16 Mei 2013

REE Asia 2012 di Bangkok (3/3)

Hari ketiga, 3 Februari 2012

Hari ketiga diisi oleh beberapa pengulangan materi dari Saras Sarasvathy dan Peter Kelly. Peter Kelly menyampaikan tentang “The Design of Entrepreneurship”. Video rekaman yang disampaikan oleh Peter ada di group facebook UC Staffs and Lectures. Isinya memang hampir sama dengan apa yang disampaikan sebelumnya. Namun yang menarik bagu saya di hari ketiga ini adalah dihadirkannya seorang serial social entrepeneur yang bernama Dr. Kongkiat Ketpech.

Sebagai seorang dokter, Kongkiat mengamati masalah yang dihadapi oleh rumah sakit yang ada di daerah-daerah pelosok. Ketika dia melakukan eksplorasi, ternyata ada tiga solusi untuk mengatasi hal itu, yakni IT, IT dan IT.  Oleh karena itu, dia kemudian mengumpulkan teman-temannya di bidang pembuatan software, merancang sebuah sistem informasi bagi rumah sakit. Sistem software yang dibuatnya bersama timnya tidak dijual alias free dan memang diperuntukkan bagi pengembangan rumah sakit terpencil yang ada di Thailand.

Kongkiat tidak berhenti di sana saja. Dia juga menaruh perhatian kepada masalah nutrisi dan. Lalu dia membuat program untuk menangani masalah ini, yakni berhubungan dengan makanan. Dia dengan timnya lalu melakukan sebuah penelitian dan membuat jenis nasi yang tidak hanya berisi karbohidrat yang menggemukkan tapi juga bernutrisi tinggi. Sebagai dokter, memang passion Kongkiat ada pada masalah kesehatan. Setelah proyek membuat nasi  bernutrisi ini, Konkiat lalu membuat klinik di Pensook. Memang kiprahnya yang terus menerus ingin membuat perubahan sosial, khususnya di bidang kesehatan, membuat dia pantas untuk disebut sebagai  seorang serial social entrepreneur.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah, bagaimana seorang di bidang visual komunikasi, khususnya mutimedia, bisa juga melakukan sebuah inovasi di bidang social entrepreneurship. Adalah seorang kelompok animator yang bernama Roo Su Flood (Know, Fight, Flood), yang didirikan oleh Kriangkrai Vachiratamtorn, yang merasa frustasi melihat banyaknya informasi simpang siur dari pemerintah maupun badan lainnya yang justru membingungkan tentang bencana banjir besar di Bangkok. Jadi, dia kemudian membuat video animasi yang berjudul  Flood. Yang diputar di acara REE Asia 2012 adalah yang episode 1 dan dia merencanakan membuat bebeberapa episode video animasi untuk menjelaskan tentang banjir besar serta penyebabnya tersebut.

Sebelumnya di siang hari kami mendapat hiburan berupa sebuah kelompok musik yang sangat rancak dan energik yang menabuhkan berbagai alat musik. Acara berakhir sekitar jam 3 sore, dan saya kemudian harus segera kembali ke hotel Holiday Inn, tempat saya menitipkan barang bawaan, untuk kemudian langsung menuju ke Bandara Suvarnabhumi untuk terbang dengan pesawat Air Asia pada jam 19.45.

Demikian laporan sekilas mengenai REE Asia 2012, namun sebagai tambahan, saya juga ingin menceritakan sedikit mengenai perjalanan selama di Bangkok, terutama sebelum mengikuti acara REE Asia 2012.

Saya tiba di Bangkok pada tanggal 30 Januari 2012. Ini karena tidak ada penerbangan Air Asia dari Surabaya ke Bangkok pada tanggal 31 Januari. Saya tiba sekitar jam 8 malam, dan karena saya ingin mencoba, meski ini kali pertama saya keluar negeri, maka saya memilih menggunakan alat transportasi kereta ketimbang taxi. Dari bandara menuju ke stasiun kereta di Bandara memang tidak terlalu jauh karena masih dalam satu kompleks. Biayanya cukup murah, menaiki Skyline Train hanya 45 bath atau sekitar Rp 13.500,- hingga sampai di stasiun tengah kota yakni stasiun Phaya Thai. Sekitar 20 menit sudah sampai dan dari sana pindah ke kereta lain rute Sukhumvit Line Skytrain menuju ke stasiun Siam. Biayanya hanya 20 bath atau Rp 6 ribu saja, lalu dari dana pindah lagi kereta Silom Line Skytrain dan akhirnya berhenti di stasiun Surasak, yang berjarak sekitar setengah kilo dari hotel Holiday Inn tempat akan menginap. Karena oper kereta, ketika keluar di stasiun Surasakm menambah 10 bath lagi atau sekitar Rp 3 ribu. Jadi keseluruhan ongkosnya sekitar Rp 22.500,- dari Bandara Suvarnabhumi sampai ke hotel. Tergolong murah jika dibandingkan dengan naik taxi yang sekitar 500 bath (Rp 150 ribu) termasuk lewat tol. Memang, naik kereta lebih cepat juga karena terbebas dari macet, tapi memang agak ribet karena harus berganti-ganti kereta. Tapi saya menyukainya.

