11 Des 2007

Catatan perjalanan Ke Jakarta: Gathering Satu Dekade BETA-UFO 2007

Oleh Nur Agustinus

Tanggal 5 Desember 2007, hari Rabu, adalah hari yang cukup sibuk. Persiapan untuk berangkat ke Jakarta masih belum tuntas semua. Pagi harinya setelah bangun pagi, mendesain X-banner untuk dibawa ke Jakarta. Jelas tidak mungkin saya yang membawa sebab sore harinya saya sudah berangkat dengan kereta api ke Jakarta. Jadi, saya kemudian meminta mas Gatot untuk membawa file desain tersebut ke tempat pembuatan X-banner untuk kemudian akan dibawa olehnya saat dia ke Jakarta. Jadwal mas Gatot berangkat ke Jakarta memang berbeda dengan saya, yakni baru tanggal 7 Desember.

Pagi itu juga membuat brosur yang kemudian dicetak kilat. Rencana pembuatan brosur memang sudah lama, namun karena kesibukan pembuatan buku, kaos dan pin, jadi terlewatkan. Bahkan semula sudah berpikir tidak perlu mencetak brosur, namun di saat terakhir diputuskan untuk mencetak brosur. Brosur masuk percetakan, siangnya sekitar jam 2 sudah selesai sehingga bisa saya kemas dan saya bawa sebagian. Sisanya saya minta Gatot atau Handoko Hanoman untuk membawanya.

Barang yang dibawa memang sangat banyak dan berat. Berhubung ada tiga orang yang akan ke Jakarta, yakni saya, Gatot dan Handoko, jadi buku dibagi 3 yang masing-masing membawa 40 eksemplar. Diperkirakan akan ada 30 orang yang hadir di acara diskusi UFO di ruang Pasca Sarjana Universitas Sahid, dan kemudian juga sekitar 30 orang di acara gathering milis di TIM sore harinya. Sisanya, rencananya akan ditaruh di salah seorang member milis yang bersedia menyimpannya, siapa tahu ada yang ingin beli langsung di Jakarta bisa menghubunginya.

Beberapa hari sebelum berangkat, Sinbadsea (Sinbad), mau membantu saya dengan menemani serta mengantarkan saya ke mana saja saya mau pergi  saat di Jakarta. Tentu saja uluran tangan ini saya sambut dengan gembira meski agak sungkan juga. Namun saya teringat kata-kata Ki Dyoti, berilah kesempatan jika ada orang yang ingin berbuat baik, sebab itu akan baik juga buat pahala dan karmanya. Terima kasih buat mas Sinbad.

Siang harinya, di hari Rabu itu, sekitar jam 10.30, saya masih menyempatkan diri bersama anak saya untuk melihat acara Hari Armada di pangkalan angkatan laut. Kembali ke rumah skeitar jam 1 siang, melanjutkan membuat makalah untuk bahan yang akan diceramahkan pada hari Sabtu, 8 Desember 2007 di Sahid. Makalah itu sendiri baru tuntas selesai jam 5 sore. Tidak ada waktu lagi untuk fotokopi, jadi kemudian menulis memo pada mas Gatot untuk minta bantuannya mengkoreksi serta memfotokopi untuk dibawa olehnya.

Kereta api Sembrani berangkat sekitar jam setengah tujuh malam. Mobil dibawa ke stasiun dan di parkir mengingap di sana sampai senin. Ongkos nginapnya tidak mahal, total hanya Rp 25 ribu. Di atas kereta api baru ingat bahwa mainan figur-figur alien tidak terbawa. Lalu SMS lagi mas Gatot untuk membawanya. Saya bisa membayangkan, betapa banyak dan berat barang yang akan dibawa oleh mas Gatot. Ada X-banner, ada buku sebanyak 40 eksemplar, ada kaos, brosur, mainan figur alien, belum lagi bawaannya sendiri. Mas Gatot berangkat bersama istrinya. Saya sendiri berangkat bersama istri dan anak saya yang kecil. Anak saya yang besar tidak ikut karena sedang mengikuti UAS di sekolahnya (SMP). Terima kasih untuk mas Gatot yang telah bersusah payah membawa barang bawaan untuk dibawa ke Jakarta.

Saya tiba di Jakarta hari Kamis pagi, 6 Desember 2007. Cuaca cerah dan sudah nampak ramai di sekitaran stasiun Jakarta Kota. Saya kalau ke jakarta memang lebih suka naik KA Sembrani sebab kereta ini terakhir berhenti di stasiun Jakarta Kota. Biasanya saya menginap di hotel Trans Mangga Dua, sebuah hotel yang terletak di Jl Mangga Dua Raya 22, cukup dekat dengan stasiun sehingga saya cukup berjalan kaki untuk menuju ke sana. Untunglah ada kamar yang tersedia, padahal sebelumnya saat di kereta api, saya sempat menelepon hotel tersebut dan menurut mereka sedang penuh serta baru ada sekitar pukul 10 pagi.

