23 Apr 2009

Budaya berontak

Kalau melihat sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara, sepertinya kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan adanya kudeta atau suksesi dari bapak ke anaknya. Boleh dibilang hampir tidak ada cerita rakyat berontak. Kenapa? Barangkali ini karena masalah kasta yang telah ditanamkan sejak agama Hindu menjadi agama yang populer di Nusantara dulu. Boro-boro rakyat jelata mau jadi bangsawan. Tentu bagai mimpi seorang petani bisa jadi presiden.

Yang terjadi adalah, sebuah kerajaan hancur karena serbuan kerajaan lain. Bahkan Majapahit hancur karena serbuah dari Demak yang dimotori oleh anak raja Majapahit itu sendiri. Kudeta versi militer terjadi saat Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Namun Tunggul Ametung bukan raja, melainkan hanya penguasa Tumapel, di bawah kekuasaan raja Kediri, Kertajaya. Baru kemudian Ken Arok mendirikan kerajaan Singhasari dan berusaha menyerbu Kediri.

Oleh karena itu, tidak mudah rakyat Indonesia berontak. Mungkin yang bisa berontak hanya dari kalangan militer saja. Seperti misalnya peristiwa september 1965 dan juga di masanya Habibie jadi presiden, disinyalir ada upaya kudeta oleh sekelompok petinggi militer. Namun biasanya yang muncul adalah orang yang pandai mengambil peluang di tengah kekacauan. Aksi pemberontakan di Indonesia sebenarnya banyak juga.

Orang Indonesia tidak mudah disuruh untuk berontak, apalagi terhadap penguasa. Kecuali kalau dirinya secara langsung terkena imbasnya. Misalnya, konon pangeran Diponegoro berontak kepada belanda karena belanda membuat jalan baru yang akan dibangun melewati makam dan tanah leluhur Diponegoro. Hal itu membuat Diponegoro tersinggung.

Kalau berontak terhadap atasan, itu bisa saja. Bahkan berontak kepada pimpinan perusahaan juga tidak masalah. Berontak kepada raja itu lain cerita. Memang, semenjak tahun 1998, orang Indonesia lebih berani untuk berontak. Terbukti sudah berhasil membuat soeharto turun dari tahtanya. Bukan cuma itu, seorang Gus Dur juga berhasil dicopot dengan konsitusional. Bahkan kalau boleh dibilang, Indonesia merdeka tanpa berontak, namun saat mempertahankannya memang dibutuhkan pengorbanan banyak nyawa.

Untuk berontak butuh pemimpin. Sebab hanya pemimpin yang mampu membuat perubahan, sebab dia harusnya punya visi dan misi yang ingin dicapainya. Seperti di film Braveheart, bagaimana William Wallace (Mel Gibson) memimpin orang-orang skotland terhadap Inggris.

Dalam situasi yang tidak menyenangkan atau kacau, selalu saja akan ada orang yang memilih tinggal diam, tapi ada juga yang mungkin melakukan perubahan dan pemberontakan. Di sisi lain, ada juga yang memilih pindah ke tempat lain yang dirasa lebih nyaman. Ada yang menjadi pengungsi, ada juga yang menjadi imigran di negara lain.
(nur agustinus - 16 Februari 2007)

Popular Posts