Esok harinya bangun pagi, breakfast, dan kemudian segera bersiap-siap bersama pak Ivan untuk mengunjungi dua kampus di Bangkok, yakni Kasetsart University dan Thammasat University. Kami dijemput oleh miss Araya dari Kasetsart University dan diantar menuju ke kampusnya yang terletak di pinggiran kota ke arah bandara Suvarnabhumi.

Gedung yang kami datangi memang tidak begitu ramai karena memang kampusnya mempunyai banyak gedung yang tersebar. Kami diterima oleh International Affairs Division, langsung oleh direkturnya yakni Somsakdi Tabtimthong. Sayangnya, sepertinya mereka sedang ada acara sehingga kedatangan kami tidak bisa ditemui lama.

Akhir pembicaraan, kita bertukar cindera mata, dari UC berupa wayang Sinta versi Indonesia, sementara dari Kasetsart memberi patung kepala Rama versi Thailand. Kami juga mendapatkan keramahan dengan diantar kendaraan mereka menuju ke Thammasat University, kampus berikutnya yang hendak dituju. Hanya saja, janji temu di Thammasat adalah jam 2 siang, sementara kami sudah keluar dari Kasetsart sekitar jam 11. Sambil menunggu, kami berkeliling di pasar dekat Thammasat yang juga lokasinya bersebelahan dengan lokasi Grand Palace Bangkok. Kami juga sempat mampir ke Thammasat Bookstore.

Sekitar jam 2 siang kami akhirnya bertemu dengan pihak international affairs dari Thammassat, ditemui oleh Thanet Makjamroen, Ph.D. Kami mendapatkan hidangan roti yang nikmat serta kopi Thailand. Selang beberapa saat, ikut hadir menemui juga direktur The Australian Studies Centree, Suphat Suphachalasai, Ph.D. Cukup banyak yang dibicarakan, termasuk prorgram perkuliahan di UC, serta Thanet juga memberikan informasi tentang program di Thammasat. Sementara Suphat, yang sikapnya lebih santai, nampaknya lebih banyak bercerita mengenai banjir di Bangkok yang terjadi beberapa bulan lalu.

Dari Thammasat kami kemudian sempat menelusuri beberapa jalan dan naik tuk tuk, kendaraan yang mirip bajaj namun lebih besar. Malamnya, Michael dan Michael sudah tiba di hotel juga dan kami berempat kemudian jalan-jalan ke daerah Sala Daeng. Malam-malam berikutnya kami sempat jalan-jalan ke daerah Siam, makan mie, tong yam, dan lainnya, termasuk ke Siam Paragon untuk mampir ke toko buku Kinokuniya, kemudian besok malamnya ke MBK dan daerah sekitarnya. Saya sempat juga ke daerah Shukumvit mampir ke dua toko buku yang ada di jalan tersebut di mana salah satunya menjual buku-buku bekas.

Demikianlah laporan perjalanan ini. Saya sangat berterima kasih telah dipercaya mewakili Universitas Ciputra untuk mengikuti REE Asia 2012, khususnya mempresentasikan paper yang ditulis bersama Pak Denny Bernardus mengenai pekuliahan Entrepreneurship 3 Retail Business. Beberapa video tidak saya upload ke facebook karena durasinya panjang, seperti video presentasi Effectuation dari Saras Sarasvathy, video Sustainability dari John Stayton, video Serial Social Entrepreneur dari Dr. Kongkiat Ketpech. Jika berminat, bisa mengcopy di saya. Video yang saya upload di facebook memang kualitasnya resolusi/birate rendah karena pertimbangan bandwith, sehingga kurang begitu jelas namun jika beminat, bisa mendapatkan video berkualitas mpeg 1 (vcd) di saya. Semoga apa yang saya sampaikan bisa berguna dan memberi inspirasi bagi kita semua.



[selesai]





Popular Posts