Setelah daftar (check in) dan masuk ke kamar,  berbenah diri, lalu sekitar jam 9 pagi lebih, mas Sinbad sudah datang ke hotel. Menurut mas Sinbad, dia masih punya jatah cuti sehingga diambilnya jatah cuti tersebut untuk menemani saya. Sinbad datang sendiri sebab istrinya masih harus bekerja. Acara pertama di Jakarta adalah pergi ke mangga dua mall, cari makan dan lihat-lihat DVD. Biasanya saya mencari DVD import (DVD 5 atau DVD 9) yang berupa film dokumenter.  Dapat satu film dokumenter berjudul Stephen Hawking 's Universe (BBC). Sebenarnya ada dua film lagi, tapi yang satu isinya 25 DVD jadi itu sama dengan 500 rb. Masih mikir untuk beli. Satu lagi ada film judulnya Weird Science namun pembuatnya sepertinya dari budaya Cina. Yang terakhir ini harganya masih nggak cocok jadi nggak jadi. Terpikir mungkin akan kembali lagi besoknya atau hari minggu, namun ternyata tidak sempat lagi ke mangga dua mall.

Sinbad juga ingin dapat DVD Stephen Hawking's Universe ini, sayangnya si penjual toko Cuma punya satu set dan di stand lain nggak ada yang jual. Untung Sinbad mengalah dan merelakan saya yang membelinya.

Dari lokasi itu pindah ke Glodok untuk cari DVD yang lain. Konon di sana katanya lebih murah dan banyak macamnya. Setelah putar-putar cari parkir, akhirnya masuk ke lokasi dan tanya kiri kanan dan sampai ke tujuan. Tidak banyak yang saya beli sebab saya pikir biasanya film bajakan seperti ini juga ada di Surabaya meski harganya lebih murah di Glodok. Naik ke lantai di atasnya ada semacam satu area jual DVD.

Di sekitaran lokasi itu, saya mendapat telepon dari i-radio. Yang telepon adalah mas Ade dan mau mengundang saya untuk bincang-bincang di studio. Diputuskan bahwa akan diadakan besoknya, hari Jum'at, 7 Desember 2007 jam 4 sore. Detail selanjutnya akan dikabari lagi.

Sebelumnya, pagi harinya ada rencana untuk wawancara dengan radio Pesona. Namun karena pihak radio Pesona melihat lokasi saya yang ada di kawasan mangga dua, sementara lokasi radio Pesona ada di daerah Ulujami, maka wawancara akan dilakukan melalui telepon.

Putar-putar di Glodok, perut mulai terasa lapar. Makan soto daging (soto betawi) di deretan warung yang ada di sekitar parkiran. Setelah keluar dari Glodok, kendaraan meluncur ke Mal Taman Anggrek. Saat itu sekitar pukul 3 sore. Cuaca cerah cenderung panas, namun masih jauh lebih panas di kota Surabaya.

Mal Taman Anggrek (MTA) memang sebuah mal untuk kalangan elit. Saya pernah ke sana sebelumnya beberapa tahun lalu. Mumpung ada yang mengantar, maka saya ingin ke MTA. Sebab biasanya rute saya hanya yang dilewati jalur busway. Kebetulan tahun lalu dan sebelumnya, belum ada jalur busway yang menuju Citraland maupun Kelapa Gading. Masih satu jalur dari Kota menuju Blok M.

Tujuan saya ke MTA adalah ke sebuah toko yang menjual resin model kit. Saya suka merakit pesawat terbang dan helikopter. Di Surabaya memang banyak toko mainan yang menjual resin model kit, namun kebanyakan hanya satu merk saja dan Cuma itu-itu saja. Memasuki toko ini memang sangat menarik. Beragam model ada di sana. Memang tidak murah, sebab hobby ini selain butuh ketekunan juga butuh biaya. Saya sendiri mengikuti milis tentang model kit yang namanya kit-id di yahoogroups juga.

Dua buah model kit saya beli yaitu helikopter Chickasaw dan peluru kendali SA-2 Guideline. Indonesia pernah punya rudal ini pada dasawarsa 1960-an, dan LAPAN mendesain roket Kartika 1 dari jenis rudal ini dengan bantuan teknis dari negara Uni Sovyet.

Di MTA, anak saya yang kecil sempat minta bermain di Timezone dan foto-foto di bawah, di depan dekorasi nuansa natal dengan rumah dan pohon cemara bersalju. Di Mta saya juga sempat mampir ke Gramedia dan membeli buku "Night Sky Identifier".
Setelah itu, keluar dari MTA menuju ke sebuah tempat untuk menanti istri dari Sinbad pulang dari kerja. Setelah berkenalan dengan istri Sinbad, tujuan selanjutnya adalah Plaza Senayan, sebab di sana ada toko buku Kinokuniya. Di toko buku ini saya membeli sejumlah buku yang berkaitan dengan UFO, yakni dua buah buku Zecharia Sitchin yang berjudul "The Cosmic Code" dan "When Time Began". Selain kedua buku ini, saya juga membel buku "The Cult of Alien Gods, H.P. Lovecraft and Extraterrestrial Pop Culture" dan "Witness to Roswell: Unmasking The 60-Year Cover-Up".

Makan malam di food court MTA, beli KFC dan karena sudah malam, diantar pulang kembali oleh Sinbad ke Hotel. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah catatan hari pertama perjalanan di Jakarta.

* * *
Jum'at, 7 Desember 2007.

