Menurut pengertian homo ludens, manusia adalah makhluk yang suka bermain. Seluruh hidupnya merupakan permainan yang harus dilakukannya. Namun seperti kita ketahui, bermain agaknya dikonstruksi hanya pantas dilakukan oleh anak-anak. Padahal, bermain merupakan suatu sarana rekreasi yang juga baik bagi orang dewasa. Dan mengapa aneh bila ada orang dewasa yang anaknya sudah besar-besar, ternyata punya hobi bermain game komputer atau nintendo? Apakah hal tidak wajar? Ataukah bermain merupakan sarana yang paling tepat untuk mereduksi stress?
Tak ada larangan tertulis bagi orang dewasa untuk bermain. Pada anak-anak, bermain meruapakn suatu kegiatan yang istimewa dan baginya adalah prioritas. Kalau pada anak-anak, lawan dari bermain adalah belajar, sedang pada orang dewasa adalah bekerja. Menurut Elizabeth B. Hurlock, seorang ahli psikologi perkembangan, bekerja memang berbeda dengan bermain, hasil akhir kegiatan tidak penting. Perbedaan lainnya, bila kita bekerja, maka kegiatan itu tidak selalu menimbulkan suatu perasaan senang, melainkan hasil akhirnya yang ingin dicapai untuk memuaskan keinginannya.
Jadi, orang bekerja untuk memperoleh suatu hasil, entah itu berupa hadiah, uang (gaji/upah) atau penghargaan. Tetapi dalam bermain, orang tidak begeitu memperdulikan hasil akhir (kalah atau menang), yang penting baginya adalah kepuasan dan kesenangan sewaktu bermain. Permaian yang mementingkan hasil akhir sudah bukan lagi bentuk permainan, melainkan suatu kompetisi atau pertandingan.
Dalam bekerja ada dua keadaan, yaitu sukarela atau tidak. Sukarela bukan berarti tanpa imbalan, melainkan ia bekerja tanpa ada unsur paksaan dari luar. Sementara itu, orang yang merasa tidak sukarela akan menganggap pekerjaan sebagai suatu beban.
Pengertian bermain sendiri adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditumbulkannya. Bermain dilakukan secara sukarela, tanpa ada unsur paksaan. Tak ada orang tua yang mewajibkan anaknya untuk bermain-main. Wajib untuk belajar ada, tetapi anak tidak punya ajam khusus untuk wajib bermain.
Bila direnungkan lebih dalam, dalam bermain, manusia mendapatkan suatu bentuk kebebasan yang luar biasa. Menurut psikolog Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
Sebenarnya, bermain bagi orang dewasa ada juga gunanya. Pikiran bisa lebih rileks dan beberapa saat permainan. Namun tidak semua orang dewasa suka permainan. Demikian pula, tidak semua remaja suka bermain. Ada yang bersikap acuh atau bahkan anti dengan permainan. Banyak orang dewasa yang menganggap permainan hanya cocok untuk anak kecil saja. Hanya bagi mereka yang suka bermain, maka permainan betul-betul merupakan sarana untuk menjadikan dirinya bebas sebebas-bebasnya. Memang, dunia ini sendiri adaslah panggung sandiwara, di mana kita harus bermain di dalamnya untuk bisa selamat. (nur agustinus)
21 Apr 2009
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...