Pernahkah Anda memikirkan bahwa sangat penting untuk memikirkan medan tempur, tempat di mana Anda menjalankan bisnis? Boleh jadi ada yang sudah memikirkan masalah itu, tapi seringkali, tanpa dipungkiri, banyak juga yang mengabaikan masalah ini.
Kalau Anda orang kelahiran Jakarta, kemudian membuka bisnis di Surabaya, yakinkah Anda bahwa Anda mengetahui medan bisnis Anda secara akurat? Nyatanya, banyak yang sudah puluhan tahun tinggal di kota yang sama, tapi ketika terjun dalam dunia bisnis, akhirnya mengalami kegagalan. Apakah ada kesalahan dalam memilih medan tempur?
Dunia bisnis oleh banyak orang dikatakan mirip medan pertempuran. Persaingan ibarat peperangan. Siapa yang menguasai medan terlebih dahulu, ia memiliki kekuatan yang lebih baik. Kenal dengan medan adalah satu hal yang penting. Ini juga dikemukakan oleh setiap ahli strategi militer. Tanpa mengenal medan, ibaratnya bertempur dalam kegelapan.
Menetukan medan yang dipilih, sebenarnya sangat berkaitan dengan bisnis yang hendak dijalani. Misalnya saja, sama-sama membuka bisnis taksi, namun bisnis taksi di Surabaya dan Jakarta berbeda medannya. Tidak perlu jauh-jauh, antara Surabaya dan Malang juga berbeda. Kondisi jalan yang relatif naik turun akibat medan pegunungan, membuat kondisi mobil harus mengalami perawatan lebih banyak ketimbang yang berjalan di kota yang tidak banyak naik turunnya. Kondisi cuaca, udara dan sebagainya, menentukan kelancaran usaha.
Masalahnya, hal seperti ini sering terabaikan. Biasanya studi kelayakan untuk membuka suatu bisnis mengabaikan hal-hal yang merugikan dan menonjolkan keunggulan yang belum tentu nyata. Mempelajari medan berarti menganalisa seluruh sistem yang ada di daerah itu. Termasuk perilaku masyarakatnya, kondisi perekonomian, budaya, pemerintahan, sifat dan karakter manusianya. Ini tidak mudah, karena bukan mereka yang harus menyesuaikan diri dengan kita, tapi justru kita yang harus fleksibel dalam menjalankan bisnis agar bisa memenangkan pertempuran di medan yang sesungguhnya. (nur agustinus)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...