Bangun pagi melihat jam masih enam. Bangun setengah jam lebih awal dari alarm yang diatur di handphone. Tak ada sinar matahari masuk, maklum kamar hotel tak berjendela. Masak air dengan pemanas air listrik yang dibawa dari surabaya untuk bikin popmie. Hari ini sebenarnya rencananya mau ke Taman Mini, tapi berhubung kemarin sore mas Michael mengirim pesan SMS mau bertemu dan mengenalkan saya ke temannya, plus saya mau ditraktir, maka acara ke Taman Mini dipindah ke hari Minggu. Dengan demikian, Sinbad juga tidak perlu buru-buru menjemput saya di hotel. Waktu itu saya belum tahu kalau posisi Sinbad ada di daerah Permata Hijau. Saat itu Sinbad sedang menjaga rumah saudaranya yang pergi ke luar negeri sehingga bisa sekalian membawa mobilnya jalan-jalan. Saya pikir Sinbad ada di daerah Tanjung Duren yang lokasinya terbilang tidak terlalu jauh dengan Mangga Dua.

Jam setengah delapan saya ditelepon dari radio Pesona. Rencana wawancara yang semula dimulai pukul 8 ternyata sudah sejak 7.45. Penyiar radio, Wisnu Prayudha, mewawancarai saya sekitar 15 menit. Yang dibicarakan sekitar keberadaan dan penampakan UFO di Indonesia.

Sinbad mengabari lewat SMS bahwa dia nampaknya agak terlambat. Rupanya kemarin kecapean sehingga bangunnya kesiangan. Konon istrinya yang suka sekali menonton infotainment di TV juga ketiduran. Suatu hal yang sangat jarang terjadi. Sekitar jam 9.30, Sinbad dan istrinya tiba di Hotel. Waktu itu rencananya mau ke pasar Senen untuk melihat-lihat buku bekas. Namun karena undangan dari mas Michael jam 11.30, nampaknya tidak cukup waktu untuk ke pasar Senen dulu. Baru setelah dari tempat mas Michael direncanakan menuju ke pasar Senen.

Tiba di gedung BNI 46, Jl. Jenderal Sudirman, tempat mas Michael bekerja, kami langsung disambut oleh mas Michael Gumelar dan temannya. Teman mas Michael bernama Dr. PM Winarno, menjabat sebagai Pembantu Rektor I di Universitas Multimedia Nusantara. Saya lupa menuju ke lantai berapa, namun kami semua diajak ke sebuah restoran. Makanannya enak, terlebih karena yang traktir adalah mas Michael.  Saya sendiri pernah bertemu dengan mas Michael setahun lalu saat acara serupa di Pasca Sarjana Universitas Sahid dulu. Namun saat itu saya belum tahun, tepatnya belum diberitahu, di mana mas Michael bekerja. Oleh temannya, mas Michael dipanggil Pak Gumelar.  Sekitar pukul 12 lebih sedikit, kami berpisah dengan mas Michael.

Cuaca mendung, hujan mulai turun rintik-rintik. Tak lama bahkan menjadi begitu derasnya. Dalam hati berharap, semoga hujan cepat mereda, atau setidaknya di daerah pasar Senen.  Harapan terkabul, mungkin karena mempraktekkan The Secret atau law of Atrraction. Memasuki wilayah Pasar Senen, cuaca terang, jalanan memang becek dan sebagian air tergenang. Para pedagang di sana pada sibuk menyerok air supaya tidak menggenangi toko mereka.

Rupanya lokasi parkir berjauhan dengan tempat pedagang buku bekas. Jalan kaki lumayan jauh. Sempat salah arah karena saat melintas di dalam pasar, oleh beberapa pedagang dibelokkan ke arah yang salah sebab di depan kata mereka banjir. Akhirnya diputuskan untuk menyusuri lewat trotoar dan sampai ke tujuan. Para istri berhenti di pertokoan yang menjual baju dan kacamata, sementara para suami jalan terus menuju ke pasar buku bekas. Anak saya ikut saya dan mulai menangis ketika tahu ibunya tidak ikut bersama.

Tiba di area buku bekas langsung disambut para makelar. Saya sudah tiga kali ini ke pasar buku bekas di Pasar Senen. Ada beberapa buku yang saya dapat di sana, namun tidak khusus mengenai UFO. Pertama beli sebuah komik Star Trek The Next Generation dan majalah Mickey Mouse yang kebetulan ada cerita tentang Segitiga Bermuda. Selain itu ada buku terbitan Kanisius yang berjudul "Tata Surya dan Alam Semesta" dan buku "Bintang dan Planet".

Menelusuri lebih jauh kios-kios buku bekas, ada yang menawari buku terbitan Life yang berjudl "In Space" dan "The Big Book of Space". Di dalam buku yang terakhir itu ada sedikit ulasan mengenai Ets, UFOs dan starships. Setelah berjuang keras menawar dari Rp 250 ribu, akhirnya jadi di harga Rp 115.000,-. Memang mahal, tapi akan lebih mahal lagi kalau sampai nggak jadi beli, lalu kepikiran dan kembali lagi dari Surabaya ke Jakarta hanya untuk beli buku itu. Buku terbitan Life itu memang tebal sekali dan penuh foto-foto penerbangan antariksa. Hal ini melengkapi sebuah majalah Dicovery edisi "The History of Space Travel" yang saya beli sehari sebelumnya di toko buku Kinokuniya.

