Dalam
pertemanan, persahabatan atau bahkan bisnis serta pernikahan, ada
kalanya kita konflik dengan partner kita. Itu wajar, sebab manusia pada
dasarnya memiliki sifat yang berbeda-beda. Kalau kita belajar
antropologi, kita tahu bahwa semakin beragam manusia, semakin punya
potensi konflik besar. Namun, kalau kita bicara dalam hubungan antara
dua orang, di mana dulunya adalah sahabat atau partner, namun
kemudian konflik, bertengkar dan merasa yang satu berkhianat sehingga
yang lain menjadi jengkel, ada sebuah nasihat yang pernah saya dengar
dari seorang teman saya.
Hidup dan pertemanan itu ibarat sebuah tali yang kita pegang di ujung-ujungnya.
Ketika kita bertengkar, maka tali itu sama dengan kita putus.
Dengan putusnya tali itu maka kita bisa semakin jauh.
Namun, tali itu masih bisa disambung kembali....
itu kalau kita mau menyambungnya...
dan....
ketika kita menyambung tali itu...
apa yang terjadi?
Tali itu ternyata semakin pendek...
Setiap kali kita putus, namun kita sambung kembali, maka tali itu akan semakin pendek...
Menjadi pendek karena ada yang kita gunakan sebagai simpul talinya.
Semakin pendek, berarti semakin dekat jarak kita...
Semakin mengenal...
Semakin akrab...
Semakin tahu tentang teman kita...
Tapi...
kalau tali itu kita putus dan tidak kita sambung lagi...
maka akan putus selamanya.
Memang ketika sudah ada keretakan atau putus tali pertemanan, suasana menjadi tidak enak.
Ada kepercayaan yang dikhianati...
ada sifat yang tidak disuka yang membuat kita muak...
tapi...
pertemanan itu bukan mencari orang yang sama dengan kita.
Manusia itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain...
Perbedaan itu dibuat oleh Yang Maha Kuasa agar manusia saling melengkapi...
Maka jalinlah pertemanan...
Ikat kembali tali yang telah putus...
maka akan makin dekat, makin dekat dan makin dekat...
hingga kita bisa rasakan pertemanan serta persahabatan yang sejati...
tanpa ada lagi ingin menuntut, tanpa ada lagi rasa ingin menguasai..
semua yang ada hanya untuk berbagi...
demi teman dan sahabat yang kita miliki...
dengan cinta...
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Ayah saya bukan tipe yang suka marah, tapi bukan berarti saya tidak pernah dimarahi. Mungkin karena jarang marah, saya ingat peristiwa-peris...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...