(Oleh: Nur Agustinus)
Kalau mempelajari psikologi, sebenarnya awal dari suatu keyakinan adalah sifat manusia yang selalu ingin mencari jawaban atau penjelasan atas kejadian atau fenomena yang ada. Manusia pada umumnya berusaha mencari penjelasan atau "kebenaran".
Bagaimana manusia mencari kebenaran? Ada buku yang judulnya "Konstruksi Teori" ditulis oleh Prof John J.O.I. Ihalauw, PhD. di mana menuliskan pendapat Wallace bahwa ada 4 cara manusia mencari jawaban atau kebenaran pengetahuan (menguji kebenaran), yaitu dengan cara (1) Otoritas (Authoritarian), (2) Mistikal, (3) rasional logis, dan (4) cara ilmiah.
Kebenaran otoritas artinya pengetahuan dicari mengacu pada orang yang secara sosial dianggap memenuhi persyaratan sebagai sumber pengetahuan. Apa yang dikatakan mereka, diterima sebagai suatu kebenaran. Contohnya, Kalau Anda menganggap saya (atau orang lain) sebagai orang yang dianggap memenuhi persyaratan sebagai sumber pengetahuan tentang UFO, maka apa yang saya kemukakan akan dianggap benar. Tapi jika tidak memenuhi persyaratan Anda, apapun kata saya akan Anda ragukan kebenarannya.
Berikutnya, pengetahuan diperoleh melalui cara mistikal, yakni bersumber pada orang yang mempunyai otoritas supra-natural (metafisik) antara lain paranormal dan nabi. Prosedur untuk memperoleh pengetahuan semacam ini bergantung pada karunia pribadi yang dimiliki seseorang, dan biasanya mempersyaratkan penyucian ritualistik.
Kebenaran melalui logika rasio yang mengandalkan pada kemampuan nalar atau logika. Ini berarti, siapapun bisa menjadi sumber pengetahuan yang benar asalkan didasarkan pada penalaran yang benar. Untuk menyanggah kebenaran hasil lofika rasio ini diperlukan bukti-bukti yang masuk akal pula.
Yang terakhir, kebenaran pengetahuan ilmiah, diperoleh melalui metode ilmiah yang memanfaatkan assessment kolektif (pengujian bersama) dan membuka peluang dilakukannya penelitian replikasi sehingga terbuka terhadap kritik ilmiah.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya ada dua macam kebenaran, yaitu "pengetahuan" dan "pengetahuan ilmiah". Pengetahuan bisa diperoleh melalui 3 cara, yaitu cara authoritarian, mystical, logico-rational. Sementara pengetahuan ilmiah mengandalkan pada cara ilmiah.
Untuk membuktikan UFO itu ada, saat ini kita memang tidak bisa menggunakan cara "ilmiah", sebab persyaratannya tidak memadai. UFO sering dicari kebenarannya melalui penjelasan otoritas (misalnya sangat yakin kalau yang memberi penjelasan itu adalah seorang ulama, presiden sebuah negara besar atau bahkan PBB, Paus (pemimpin Gereka Katholik), atau NASA dan sejenisnya. Demikian juga orang akan lebih percaya pemberitaan di media massa yang kredibel ketimbang tabloid yang penuh sensasi. Cara lain yaitu mystical (metafisik) adalah melalui informasi yang diberikan oleh paranormal, nabi, peramal (prophet dari kata prophecy, orang yang memberi ramalan, nubuat ---> nubuat menjadi kata nabi). Banyak orang yang mencari bukti dan kebenaran tentang keberadaan UFO lewat kitab suci. Banyak wawancara terhadap paranormal atau medium (channeling) untuk memperoleh informasi tentang UFO. Yang ketiga adalah secara logika-rasional, melalui pemikiran kita, misalnya beranggapan bahwa dengan luasnya alam semesta ini, mustahil kalau hanya kita sendirian saja di sini. Memikirkan dengan nalar dan rasio kita, dari mana UFO dan apa agenda mereka di bumi ini.
Nah, informasi yang diperoleh yang dianggap benar (walau belum tentu benar selamanya), itulah yang menjadi keyakinan seseorang. Karena sumber pengetahuan dan pengalaman tiap orang berbeda, maka kebenaran pengetahuan bisa berbeda-beda. Jika saling bersikeras karena sangat yakin akan kebenaran yang dimilikinya, akan memunculkan sikap pro dan kontra...