Saat itu sudah menjelang pukul setengah tiga sore. Jam 4 dijadwalkan hari tiba di Sarinah, yaitu tempat studio I-radio di lantai 8. Sinbad sempat tegang karena istrinya waktu itu beli kacamata dan harus menunggu hingga jadi. Saya bilang, santai saja. Kita tunggu. Jam 3 sore kacamata belum selesai. Sinbad bertambah gelisah. Mungkin tidak enak kalau seandainya saya terlambat sampai di I-radio. Saya kemudian SMS ke I-Radio, bertanya ke mas Ade Putra, kalau seandainya saya terjebak macet di jalan, jam berapa saya bisa diperkenankan terlambatnya. Mas Ade memberi jawaban yaitu jam 16.30. Jadi saya memberi isyarat ke Sinbad untuk tetap tenang.

Jam 3 sore lebih 15 menit, kacamata selesai dan langsung dipakai oleh istri Sinbad yang cantik sehingga makin keren. Kembali ke parkir mobil, keluar, jalan sedikit macet waktu putar balik, tapi sekitar jam 4 kurang 15 menit, sudah sampai di Sarinah Plaza menuju ke lantai 8 Gedung Sarinah. Di lantai delapan, masuk dulu ke toilet untuk ganti baju. Maklum seharian di Pasar Senen, baju sudah basah kena keringat.

Jam 4 masuk ke I-radio, bertemu dengan mas Ade Putra. Menurut rencana, siarannya akan dimulai jam 16.30 dan yang memandu acara adalah Sandy Andarusman dan Mely Munial. Wawancara ada di bagian segmen program "Sore-Sore". Wawancara cukup seru apalagi pembawa acaranya sangat kocak. Banyak SMS yang masuk menanyakan soal UFO, dan ada juga yang menyatakan bahwa pernah lihat UFO juga. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah, apakah alien itu jahat? Saya jawab, kalau memang jahat, mungkin kita sudah habis saat ini. Tapi, bukankah manusia bisa lebih jahat juga?

Sebelumnya mas Ade Putra tertarik dengan komunitas BETA-UFO karena melihat situs yang ada. Semula menurut anggapannya, orang-orang BETA-UFO ini adalah "nerd", tapi ketika melihat situsnya, menurutnya ini memang dikelola serius dan pantas untuk diwawancara. Cukup bangga juga mendengar kata-katanya. Mas Ade sendiri masih separuh-separuh soal percaya akan UFO. Dari data yang ada, dia percaya, tapi dia memang belum percaya seratus persen karena belum melihat atau mengalami sendiri.

Saat itu saya juga memberikan buku kepada mereka, termasuk beberapa buah pin. Saya sendiri juga diberi sejumlah kenang-kenangan dari mereka. Sebuah mug, pin I-radio, payung cantik, notes dan juga uang buat transport yang lumayan. Lumayan, bisa buat ganti beli buku bekas tadi di Pasar Senen. Tapi yang lebih menyenangkan adalah, saya bisa mendapatkan print-out SMS yang masuk serta rekaman dalam bentuk MP3 dari acara tersebut. Rencananya memang akan saya upload, tapi akan saya edit dulu agar bagian iklan dan lagu tidak perlu ikut untuk memperkecil file.

Keluar dari I-radio sudah jam 6 sore lebih. Hal itu karena kami mesti menunggu hasil copyan rekaman siaran yang dibuat tiap jam (saya dapat rekaman mulai jam 16.00 hingga jam 18.00 dalam dua file). Sementara itu, saya ada janji untuk ketemuan dengan teman-teman yang ada di milis psikologi. Milis psikologi juga milis yang saya buat. Anggotanya lebih banyak dari milis beta-ufo dan pernah beberapa kali mengadakan gathering di Jakarta. Dua kali saya ikut gathering milis Psikologi di Jakarta namun yang terakhir tidak ikut. Pertemuan dengan teman dari milis psikologi memang sepi peminat. Selain karena usulan untuk ketemuan mendadak (diusulkan salah seorang member milis psikologi yang kenal dekat dengan saya), mungkin saat itu sedang banyak yang sibuk dan jalanan macet. Ada dua orang yang hadir dari milis psikologi, yaitu Tommy dan mbak Yudiati Kuniko. Namun selain itu, ada mas Charels BP. Hutahaean dari milis BETA-UFO, sang provo yang sukses menyemangati rekan-rekan di milis hingga terkumpul sejumlah dana untuk membuat buku dan kaos. Suasana cukup rame, bicara soal UFO sampai ke soal perselingkuhan dalam rumah tangga. Maklum ada dua komunitas yang berkumpul saat itu meski jumlahnya sedikit.

Jam setengah sepuluh malam, suasana mulai sepi. Diputuskan untuk pulang. Perut sudah tidak karuan rasanya. Kembung dan rasanya udah nggak tahan ingin dikuras. Sementara itu, Sinbad konon sudah mengalami diare. Dalam perjalanan ini, saya baru tahu kalau Sinbad mesti ke Permata Hijau. Dari ujung selatan ke ujung utara. Lalu saya bilang ke Sinbad agar besok tidak perlu menjemput saya. Saya akan langsung naik bus way saja ke tempat tujuan, yakni di Hotel Sahid, Jl. Jenderal Sudirman. Sinbad setuju dan memang nampak hari itu dia begitu lelah apalagi perutnya sudah mulas.

