Tjan Soen Eng, Ph.D. |
Pagi ini, 4 September 2010, saya menghadiri acara Kuliah Perdana Program Pascasarjana Unika Widya Mandala. Teringat setahun yang lalu, saya menghadiri peristiwa serupa, bersama teman-teman yang mendaftar S3 Ilmu Manajemen. Dengan dimulainya angkatan ke-2 program doktor ini, kami sekarang mempunyai adik kelas. Ada 6 orang yang ikut program S3, yang rencananya akan mengambil konsentrasi manajemen stratejik dan manajemen keuangan. Acara dimulai jam 9 lebih 10 menit, dengan kata sambutan oleh Bu Marini, wakil direktur program pascasarjana, mewakili Prof. Dr. Wuri Soedjatmiko yang sedang bertugas ke luar negeri.
Kuliah perdana program pascasarjana kali ini dibawakan oleh Tjan Soen Eng, PhD. Beliau juga merupakan salah seorang dosen yang mengajar mahasiswa S3 dan juga S2 (Magister Manajemen). Topik kuliah perdana yang dibawakan berjudul "Inovasi dengan Jiwa Kewiraswastaan", membahas soal pentingnya mindset entrepreneurship dan juga inovasi.
Dunia ini berubah karena adanya orang-orang yang inovatif. Menjadi inovatif tidak semata harus dimiliki oleh seorang pebisnis, namun juga di kalangan lembaga pendidikan dan pemerintah. Menurut pak Soen Eng, entrepreneur selalu ingin mengubah keadaan status quo. Inovasi tidak cukup untuk dikatakan, apalagi cuma dalam ide, namun harus dilaksanakan. Banyak orang yang punya ide bagus, namun kandas saat implementasi. Bahkan mungkin sudah ragu sebelum mulai bertindak. Entah takut gagal, kuatir disalahkan jika gagal, atau malu jika idenya ditertawakan orang lain.
Pak Tjan Soen Eng mengutip 12 karakteristik orang sukses yang diambilnya dari buku "The Richest Man in Town, The Twelve Commandements of Wealth", karangan Randall Jones. Dua belas hal itu adalah:
- Seek not money
- Find your perfect pitch
- Be your own boss
- Get addicted to ambition
- Wake up early, be early
- Fail to succeed
- Execute or get executed
- Location does not matter
- Moor yourself to morals
- Say yes to sales
- Borrow from the best, and the worst
- Never retire
Keduabelas perintah di atas memang menarik untuk dikupas satu persatu, namun ada hal yang bagi saya penting yaitu "execute or get executed". Kita sering membuat rencana bahkan menyusun serangkaian gagasan dan tujuan yang hendak dicapai. Semua itu dengan tujuan agar visi kita terwujud. Namun rencana tanpa eksekusi adalah sebuah halusinasi. Goals are great but execution is essential. Kita sering duduk berjam-jam mengikuti rapat, namun jika semua itu tidak dilaksanakan, ya akan percuma.
Saya jadi teringat di kuliah Metodologi Penelitian yang dibawakan oleh Prof Ferdinand Augusty, beliau mengawali perkuliahan dengan memberikan sebuah kalimat dalam bahasa latin: "gutta cavat lapidem non vi sed semper cadendo" atau artinya "tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, melainkan karena selalu jatuh di tempat yang sama". Beliau mengajarkan agar sebagai mahasiswa kita memiliki ketekunan ibarat air yang menetes terus menerus yang akhirnya bisa melubangi batu. Di situlah letak ujian sebenarnya, karena proses belajar ini bukan proses yang instan namun harus dilakukan dengan penuh semangat dan persistent.
Kini, bagi saya dan teman-teman yang sudah menyelesaikan mata kuliah tatap muka di kelas, tantangan masih baru akan dimulai. Menghadapi berbagai proses seleksi, ujian kualifikasi, proposal hingga melakukan penelitian serta penulisan disertasi. Jangan sampai suatu saat kita akan dihadapkan pada situasi "execute or get executed." Saat inilah diuji sejauh mana passion, motivasi dan persistensi kita. Memang ada kalanya kita terlena dengan kesibukan sehari-hari, dengan pekerjaan yang sangat padat, namun ada tugas yang tidak boleh diabaikan. Saya teringat pada sebuah pepatah Cina kuno yang mengatakan, "Perjalanan 1000 mil dimulai dari satu langkah." Kita harus menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Surabaya, 4 September 2010
Nur Agustinus