Hari ketiga, 3 Februari 2012
Hari ketiga diisi oleh beberapa pengulangan
materi dari Saras Sarasvathy dan Peter Kelly. Peter Kelly menyampaikan tentang
“The Design of Entrepreneurship”. Video rekaman yang disampaikan oleh Peter ada
di group facebook UC Staffs and Lectures. Isinya memang hampir sama dengan apa
yang disampaikan sebelumnya. Namun yang menarik bagu saya di hari ketiga ini
adalah dihadirkannya seorang serial social entrepeneur yang bernama Dr. Kongkiat
Ketpech.
Sebagai seorang dokter, Kongkiat mengamati masalah yang
dihadapi oleh rumah sakit yang ada di daerah-daerah pelosok. Ketika dia
melakukan eksplorasi, ternyata ada tiga solusi untuk mengatasi hal itu, yakni
IT, IT dan IT. Oleh karena itu, dia kemudian mengumpulkan teman-temannya di
bidang pembuatan software, merancang sebuah sistem informasi bagi rumah sakit.
Sistem software yang dibuatnya bersama timnya tidak dijual alias free dan memang
diperuntukkan bagi pengembangan rumah sakit terpencil yang ada di Thailand.
Kongkiat tidak berhenti di sana saja. Dia juga menaruh perhatian kepada
masalah nutrisi dan. Lalu dia membuat program untuk menangani masalah ini, yakni
berhubungan dengan makanan. Dia dengan timnya lalu melakukan sebuah penelitian
dan membuat jenis nasi yang tidak hanya berisi karbohidrat yang menggemukkan
tapi juga bernutrisi tinggi. Sebagai dokter, memang passion Kongkiat ada pada
masalah kesehatan. Setelah proyek membuat nasi bernutrisi ini, Konkiat lalu
membuat klinik di Pensook. Memang kiprahnya yang terus menerus ingin membuat
perubahan sosial, khususnya di bidang kesehatan, membuat dia pantas untuk
disebut sebagai seorang serial social entrepreneur.
Hal lain yang tak
kalah menarik adalah, bagaimana seorang di bidang visual komunikasi, khususnya
mutimedia, bisa juga melakukan sebuah inovasi di bidang social entrepreneurship.
Adalah seorang kelompok animator yang bernama Roo Su Flood (Know, Fight, Flood),
yang didirikan oleh Kriangkrai Vachiratamtorn, yang merasa frustasi melihat
banyaknya informasi simpang siur dari pemerintah maupun badan lainnya yang
justru membingungkan tentang bencana banjir besar di Bangkok. Jadi, dia kemudian
membuat video animasi yang berjudul Flood. Yang diputar di acara REE Asia 2012
adalah yang episode 1 dan dia merencanakan membuat bebeberapa episode video
animasi untuk menjelaskan tentang banjir besar serta penyebabnya tersebut.
Sebelumnya di siang hari kami mendapat hiburan berupa sebuah kelompok
musik yang sangat rancak dan energik yang menabuhkan berbagai alat musik. Acara
berakhir sekitar jam 3 sore, dan saya kemudian harus segera kembali ke hotel
Holiday Inn, tempat saya menitipkan barang bawaan, untuk kemudian langsung
menuju ke Bandara Suvarnabhumi untuk terbang dengan pesawat Air Asia pada jam
19.45.
Demikian laporan sekilas mengenai REE Asia 2012, namun sebagai
tambahan, saya juga ingin menceritakan sedikit mengenai perjalanan selama di
Bangkok, terutama sebelum mengikuti acara REE Asia 2012.
Saya tiba di
Bangkok pada tanggal 30 Januari 2012. Ini karena tidak ada penerbangan Air Asia
dari Surabaya ke Bangkok pada tanggal 31 Januari. Saya tiba sekitar jam 8 malam,
dan karena saya ingin mencoba, meski ini kali pertama saya keluar negeri, maka
saya memilih menggunakan alat transportasi kereta ketimbang taxi. Dari bandara
menuju ke stasiun kereta di Bandara memang tidak terlalu jauh karena masih dalam
satu kompleks. Biayanya cukup murah, menaiki Skyline Train hanya 45 bath atau
sekitar Rp 13.500,- hingga sampai di stasiun tengah kota yakni stasiun Phaya
Thai. Sekitar 20 menit sudah sampai dan dari sana pindah ke kereta lain rute
Sukhumvit Line Skytrain menuju ke stasiun Siam. Biayanya hanya 20 bath atau Rp 6
ribu saja, lalu dari dana pindah lagi kereta Silom Line Skytrain dan akhirnya
berhenti di stasiun Surasak, yang berjarak sekitar setengah kilo dari hotel
Holiday Inn tempat akan menginap. Karena oper kereta, ketika keluar di stasiun
Surasakm menambah 10 bath lagi atau sekitar Rp 3 ribu. Jadi keseluruhan
ongkosnya sekitar Rp 22.500,- dari Bandara Suvarnabhumi sampai ke hotel.