Sampai di hotel sekitar jam setengah sebelas. Mungkin Sibad akan sampai di rumahnya jam sebelas lebih.  Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah catatan hari kedua perjalanan di Jakarta.

* * *
Sabtu, 8 Desember 2007

Tibalah hari yang dinanti.  Jam enam pagi sudah bangun. Tidak bisa tidur terlalu nyenyak di kamar hotel. Kamar yang tidak terlalu luas menyebabkan suhu ruangan menjadi begitu dingin kena semburan AC. Apalagi bantal yang ada lumayan keras. Yang penting sudah cukup istirahat, bangun dan menata barang-barang yang hendak dibawa ke tempat acara.

Mas Gatot mengirim SMS, mengatakan bahwa telah tiba di Jakarta meski sempat terhambat di Mangarai. Namun sms berikutnya sudah mengabarkan bahwa dia telah tiba di hotel. Istrinya kecapean dan rencananya tidak ikut ke acara yang pagi hari di Sahid.

Jam 9 kurang sedikit, saya mulai berangkat, berjalan kaki menuju ke halte bus way di sebelah stasiun Kota. Cuaca cerah dan menyegarkan. Menurut perkiraan, tidak sampai setengah jam pasti sudah sampai. Naik bus way memang enak sebab bebas hambatan, meski kendaraan lain akhirnya jadi korban karena jalan yang dulu tersedia terpakai untuk busway.

Berhenti di halte Setiabudi, di dekat gedung da Vinci. Lokasi Pasca Sarjana Universitas Sahid memang ada di sebelah gedung itu. Hotelnya sepertinya masih dalam proses renovasi. Masuk ke tempat acara melalui gedung Bank Jatim. Pasca Sarjana Universitas Sahid terletak di lantai 3.

Setiba di lantai tiga, sudah nampak mas Gatot. Dia juga baru sampai. Barang bawaannya banyak sekali dan bisa diperkirakan betapa sulitnya tadi. Sinbad juga terlihat kemudian. Membantu memasang X-Banner dan saya meminta bantuannya untuk mengoperasikan handycam yang saya bawa.

Buku "Satu Dekade Perjalanan Komunitas BETA-UFO Indonesia" kemudian dibagikan kepada peserta yang hadir. Fotocopy makalah juga dibagikan. Yang menarik waktu itu, ada beberapa peserta yang belum mengenal saya, mengira yang namanya nur agustinus itu sudah bapak-bapak berusia 60 tahun lebih. Maklum waktu itu terlihat setidaknya ada 4 orang bapak yang sudah berambut putih. Mereka saya adalah salah satu dari mereka.

Yang membantu pelaksanaan acara di Pasca Sarjana Universitas Sahid adalah mbak Rubiana Soeboer yang juga ikut sebagai peserta. Turut hadir di sana adalah Bapak Sabdono Surohadikusumo, Ibu Sita Sudjono, Bapak HM. Djuhana Widjajakusumah (pendiri HAAJ), mbak Rani R. Moediarta, Yatin Suleha (Titin), Virgo Rustianto, Suryo S. Negoro, Wisnu Prayudha, Nana Pandegirot, Mira dan lainnya. Dari BETA-UFO nampak turut hadir adalah Fan Fan F. Darmawan (dari Bandung), Luthfi, Michael Gumelar, Bayu Yunantias, dan Ucu Agustin. Tiga yang lain adalah saya sendiri, Sinbad dan Gatot Tri R. Jadi ada 8 orang dari BETA-UFO yang hadir dari semula 10 orang yang didaftarkan. Mas Has Raldi dan mas Charles tidak datang ke acara yang di Sahid. Banyak peserta yang lain tidak begitu saya kenal dan hafal namanya satu-satu.

Acara kemudian dibuka oleh Ibu Sita Sudjono, dari Metafisika Study Club, sekitar pukul 10 pagi. Memberi kesempatan kepada saya untuk memberikan ceramah. Makalah yang saya bagikan dan ingin saya sampaikan berjudul "Agenda Alien di Planet Bumi". Pada awalnya saya merencanakan akan ada pemutaran klip video namun sedikit terhambat karena notebook yang tersedia tidak bisa menayangkan streaming video. Baru setelah diganti notebook yang lain, video bisa ditayangkan melalui sebuah LCD projector.

Saya memberikan uraian singkat mengenai makalah yang hendak saya sampaikan
Hanya sekitar setengah jam yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Saat proses diskusi ini yang jauh lebih menarik, terlebih ketika pembahasan mulai pada jenis-jenis alien yang sudah ada di planet bumi ini sejak lama serta kehadiran makluk ET yang disebut sebagai greys. Sekilas juga mendiskusikan soal channeling dan nampaknya dari peserta banyak yang berminat membahas soal tahun 2012.

Siang hari dilanjutkan dengan acara makan siang. Terima kasih kepada mbak Rubiana dan kawan-kawan yang telah menyediakan tempat sekaligus konsumsinya bagi seluruh peserta.

