11 Mei 2013

Tips menulis di media (Sesi 1: Jurnalisme)


Dua hari saya mengikuti workshop English Journalism. Membangkitkan semangat untuk menulis lagi di media. Jadi lebih tahu tentang bagaimana cara menulis yang benar. Saya akan coba share secara singkat apa yang saya peroleh dari acara yang diselenggarakan oleh The Jakarta Post bersama Pasca Unika Widya Mandala.

Riyadi Suparno

Fasilitator workshop adalah Riyadi Suparno, editor senior dari The Jakarta Post. Di sesi pertama, Riyadi menjelaskan tentang pentingnya "trust" dalam bisnis pers. Media membangun trust dari pembacanya. Jika kehilangan trust, maka akan ditinggalkan. Untuk itu ada etika dalam jurnalisme, yakni kejujuran, obyektiivtas, verifikasi dan menghormati sumber berita.
Dijelaskan juga tentang apa itu arti jurnalisme. Saya copy-paste saja dari file presentasinya yang dibawakan dalam bahasa Inggris: Journalism is any non-fiction or documentary narrative that reports or analyzes facts and events firmly rooted in time (either topical or historical) which are selected and arranged by reporters, writers, and editors to tell a story from a particular point of view. Jadi kata kuncinya adalah non-fiksi. Tidak ada berita yang fiksi. Berita adalah menyampaikan kejadian apa adanya. Sesuai dengan kenyataan, sejauh realitas yang ada.

Jadi untuk menulis di media, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
  • Timeliness: Berita tidak tahan lama dan akan kehilangan nilainya dengan berjalannya waktu.
  • Proximity: Berita yang terjadi di sekitar kita lebih memiliki nilai berita lebih dari yang jauh.
  • Prominence: Orang penting lebih layak diberitakan daripada yang lain.
  • Consequence/Significance: Berita yang secara langsung mempengaruhi pembaca memiliki nilai berita lebih.
  • Magnitude: Sebuah kejadian yang besar lebih bernilai berita daripada yang kecil.
  • Human Interest
Apa saja yang termasuk dalam human interest? Ada tiga hal, yaitu pertama adalah sesuatu hal yang aneh (Oddity). Pembaca akan ingin tahu mengenai hal yang tidak umum atau di luar kebiasaan. Misalnya berita “manusia menggigit anjing”. Kedua, yang menarik adalah tentang konflik. Pembaca ingin tahu siapa yang akan menang dalam pemilihan, perang, olah raga dan sebagainya. Yang ketiga adalah "emosi". Pembaca biasanya akan terlibat secara emosi jika membaca berita tentang mbak Maridjan, kasus Ariel-Luna Maya, atau hal lain yang membangkitkan rasa marah, simpati atau humor.

Ada tiga bentuk penulisan jurnalistik yaitu hard news, features dan opini. Hard news menceritakan tentang sebuah peristiwa dengan cara langsung. Seringkali merupakan breaking news. Sementara news feature bercerita dengan lebih santai ketimbang sebuah hard news. Isi dari news feature biasanya adalah human interest ketimbang breaking news. Yang ketiga, artikel opini mengandung pandangan/opini/idea atau pemikiran dari penulis berdasarkan subyek tertentu yang biasanya juga mempunyai kelayakan berita. Riyadi mengingatkan, bahwa meski orang tidak bisa dihukum karena beropini, tapi kalau isinya menghasut dan membuat kebencian/kekerasanmenyinggung, memfitnah, menghujat, rasis atau membuat kebohongan, orang bisa dihukum.

(bersambung)

Popular Posts