Tergolong murah jika dibandingkan dengan naik taxi yang sekitar 500 bath (Rp 150
ribu) termasuk lewat tol. Memang, naik kereta lebih cepat juga karena terbebas
dari macet, tapi memang agak ribet karena harus berganti-ganti kereta. Tapi saya
menyukainya.
Esok harinya bangun pagi, breakfast, dan kemudian segera
bersiap-siap bersama pak Ivan untuk mengunjungi dua kampus di Bangkok, yakni
Kasetsart University dan Thammasat University. Kami dijemput oleh miss Araya
dari Kasetsart University dan diantar menuju ke kampusnya yang terletak di
pinggiran kota ke arah bandara Suvarnabhumi.
Gedung yang kami datangi
memang tidak begitu ramai karena memang kampusnya mempunyai banyak gedung yang
tersebar. Kami diterima oleh International Affairs Division, langsung oleh
direkturnya yakni Somsakdi Tabtimthong. Sayangnya, sepertinya mereka sedang ada
acara sehingga kedatangan kami tidak bisa ditemui lama.
Akhir
pembicaraan, kita bertukar cindera mata, dari UC berupa wayang Sinta versi
Indonesia, sementara dari Kasetsart memberi patung kepala Rama versi Thailand.
Kami juga mendapatkan keramahan dengan diantar kendaraan mereka menuju ke
Thammasat University, kampus berikutnya yang hendak dituju. Hanya saja, janji
temu di Thammasat adalah jam 2 siang, sementara kami sudah keluar dari Kasetsart
sekitar jam 11. Sambil menunggu, kami berkeliling di pasar dekat Thammasat yang
juga lokasinya bersebelahan dengan lokasi Grand Palace Bangkok. Kami juga sempat
mampir ke Thammasat Bookstore.
Sekitar jam 2 siang kami akhirnya bertemu
dengan pihak international affairs dari Thammassat, ditemui oleh Thanet
Makjamroen, Ph.D. Kami mendapatkan hidangan roti yang nikmat serta kopi
Thailand. Selang beberapa saat, ikut hadir menemui juga direktur The Australian
Studies Centree, Suphat Suphachalasai, Ph.D. Cukup banyak yang dibicarakan,
termasuk prorgram perkuliahan di UC, serta Thanet juga memberikan informasi
tentang program di Thammasat. Sementara Suphat, yang sikapnya lebih santai,
nampaknya lebih banyak bercerita mengenai banjir di Bangkok yang terjadi
beberapa bulan lalu.
Dari Thammasat kami kemudian sempat menelusuri
beberapa jalan dan naik tuk tuk, kendaraan yang mirip bajaj namun lebih besar.
Malamnya, Michael dan Michael sudah tiba di hotel juga dan kami berempat
kemudian jalan-jalan ke daerah Sala Daeng. Malam-malam berikutnya kami sempat
jalan-jalan ke daerah Siam, makan mie, tong yam, dan lainnya, termasuk ke Siam
Paragon untuk mampir ke toko buku Kinokuniya, kemudian besok malamnya ke MBK dan
daerah sekitarnya. Saya sempat juga ke daerah Shukumvit mampir ke dua toko buku
yang ada di jalan tersebut di mana salah satunya menjual buku-buku
bekas.
Demikianlah laporan perjalanan ini. Saya sangat berterima kasih
telah dipercaya mewakili Universitas Ciputra untuk mengikuti REE Asia 2012,
khususnya mempresentasikan paper yang ditulis bersama Pak Denny Bernardus
mengenai pekuliahan Entrepreneurship 3 Retail Business. Beberapa video tidak
saya upload ke facebook karena durasinya panjang, seperti video presentasi
Effectuation dari Saras Sarasvathy, video Sustainability dari John Stayton,
video Serial Social Entrepreneur dari Dr. Kongkiat Ketpech. Jika berminat, bisa
mengcopy di saya. Video yang saya upload di facebook memang kualitasnya
resolusi/birate rendah karena pertimbangan bandwith, sehingga kurang begitu
jelas namun jika beminat, bisa mendapatkan video berkualitas mpeg 1 (vcd) di
saya. Semoga apa yang saya sampaikan bisa berguna dan memberi inspirasi bagi
kita semua.
[selesai]
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Ayah saya bukan tipe yang suka marah, tapi bukan berarti saya tidak pernah dimarahi. Mungkin karena jarang marah, saya ingat peristiwa-peris...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...