Setelah makan siang, mengingat ruangan sebelah sedang dipakai kuliah, maka kemudian diputuskan untuk pindah ke ruangan lain. Acara kemudian diisi oleh ceramah dari Bapak Djuhana yang membahas soal kehidupan di luar bumi. Beliau memberikan pengetahuan dasar mengenai astronomi dan kosmologi, terutama kondisi-kondisi alam semesta yang memungkinkan terjadinya sebuah proses kehidupan. Pertanyaan yang diajukan ke pak Djuhana juga tak kalah seru mengingat rasa ingin tahu yang besar dari para peserta. Namun karena dari BETA-UFO masih ada satu pembicara lagi, yakni mas Gatot Tri R., maka sekitar jam 3 sore, Gatot mulai menyampaikan presentasinya. Dia menuturkan pengalamannya ketika bertemu dan diculik oleh alien. Peserta yang menyimak penuturan mas Gatot seakan tak percaya bahwa peristiwa seperti itu bisa terjadi juga di Indonesia. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ada salah seorang peserta yang kemudian secara terus terang memberikan testimoni bahwa dirinya pernah mengalami hal yang hampir sama, yaitu bertemu dengan makhluk alien dan mendapat perlakukan yang lebih tidak menyenangkan. Para peserta makin yakin bahwa fenomena penculikan oleh alien perlu diperhatikan serius dan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Jam 4 sore sudah lewat, namun diskusi dan tanya jawab soal alien abduction ini terus berlanjut. Saya berulang kali melihat ke jam tangan saya, membayangkan rekan-rekan yang sudah hadir di Taman Ismail Marzuki (TIM), sebab undangan gathering adalah jam 4 sore.

Akhirnya saya mengemukakan bahwa dari pihak BETA-UFO masih ada acara lain jam 4 sore sehingga mesti pamit. Acara ceramah dan diskusi kemudian ditutup dan diakhiri dengan foto bersama secara bergantian.

Sementara itu Sinbad sebelumnya sudah pulang duluan untuk menjemput istrinya. Saya bersama Ucu Agustin dan Fan Fan F. Darmawan kemudian naik taksi menuju TIM. Mas Bayu dan istrinya naik taksi tersendiri sementara Gatot menjemput istrinya di hotel.

Setiba di TIM, saya belum nampak siapa-siapa yang saya kenal. Satu-satunya harapan yang bisa saya kenali adalah Handoko Hanoman (Dwi Handoko). Saya coba telepon, rupanya dia sedang makan di salah satu tempat makan di sana. Rannie di Belanda mengirim SMS lewat YM yang menanyakan saya ada di mana, sebab ayah dan adiknya sudah menunggu lama di TIM. Memang, HP ketika acara ceramah tadi saya posisikan silent dan lupa saya ubah kembali sehingga tidak tahu kalau sudah dihubungi oleh Kamala, adiknya Rannie.

Lalu saya mengajak Ucu Agustin dan Fan Fan untuk mencarinya. Sebelum bertemu dengan Handoko, karena melihat saya pakai kaos BETA-UFO, ada yang menyapa dan ternyata adalah mas Remiel dan seorang kawannya.  Lalu kami memutuskan untuk pergi mencari tempat yang sesuai.

Ke arah depan, di dekat pintu masuk, ada sebuah tempat makan yang terlihat cukup nyaman, bisa lesehean (duduk di lantai). Namanya Pondok Penus. Setelah itu, Kamala yang ditemani seorang temannya dan ayahnya nampak datang. Wartawan Kompas, mas Dahono Fitrianto juga berulang kali menelepon saya untuk mengetahui di mana lokasi tepatnya berkumpul. Tak lama kemudian mas Dahono bertemu dengan saya.

Untung ada mas Bayu Yunantias yang dengan sigap membantu mengkoordinir kawan-kawan yang ada di sana. Tak lama kemudian datang mas Charles juga mas Donny Tahir. Saya pernah melihat wajahnya mas Donny sebab pernah dikasih lihat fotonya serta pernah masuk ke Kompas Minggu saat liputan Komunitas 80-an. Wajahnya yang khas mudah dikenali, dan mampu membuat gadis-gadis terpikat padanya. Mas Donny datang bersama bala tentaranya, yakni Arif Kusuma dan anaknya mas Donny yang sulung yang bernama Aldy Julio. Berkat mas Donny yang sebelumnya telah kenal dengan mas Dahono dari Kompas, maka BETA-UFO juga diliput oleh wartawan Kompas.

Mas Julius juga kemudian datang dengan tak lupa membawa paper model Haunebu buatannya sendiri. Mas Juliuslah yang mendesain kaos dan membuat logo BETA-UFO kini menjadi semakin keren. Terima kasih buat mas Julius.

Acara diawali dengan foto bersama sebelum hari menjadi gelap. Dengan latar belakang Planetarium Jakarta, komunitas BETA-UFO berfoto bersama dengan masing-masing menggunakan kaos 10 tahun BETA-UFO.  Masing-masing membawa pernak pernik mainan UFO dan alien. Mas Fan Fan membawa dua buat boneka, yakni boneka ET dan Jabba the Hutt. Mas Bayu berpose dengan membawa buku satu dekade, mas Julius memegangi Haunebunya, sementara di tengah-tengah terpasang X-Banner BETA-UFO yang berisi tentang visi, misi, nilai dan tujuan.

