12 Mei 2013

Sun Tzu: Stretegi 'Perang' Bisnis Dari Timur (8/8)

Memakai Mata-Mata Untuk Menangkan Persaingan

-Oleh: Nur Agustinus-

Bicara soal mata-mata, mungkin kita akan membayangkan organisasi spionase seperti CIA, KGB atau Mossad. Tiap negara boleh dibilang pasti memiliki organisasi intelligence atau mata-mata. Manfaatnya sudah pasti ada, sebab mata-mata ini banyak menentukan keberhasilan suatu serangan. Melalui informasinya, seorang panglima dapat menyusun strategi yang lebih akurat dalam mengalahkan musuhnya.

Hal ini juga tidak lepas dari pengamatan Sun Tzu. Seperti dikatakannya, mengetahui lebih dahulu tentang musuh tidak dapat diperoleh dari dewa atau makhluk halus, melainkan dapat diperoleh dari orang yang mengetahui keadaan musuh. Untuk itulah digunakan spion (mata-mata). Kalau falsafah ini hendak kita terapkan dalam dunia bisnis, apakah memang diperlukan spionase dalam bisnis?

Memang, untuk mengetahui keadaan pesaing, tidak bisa diketahui melalui paranormal, melainkan harus melalui orang yang tahu tentang keadaan pesaing. Seperti kata Sun Tzu, untuk itulah diperlukan mata-mata/informasi. Melalui spion akan dapat diketahui lebih dahulu rencana musuh dan hal itu merupakan dasar bagi kita untuk melakukan suatu tindakan.

Sun Tzu menegaskan bahwa spion adalah salah satu unsur yang paling penting dalam perang. Berdasarkan keterangannyalah bala tentara bergerak. Dalam bisnis, tanpa ada informasi, kita tidak mungkin bergerak. bergerak tanpa informasi akan menyebabkan kemungkinan kehancuran. Informasi perlu diperoleh dan diketahui. Oleh karena itu, pencari informasi (spion) adalah sangat penting.

Dalam bukunya The Art of War, menurut Sun Tzu ada lima jenis spion. Pertama, spion setempat, yaitu merupakan penduduk daerah musuh yang digunakan sebagai spion. Bila kita mencoba menerapkan teori ini, maka kita perlu menggunakan masyarakat, media massa untuk mencari informasi tentang keadaan pesaing.

Jenis spion kedua adalah spion dalam, yaitu pejabat musuh yang bekerja untuk kita. Dalam perusahaan kita bisa memperolehnya bila ada karyawan perusahaan pesaing yang memberi informasi dan bekerja untuk kita.

Yang ketiga adalah spion rangkap, yaitu spion musuh yang berbalik. Ini akan bisa kita dapatkan jika ada karyawan perusahaan pesaing yang mengetahui banyak kemudian ditawari kerja bagi kita sehingga memberi informasi. Ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan cara membajak manager perusahaan pesaing.

Spion jenis yang keempat adalah spion mati, yaitu spion kita yang digunakan untuk memberi informasi yang menyesatkan musuh. Cara melakukan dalam bisnis adalah dengan sengaja kita mengirim seseorang untuk memberi informasi palsu yang menyesatkan sehingga pesaing bereaksi yang salah.

Jenis kelima, yang terakhir, adalah spion hidup, yaitu spion kita yang pergi untuk melakukan penyelidikan dan pulang membawa keterangan. Dengan demikian, kita benar-benar menugaskan seseorang untuk masuk ke perusahaan pesaing atau masuk ke kantornya, kemudian mencari informasi dan pulang melaporkan.

Pertanyaannya, etiskah menggunakan pesaing? Perbuatan curi mencuri teknologi memang banyak dilakukan. Tindakan mencuri semacam ini jelas melanggar hukum, misalnya mencuri cetak biru sebuah rencana prosesor komputer canggih dari perusahaan pesaing. Namun bagaimanakah dan sejauh manakah kita memakai mata-mata?

Pekerjaan mata-mata bukanlah mencuri, melainkan mencari informasi. Menurut Sun Tzu, pekerjaan mata-mata bukan pekerjaan yang rendah dan kotor, melainkan pekerjaan yang mulia. Justru hanya orang yang tinggi budi pekertinya dan bijaksana yang bisa digunakan atau dipercaya sebagai mata-mata.

Mempergunakan orang yang keliru untuk tujuan mata-mata, hasilnya bisa bahkan terbalik. Sebab, banyak sekali kasus seorang mata-mata menjadi agen ganda tanpa kita ketahui. Misalnya dalam dunia mata-mata yang sesungguhnya, seorang agen CIA bisa saja merangkap menjadi agen KGB. Akibatnya justru fatal. Rahasia yang paling vital akhirnya bisa bocor ke tangan musuh, termasuk nama-nama spion yang kita pakai.

Mata-mata ini umumnya dipilih dari orang yang betul-betul bisa dipercaya. Namun dipercaya saja tidak cukup. Dipercaya ini sebenarnya sudah mengandung dua aspek utama, yaitu orang itu harus jujur dan loyal. Pribadi seorang yang hendak diarahkan untuk menjadi mata-mata seperti kata Sun Tzu haruslah yang baik budi pekertinya serta bijaksana.

Nah, falsafah perang Sun Tzu ini, walau tampak sederhana, namun pada prakteknya tidak semudah itu. Banyak hal yang sebenarnya merupakan akal sehat saja. Seperti kita ketahui, manajemen itu sendiri bisa berjalan baik bila manajernya dalam mengelola menggunakan akal sehatnya. Persoalannya, banyak sekali pengambilan keputusan yang tidak didasari rasio yang baik, banyak terlibat emosional dan keputusan yang ceroboh. Dengan strategi bisnis dari Timur ini, tentunya Anda bisa lebih mendalami bagaimana menjadi seorang panglima yang hebat, yang membawa perusahaan Anda menuju keunggulan dalam persaingan. 


(Selesai)

Popular Posts