perbedaan. Mereka adalah perusahaan yang akan sukses. Cara untuk membuat makna adalah:
- Meningkatkan kualitas hidup
- Membetulkan sesuatu yang salah
- Mencegah berakhirnya sesuatu yang baik
Pernyataan misi atau mission statement adalah hal yang umumnya dibuat oleh semua perusahaan yang ada, namun sebagai startup Anda tidak dianjurkan untuk membuat pernyataan misi. Anda lebih baik membuat mantra yang lebih mudah diingat dan lebih beresonansi dengan hati Anda.
Contoh:
- 7bidder – Menghubungkan bisnis dengan cara sederhana
- Nike – Authentic athletic performance
- Mary Kay – Enriching women’s lives
Ironisnya, banyak entrepreneur yang telah memiliki ilmu untuk memulai startup, malah tidak dapat memulai dengan segera. Hal ini akibat dari keinginan untuk membuat segalanya sempurna, ingin menambah lagi fitur-fitur, ingin mendapatkan validasi (pengakuan) eksternal mengenai ide mereka. Lalu bagaimana cara untuk dapat memulai dengan segera:
- Berfikir secara berbeda, tidak hanya sedikit berbeda atau memodifikasi ide startup sebelumnya.
- Jangan takut akan polarisasi, startup yang baik selalu ada yang pro dan kontra, Anda tidak bisa membuat SEMUA orang menyukai produk Anda.
- Carilah “soulmate” Anda dalam membangun startup, bahkan Steve Jobs juga membutuhkan Steve Wozniak.
Yang dimaksud di sini adalah pengguna spesifik produk Anda, bukan hanya persentase market ataupun angka-angka estimasi saja. Model bisnis Anda juga sebaiknya sederhana, apabila model bisnis Anda terlalu unik, maka itu adalah hal yang menakutkan karena mungkin tidak ada pengguna yang akan tertarik. Kemudian tanyakan model bisnis Anda kepada wanita, karena laki-laki memiliki gen “pembunuh” yang membuat laki-laki ingin perusahaan yang “membunuh” Google, Apple, Microsoft, dll.
5. Milestones, Assumptions, Tasks (MAT)
Ketika Anda memulai perusahaan startup, maka Anda memulai segalanya dengan bersih. Tidak ada perlengkapan, kantor, karyawan, dll, sehingga banyak sekali hal-hal yang menyenangkan yang bisa dilakukan pada periode ini. Anda mungkin lalu mengerjakan hal-hal yang tidak esensial, seperti membuat logo, membeli perlengkapan, dll, yang membuat prioritas Anda menjadi kacau. Sehingga rumus MAT ini dapat berguna:
- Milestones (pencapaian) – selesaikan desain/produk Anda.
- Assumptions (asumsi) – uji asumsi Anda, berapa banyak penjualan per klik misalnya.
- Tasks (tugas) – adalah tugas yang digunakan untuk menguji asumsi atau menyelesaikan milestone.
Terdapat dua sumbu, yaitu kemampuan untuk menyediakan produk atau jasa yang unik, dan nilai untuk pengguna. Idealnya startup Anda sebaiknya tinggi untuk keduanya, unik sekaligus bernilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
7. Ikuti aturan 10/20/30
Pitching adalah menawarkan startup bisnis Anda pada investor. Bagi Anda yang hendak melakukan presentasi pitching, aturan 10/20/30 mungkin berguna untuk Anda.
Yang pertama, gunakan maksimal 10 slide, ingat bahwa investor memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak menyukai presentasi yang panjang. Tugas Anda adalah banyak menjelaskan, bukan banyak membaca slide. 10 slide tersebut adalah:
- Judul
- Masalah
- Solusi
- Model bisnis
- Underlying magic
- Marketing dan sales
- Kompetisi
- Tim
- Proyeksi
- Status dan timeline
Ketiga, gunakan font minimal berukuran 30. Investor biasanya sudah senior, sehingga font yang berukuran kecil akan mengganggu mata mereka.
8. Pekerjakan orang yang “terinfeksi”
Orang yang menyukai produk Anda lebih penting daripada orang yang memiliki gelar akademik dan pengalaman kerja. Fokus pada orang-orang yang mencintai produk Anda. Bagaimana bisa orang yang tidak menyukai produk Anda dapat menjual produk Anda?
Kemudian pekerjakan orang lebih baik dari Anda, Anda mungkin adalah programer yang handal dan mengira bahwa Anda juga dapat menjadi marketer yang handal. Pekerjakan orang yang lebih baik dari Anda, A player hire A+ player. Gunakan intuisi Anda untuk mempekerjakan karyawan, karena dalam startup semua adalah keluarga.
9. Menurunkan penghalang untuk adopsi
Maksudnya, permudah learning curve dalam produk Anda. Produk anda seharusnya dapat digunakan dengan mudah, pengguna yang merasa sulit ketika menggunakan produk Anda mungkin tidak akan menggunakan produk Anda sama sekali. Ini mungkin tugas seorang evangelist untuk mempermudah learning curve produk Anda.
10. Lihat ke awan
Ini adalah teknik penjualan yang memiliki poin-poin sebagai berikut:
- Biarkan ratusan bunga mekar – maksudnya biarkan pasar yang bereaksi. Kadang akan ada pengguna yang bukan target market Anda malah membeli produk Anda dalam jumlah besar. Fokuslah pada mereka, abaikan mereka yang tidak membeli produk Anda.
- Ijinkan test drive.
- Suck down – maksudnya dekatilah level bawah, bukan level atas karena orang yang menggunakan produk Anda mungkin bukan orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini Oleh J. Salatun Yayasan Idayu Jakarta, 1982 Download https://www.mediafire.com/ ?kd79l30kbkfy3c...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Silsilah ini didapat dari buku keluarga yang dicatat oleh Liem Pheek Hwan (kakek saya) dan oleh ayah saya juga pernah dimuat dalam buku...
-
Indonesian UFO Ezine (Free Download) Free Download MAJALAH INFO-UFO MAJALAH BETA-UFO Majalah INF...
-
Ayah saya bukan tipe yang suka marah, tapi bukan berarti saya tidak pernah dimarahi. Mungkin karena jarang marah, saya ingat peristiwa-peris...
-
Jika menjalankan bisnis ritel, dalam mengelola persediaan barang, umumnya dikenal ada model FIFO dan LIFO. FIFO adalah First In First Ou...