Setelah berfoto bersama, acara langsung mengalir dengan sendirinya. Saya sendiri bersama Bayu dan Gatot memilih duduk di tempat terpisah karena diwawancarai oleh mas Dahono. Teman-teman yang lain sudah memulai acara dengan saling memperkenalkan diri, tentang siapa dirinya dan mengapa menyukai UFO. Setelah selesai wawancara, saya kemudian bergabung dengan yang lain dan didaulat untuk memperkenalkan diri yang kemudian dilanjutkan oleh mas Bayu dan Sinbad. Mas Michael kemudian datang bersama istri dan kedua putrinya yang cantik-cantik.

Acara kemudian diteruskan dengan penuturan mas Michael dengan UFO serta makhluk aliennya. Beruntung mas Donny sempat merekam sehingga BETA-UFO bisa mempunyai arsip dari pengalaman mas Michael tersebut. Setelah itu, karena sudah lewat jam 7 malam, dan pihak yang punya rumah makan nampaknya mulai gelisah sebab belum ada yang pesan makan, maka mulailah satu persatu pesan makanan. Rupanya banyak yang suka nasi goreng kambing dan juga pete. Saya memesan nasi goreng sefood dengan dua gelas es the manis. Sementara semua pada sibuk mendengarkan mas Michael bercerita tentang teori ionnya, saya makan dulu karena perut memang sudah lapar dari tadi.

Tak lama kemudian, datangnya Nelvy Ariastuti dengan pasangannya. Senang sekali nampaknya Nelvy meski saya sendiri rada bingung awalnya. Maklum saya tidak membaca email yang dikirim Nelvy karena saya sudah berangkat ke Jakarta. Dan Nelvy sendiri jarang mengirim posting ke milis. Tapi saya ikut senang dan kagum bahwa ternyata penggemar UFO tidak cuma laki-laki saja, terbukti dari antusiasme Nelvy dan juga Kamala Devi yang ikut hadir di acara gathering ini.  Sayang, Nelvy tidak lama di sana dan buru-buru pulang. Mas Fan Fan  juga harus segera balik dan pesan travel untuk kembali ke Bandung. Mas Gatot juga kemudian pergi bersama istrinya untuk mencari tempat makan yang romantis, mumpung lagi berduaan dan jalan-jalan jauh. Mas Has Raldi juga pulang karena kalau tidak salah ada anaknya atau keluarganya yang masuk rumah sakit. Semoga lekas sembuh.

Tak terasa waktu berlalu. Mas Michael tetap bersemangat sampai akhir menuturkan teori ionnya sebagai sistem propulsi UFO. Saya kemudian duduk di sebelah mas Julius dan ayahnya Rannie. Beberapa orang mulai nampak loyo dan kedua putri mas Michael sudah tergeletak tidur di lantai beralaskan tikar. Akhirnya, setelah sedikit ada insiden dengan penjual makanan karena dia salah hitung, maka setelah dibayar, sekitar jam setengah sepuluh malam, acara bubar dan kami bersalam-salaman untuk berpisah.

Sungguh acara hari ini berlangsung sangat meriah bagi saya. Di luar dugaan dan harapan saya. Apresiasi yang begitu besar dari rekan-rekan yang ada begitu menggembirakan saya sehingga tak membuat saya lelah. Cuaca yang mendukung dan sama sekali tidak hujan, memperlancar berlangsungnya acara ini. Jumlah yang hadir juga di luar pekiraan saya. Pokoknya, saya bahagia sekali malam itu.  Semoga kawan-kawan juga bisa menikmati acara gathering milis kita yang sudah berusia 10 tahun ini.

Keluar dari area TIM, mobil melaju di jalan raya kota Jakarta yang sudah nampak gelap. Meski di luar sunyi sepi, tapi dalam hati penuh dengan gejolak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah catatan hari ketiga perjalanan di Jakarta.

Oh ya, saat gathering di TIM juga hadir seorang perempuan bernama Sally Anom, mahasiswi ITB jurusan Fisika. Saat itu memang belum ikutan milis namun tertarik sekali dengan UFO dan rencananya akan ikut milis.

* * *
Minggu, 9 Desember 2007.

Pagi yang cerah. Saya beruntung saat di Jakarta tidak diguyur hujan deras. Hanya sekali hujan dan itupun saat berada di dalam kendaraan. Rencana hari ini adalah adalah jalan-jalan, yakni ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Saya pernah dua kali ke sana. Pertama saat saya diundang oleh presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto di tahun 1983. Waktu itu saya memenangkan juara kedua lomba karya tulis ilmiah remaja LIPI-TVRI bidang Sosial. Saya menulis penelitian tentang dampak kalkultator bagi siswa sekolah menengah. Sebenarnya saya sempat bilang ke Sinbad, kalau bisa mampir ke kantornya LIPI di Jl. Gatot Subroto untuk mendapatkan salinan atau copy dari karya tulis yang pernah saya buat dulu itu. Karya tulis ini hilang dan saya tidak punya salinannya. Mungkin hilang ketika saya pindah rumah setelah menikah, atau rusak karena kebakaran di tetangga sebelah rumah yang membuat rumah saya kena semprot air PMK. Tapi rencana ke LIPI ditunda dan saya pikir bisa dilakukan kapan-kapan atau melalui surat.

