11 Mei 2013

Memercikkan api semangat bersosial entrepreneur


Oleh : Nur Agustinus

Ada banyak hal menarik dari mengikuti kuliah tamu di ITS mengenai “Social Technopreneur” yang diselenggarakan oleh The US Consulate General, tanggal 17 September 2012.  Nara sumbernya adalah Adnan Mahmud, seorang sosial entrepreneur asal Bangladesh yang tinggal di Amerika serikat, yang memiliki passion kuat dalam penggunaan teknologi untuk mengatasi berbagai masalah yang menghimpit dunia.  Topik yang dibawakan sebenarnya sangat mendasar tentang apa itu sosial entrepreneur dan apa yang mesti dipersiapkan untuk menjadi seorang sosial entrepreneur.

Ceramah diawali oleh Adnan dengan bertanya, apakah sosial entrepreneur itu? Beberapa orang peserta mencoba menjawab. Menurut Adnan, jika ada 10 orang ditanya apa itu sosial entrepreneur, maka bisa akan ada 10 jawaban yang berbeda. Namun menurut dirinya,  sosial entrepreneur itu adalah orang yang mempunyai kemauan untuk melakukan usaha sosial (social business) dengan segala aktivitasnya, bisa non profit, bisa juga profit, dan memiliki dua misi, yaitu pertama adalah membuat dampak sosial yang positif, kedua menghasilkan pendapatan. Dengan kata lain, “doing good while doing well”. Untuk ini perlu adanya individual creativity, courage hingga komitmen yang positif.  Adnan kemudian memberi  contoh dua sosial entrepreneur dari Nairobi yang bernama Wiclif dan sebuah organisasi sosial di Rwanda.

Menjadi seorang sosial entrepreneur, menurut Adnan perlu ada langkah pertama yang harus dilalui. Langkah pertama ini terdiri dari lima tahapan, yakni:
  1. Learn about yourself
  2. Find your passion
  3. Form a supportive group
  4. Connect with a role model
  5. Dedicate to learning
 

Adnan memberi pandangan bahwa di dunia kampus ini bisa banyak dilakukan proses belajar mengajar, namun justru di luar dinding kampus ini banyak yang bisa dipelajari.  Setelah mempelajari tentang diri kita dan mengetahui apa yang menjadi hasrat kita, maka kita ada dua pilihan, pertama adalah bergabung dengan organisasi yang sudah ada, dan yang kedua adalah mendirikan sendiri organisasi. Menurut Adnan, tidak ada salahnya bergabung dengan orang lain. Mendirikan sendiri punya banyak tantangan  dan alangkah baiknya kalau kita memulai dengan bergabung yang sudah ada terlebih dahulu. Selama ikut organisasi, ini merupakan best time in the journey. Ambillah waktu yang cukup dan belajarlah sebelum memutuskan untuk melakukannya sendiri.

Jika kita memang ingin mendirikan sendiri sebuah bisnis sosial, akan ada lima pertanyaan yang wajib kita jawab.
  1. Do you have customers?
  2. Would you use the product?
  3. Why should it be you to build this now?
  4. What is the path of least resistance?
  5. Who is your team?
Adalah penting jika sebelum kita membangun sebuah ide bisnis, kita sudah punya pelanggan yang siap membeli.  Nah, kalau kita memang punya produk yang hendak dijual, apakah kita sendiri mau menggunakannya? Kalau jawabannya tidak, maka kegagalan akan di depan mata. Namun kalau Anda sendiri mau menggunakannya, tentu orang lain juga akan.

Untuk menjawab pertanyaan ketiga, menurut Adnan: “Timing is everything”. Ini memang harus menjawab pertanyaan, “mengapa sekarang?”, “Apakah kalau saya mendirikan usaha 6 bulan lagi akan lebih baik?”, “Apakah yang dilakukan pesaing saat ini?” Jadi mengetahui kapan waktu yang tepat itu sangat penting.

Menjawab pertanyaan berikutnya, hal itu didasari karena kita semua pasti memiliki sumber daya yang terbatas. Karena itu, kita tidak ingin melihat bisnis yang kita bangun ini, 10 tahun ke depan kemudian gagal. Oleh karenanya, kalau kita membuat business model, maka sesegera mungkin kita ingin tahu bahwa itu bisa berhasil atau tidak. Prinsipnya, menurut Adnan, fail fast, fail quickly, learn from it, then doing something else. Di sini kita perlu bertanya juga, apa tujuanmu yang paling ingin cepat bisa dicapai.

