11 Mei 2013

Mengapa mencintai pekerjaan itu penting?


Oleh: Nur Agustinus

Ada cukup banyak pegawai yang datang ke kantor dengan wajah kurang berseri-seri. Pekerjaan yang dilakukannya dirasakannya sebagai suatu beban. Dari tingkah lakunya, dapat dilihat bahwa ia mengalami stres. Namun belum tentu pekerjaannya tidak beres. Orang-orang ini akan tampak selalu lelah, karena secara psikis mereka harus bekerja dengan energi yang jauh lebih besar. Apa yang terjadi sesungguhnya?

Ada suatu kesan yang biasanya diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang hendak masuk ke tempat pekerjaannya yang baru: "Jadilah orang yang jujur, bekerjalah sebaik mungkin dan cintailah pekerjaanmu". Dalam nasihat ini sebenarnya terkandung tiga pesan utama ini: integritas, kompeten dan konsisten. Memang sulit sekali menjadi loyal bila ia tidak jujur, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Dan orang juga tidak mungkin dapat konsisten dalam bekerja bila ia tidak mencintai apa yang ia kerjakan.

Seseorang hanya dapat berhasil dalam pekerjaannya bila ia punya beberapa dasar yang kuat, antara lain adalah: Ketekunan, motivasi dalam bekerja, minat terhadap pekerjaan serta bakat yang dimiliki apakah menunjang atau tidak. Tanpa ketekunan, sesuatu pekerjaan akan dilakukan dengan tergesa-gesa dan sembrono. Tanpa minat, seseorang akan terlihat ogah-ogahan. Tanpa bakat, seorang pekerja akan selalu melakukan kesalahan dan canggung dalam melakukan tugasnya. Di sinilah letak fungsi dari seleksi yang dilakukan pada awal penerimaan karyawan. Apabila karyawan diterima tanpa melalui prosedur seleksi yang ketat dengan psikotes serta tes kemampuan pekerjaan, maka kita bisa menerima orang yang salah.


Seseorang memang bisa saja bekerja untuk tujuan mencari uang semata-mata, sehingga mengabaikan perasaan dan kepuasan kerjanya. Ia bisa bekerja dengan mengacuhkan segala suasana, datang selalu tepat waktu, pekerjaan selalu beres, tetapi ada satu hal yang pasti, ia tidak akan berprestasi lebih. Kariernya juga tidak akan pernah meningkat. Hal ini disebabkan, sebenarnya ia bukan "the right person in the right place".

Begitu banyak manusia yang menjadi korban dari pekerjaannya sendiri. Boleh dibilang ia sudah tidak betah dan setiap hari tubuhnya digerogoti oleh stres. Namun untuk sampai pada keputusan berhenti kerja, ia tak berani. Mereka tidak berani mengambil keputusan untuk menjadi penganggur. Hal ini sangat beralasan, karena keluarga mereka juga butuh makan. Sambil mencoba memasukkan surat lamaran ke sana kemari, baru bila ada panggilan yang dirasakan cocok, ia kemudian pindah kerja.

Padahal, bila ia bisa menerima kenyataan hidup sementara sebagai penganggur, mungkin sekali hidupnya bisa lebih bahagia. Tidak dalam keadaan tertekan dan sementara menganggur, ia mungkin bisa mengisi waktunya untuk kegiatan hobi atau mengikuti kursus. Bahkan mungkin bisa mencari penghasilan tambahan melalui menulis artikel, memperantarakan penjualan rumah, menjadi broker dan sebagainya. Selain itu, masa menganggur adalah waktu yang sangat tepat bila digunakan untuk evaluasi diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ada sebuah sajak yang menarik sekali tentang hal ini yang menggambarkan keadaan seseorang dalam bekerja:



Jika kamu tidak menyukai pekerjaanmu,
Kamu akan membutuhkan tiga kali tenaga!
Untuk mendorong dirimu untuk bekerja,
untuk menahan segala ketegangan,
dan akhirnya bekerja susah payah.

Jika kamu mencintai pekerjaanmu,
Hasratmu besar untuk mengerjakannya.
Ibarat seperti angin berhembus,
mendorong dan mempercepat laju kapal,
tanpa harus banyak mengeluarkan tenaga.

Jika kamu menyukai pekerjaanmu,
Kamu bekerja tanpa habis-habisnya.
Akan bekerja, apabila kamu menyukainya.
Tetapi cobalah untuk menikmatinya.

Jika kamu menikmati pekerjaamu,
kamu akan bekerja dan bekerja.
Tanpa memperhatikan jam lagi
dan kamu akan peroleh dan nikmati,
lebih banyak hasil dari sebelumnya.


Namun ternyata tak selamanya bila orang menikmati pekerjaannya itu baik. Biasanya keluarga yang akan mendapatkan masalah. Tak heran, bila ada orang yang terlalu menikmati pekerjaannya, ia bisa lupa waktu. Baginya pekerjaan boleh dibilang yang paling utama. Bahkan tak jarang keluarga menjadi berantakan karena ini. Pulang sampai larut malam, dirumah pun masih mengerjakan tugas-tugas kantor, bahkan malam hari terkadang tiba-tiba bangun untuk kemudian berpikir dan mengerjakan tugasnya. Apabila hal ini terjadi, maka bukan yang baik yang didapat tetapi suatu bahaya.


Dalam disiplin ilmu psikologi dikenal istilah ergomania, yakni orang yang gila kerja. Istilah lainnya adalah "work alcoholic" atau ketagihan kerja. Sementara ada orang yang malas bekerja, golongan yang ini malah tidak bisa berdiam diri. Bahkan kalau perlu ia bekerja 24 jam penuh. Keadaan fisiknya tidak diperhatikan lagi. Umumnya, kalau mereka merasakan tubuhnya melemah, mereka menggunakan obat perangsang semacam kokain untuk menambah semangat mereka. Hasilnya, banyak di antara mereka yang kecanduan dan ketagihan pada obat-obatan. Ini adalah salah satu bentuk penyakit yang banyak melanda kalangan eksekutif di negara maju.

Siapa pun ingin agar hidup yang tidak lama di dunia ini bisa dinikmati dengan sebaik-baiknya. Setiap orang pasti berkeinginan hidup bahagia dan layak. Kerja juga adalah suatu bagian dari hidup manusia. Karena kerja sesungguhnya adalah suatu gerakan atau usaha untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Dengan demikian, ada baiknya bila setiap minggu kita mengadakan introspeksi diri, apakah kerja yang telah kita lakukan selama seminggu telah membawa diri kita menjadi lebih baik atau tidak? Apakah hidup kita makin sejahtera? Apakah keluarga kita makin gembira? Atau apakah diri kita makin sakit? Deepak Chopra dalam bukunya "7 Kunci Kebahagiaan Sejati"  mengemukakan bahwa tubuh kita terus-menerus berbicara kepada kita melalui sinyal kenyamanan dan ketidaknyamanan, kesenangan dan rasa sakit, tarikan dan tolakan. Ketika kita dalam kondisi tidak selaras dengan irama universal, sinyal yang datang kepada kita adalah rasa tidak nyaman, apakah itu fisik, mental atau emosional.

Steve Jobs juga pernah mengatakan, "Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang Anda kerjakan. Jika Anda belum menemukan itu, carilah terus, jangan diam. Anda akan tahu jika telah menemukannya."

Surabaya, 15 November 2012

Popular Posts