Yang kedua kalinya saya ke TMII dengan anak saya yang besar. Naik busway kemudian pindah ke bus kota dan di tengah perjalanan ditutunkan oleh kondektur busnya untuk kemudian disuruh naik taksi. Memang sampai juga ke TMII namun cukup jengkel juga karena diturunkan di tengah jalan. Terlebih sopir taksinya juga agak mengomel karena dari situ ke TMII jaraknya sudah agak dekat.

Jam 9 pagi lebih, saya check out dari hotel. Tas dan barang-barang kemudian dimasukkan ke bagasi mobil Sinbad,

Mobil meluncur di jalan yang lenggang. Saya tidak kenal betul nama-nama jalan, namun masuk ke ruas jalan tol yang menuju ke Cawang dan kemudian keluar di Taman Mini. Perjalanan ke sana tidak sampai setengah jam. Berbeda ketika saya dengan anak saya naik bus yang memakan waktu cukup lama. Memang enak lewat jalan tol kalau tidak macet.

Tak ada yang istimewa selama di TIM. Jalan-jalan melihat monumen dan museum yang ada. Sinbad begitu senang melihat area Sumatera Utara, tempat kelahirannya. Juga ketika melihat monumen pesawat terbang RI 001 Seulawah. Maklum Sinbad punya cita-cita jadi pilot tapi nggak kesampaian. Sementara saya dulunya pernah ingin jadi astronaut tapi naik roller coaster aja ngeri.

Yang menarik adalah saat mampir ke pasar buku langka yang ada di salah satu sudut TMII.  Di sana menemukan beberapa buku tentang UFO. Pertama adalah bukunya bapak J. Salatun yang berjudul "Menjingkap Rahasia Piring Terbang". Buku ini sudah tidak ada sampulnya namun isinya masih lengkap. Dengan demikian, BETA-UFO Resource Center mempunya tiga buah cetakan asli dari buku ini. Buku yang kedua adalah sebuah buku UFO terjemahan yang berjudul "UFO, Benarkah Piring Terbang Mengunjungi Inggris?" karangan Robert Chapman.

Sekitar pukul 2 siang keluar dari TMII menuju ke kota Jakarta. Sinbad salah jalan sehingga justru masuk tol yang ke arah Pondok Indah. Akhirnya diputuskan mampir sebentar ke Pondok Indah Mall. Di sana makan di food court dan lihat ke sebuah toko mainan (saya suka mengkoleksi pesawat terbang) dan perjalanan kemudian berlanjut ke arah stasiun kota.

Sebelum sampai di stasiun, saya berencana membeli sebuah tas. Banyak barang bawaah yang tidak dapat masuk tas sehingga akan kesulitan membawanya. Dalam perjalanan ada sebuah tempat belanja yakni Gajah Mada Plaza. Di sana mampir ke supermarket yang ada di bagian bawah dan membeli tas. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul enam, sementara kereta api akan berangkat pukul setengah tujuh malam.

Tiba di stasiun Jakarta Kota sekitar pukul 6 seperempat. Setelah bersalaman dan berpamitan dengan Sinbad dan istrinya, saya dan keluarga saya naik ke kereta api. Gerbong tempat duduk adalah kereta 2. Dalam hati agak mengomel, karena posisi kereta 2 ada di dekat loko sehingga jalannya lumayan jauh juga. Apalagi barang yang dibawa juga lumayan berat-berat.

Duduk di kereta begitu nyaman rasanya. Lega karena sebentar lagi akan berangkat dan menuju ke rumah sendiri. Karena tidak terlalu mengantuk, hingga jam 12 malam saya membaca sebuah buku yang saya beli di pasar buku langka TMII, judulnya "Pasang Naik Kulit Berwarna" karangan L. Stoddard. Menariknya buku ini karena membahas ras Nordik. Siapa tahu ada kaitannya dengan alien nordik.

Menjelang tengah malam, mata mulai berat. Tidur di kereta api. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah catatan hari keempat perjalanan di Jakarta.

Epilog

Kereta tiba di stasiun Pasar Turi Surabaya sekitar pukul setengaj tujuh pagi. Panas matahari di kota Surabaya mulai terasa menyengat. Berharap agar mobil tidak sampai mogok karena beberapa hari di tinggal di tempat parkir stasiun. Masuk mobil, starter dan lancar. Jarak stasiun KA dengan rumah saya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 Km saja. Itu sebabnya saya lebih suka menitipkan kendaraan di sana, sebab kalau naik taksi biasanya mereka enggan mengantarkan jika jaraknya dekat. Tiba di rumah sekitar jam 7 pagi. Merasakan nikmatnya ranjang sendiri dan sebentar kemudian membuka komputer dan mendownload sekitar 200 email Untung sebelumnya sebagian besar milis sudah saya atur dengan model webmail. Di depan komputer sempat mengantuk dan kembali rebahan. Saat rebahan itu saya tampaknya mengalami tindihen (reprepan) seakan sadar tapi tak bisa bergerak. Saya berpikir, wah ini jangan-jangan seperti yang dialami mas Gatot. Saya sempat berpikir, kalau memang saya mau dibawa alien, apa sebaiknya saya pasrah saja atau saya berusaha sekuat tenaga untuk melawan dan bangun? Lalu saya pikir, ah lebih baik saya bangun saja. Dengan sekuat tenaga saya membuka mata. Berhasil. Meski jantung saya berdebar-debar cukup kencang.

[Selesai]




Popular Posts