23 Apr 2009

Cantik itu konstruksi sosial

Saya pernah lihat sebuah film dokumenter, tentang apa sih kriteria "cantik" itu? Kita sering beranggapan bahwa cowo bule senang dengan cewek indonesia yang di bawah standard itu lebih karena mereka memilih yang hitam. Apakah hitam itu berkonotasi substandard? Ya, itulah yang terjadi di Indonesia. Karena konstruksi sosial, putih dianggap lebih baik dari hitam. Itu sebabnya produk pemutih laku di indonesia.

Coba lihat, apa komentar orang yang misalnya cewe indonesia yang kuning/putih kawin dengan cowo dari daerah timur seperti Flores atau Ambon bahkan Papua. Trus, mengapa si cewe mau?

Kembali ke soal kriteria "cantik", menurut film yang pernah saya lihat itu, kritetria cantik adalah kriteria simetris. Yang simetris itu adalah yang cantik. Bro Santo mungkin pernah lihat film ini . Kalau tidak salah serial BBC. Yang tidak simetris, seperti misalnya mulut mencong, mata kiri dan kanan beda jauh, pipi yang kiri tembem sementara yang kanan kempot, tentu kurang sedang dipandang mata. Manusia terbiasa dengan simetris. Kaki lengkap kiri dan kanan sama panjang, demikian juga tangan. Telinga di kiri kanan juga ada sama. Kalau misalnya telinganya satu lebih besar dari yang lain, mungkin akan mengurangi nilai kecantikannya (baik cewek maupun cowok). Tapi kalaupun besar namun simetris, akan tetap nampak indah dan menarik.

Cewek indonesia yang disukai bule, walau dianggap substandard karena hitam, tetap memiliki sisi simetris yang baik alias tetap bisa dianggap cantik.

Walau demikian, ada titik-titik tertentu yang tidak simetris yang bisa menambah daya tarik, misalnya tahi lalat di dekat mulut. Kalau simetris mungkin tambah nggak menarik. :-) Demikian pula gigi yang biasanya tidak rata (agak masuk di bagian belakang taring gara-gara desakan gigi bungsu), bisa menambah daya tarik kalau pas senyum. Simetris lebih pada bentuk wajah dan badan.

Saya pikir semua itu bisa dikembalikan kepada masalah seksualitas. Bahwa faktor seksualitas dipengaruhi oleh konstruksi sosial, itu memang tidak dipungkiri. Namun ada upaya dekonstruksi masalah seksualitas ini.

Di sini kita sering terperangkap dengan pandangan bahwa cowo bule itu memang "hebat" dan punya "derajat" sementara cewe yang substandard ini dianggap "rendah" sering dianggap sebagai "pelacur" atau "pembantu".

Memang, hubungan beda ras bisa dianggap sebagai "bad sex" (menurut Gale S Rubin). Sehari-hari ini juga terjadi, misalnya ketika pasangan suami istri beda suku (yang satu keturunan cina, sementara yang satu orang jawa), maka misalnya si cowo yang cina, akan dianggap istrinya itu pembantunya, dan kalau yang cewe yang cina, maka diangggap suaminya adalah sopirnya. Masyarakat (hampir di mana-mana) seringkali memang rasis (lihat juga sebuah film dokumenter, kalau tidak salah dari National Geography, BBC atau Discovery Channel). Mungkin itu juga membuat kita "heran" dan bertanya-tanya, mengapa cowok bule demen cewek indonesia yang substandard.
(nur agustinus - 5 Agustus 2007)

Popular Posts