Untuk menjawab pertanyaan kelima, siapa saja team yang ada, di sini kita perlu mempunyai CEO yang tepat, direktur pelaksana yang bagus, dan yang terpenting, semua orang “in the same page of mission”. Artinya, memiliki satu misi yang sama.

Jadi, sehubungan dengan lima pertanyaan tadi, Adnan kemudian memberi lima tips:
  1. Best ideas have customers before products.
  2. If you will use the product, so will others.
  3. Timing is everything
  4. Fail fast
  5. It is all about the team.
Bicara soal misi, apa misi seorang sosial entrepreneur? Adnan membagi ke dalam 4 macam, yaitu:
  1. Give voice to the voiceless
  2. Provide hope where there is despair
  3. Not rest until the issue takes rest
  4. Uphold justice and equity
Menjadi seorang social entrepreneur memang tidak mudah. Adnan mengatakan: “open your eyes, open your ears, open your hearts... to see oppotunities to change... ini akan membuat hidup kita jauh lebih berarti. Karena dengan begitu kita juga bisa membantu negara kita, membantu orang lain dengan membuat perubahan.

Menurut Adnan, generasi masa kini punya perlengkapan (tools), teknologi dan resources yang jauh lebih baik daripada generasi sebelumnya. Yang diperlukan hanya kemauan kita, keinginan kita, untuk komitmen, peduli dan mau berkorban. Kita juga harus menjawab panggilan itu (answer the call). Menjadi seorang yang persistent optimists. Believe on yourself and take the first step!

Adnan Mahmud yang dulu bekerja di Microsoft sebelum kemudian mendirikan Jolkona Foundation (http://www.jolkona.org) menceritakan tentang bosnya, Bill Gates, yang juga terjun ke bisnis sosial dengan mendirikan sebuah yayasan. Banyak orang menyayangkan kenapa Bill Gates beralih ke bisnis sosial itu. Adnan ingat apa yang dikatakan Bill Gates, “It could be lonely at the top.

Adnan mengakui bahwa mengajar entrepreneurship itu adalah hal yang sangat-sangat berat. Untuk itu butuh role model. Apalagi jika berkaitan dengan sosial entrepreneurship juga membutuhkan sebuah kemampuan untuk berempati.  Biasanya orang mengalami masalahnya sehingga ada percikan api yang memberinya dorongan untuk melakukan sesuatu.  Selain itu, jika sudah terjun ke dalam bisnis sosial, perlu juga untuk sadar bagaimana cara mengatasi biaya dan membuat usaha tersebut berkesinambungan (sustainable). Jangan tergantung pada donasi, atau bersifat charity saja...tapi miliki ide-ide kreatif dan inovatif agar bisnis sosial yang dibuat bisa langgeng.

Kuliah tamu ini ditutup oleh Adnan Mahmud dengan mengutip kata-kata dari Margareth Mead, “A small group of thoughtful people could change the world. Indeed, it's the only thing that ever has.”

Surabaya, 17 September 2012

----------------------------------------------

About Jolkona:

 Jolkona connects you with global philanthropic opportunities and shows the impact of your donations.

Jolkona Foundation makes it easy for you to give directly to low-cost, high-impact philanthropic opportunities around the world. We work with carefully chosen partner organizations to create affordable donation options with a measurable impact, from planting trees in Honduras to providing food and housing for an HIV-positive child in Cambodia. 100% of your donation goes to the project you’ve chosen.

Unlike most nonprofits, at Jolkona, the giving experience starts after the check is written. We work with our partners to honor your donation by providing proof of impact (such as a picture, a video or a story) for every donation through our personalized website. Through My Jolkona, you can check on the progress of your latest gift and keep track of past donations, so you’ll know the impact you’ve made. You can also see the total impact of donations from the entire Jolkona Community.

"In 100 years, we will not be known for our technological advances; rather we will be known for how we used technology to tackle some of humanity's biggest challenges." ~ Adnan Mahmud, Co-Founder

Popular Posts