Law
of Attraction atau The Secret sudah bukan hal yang baru. Sempat ramai
jadi bahan pembicaraan namun kemudian tidak banyak lagi dibahas. Di
tahun 2007, saat The Secret mulai diperkenalkan oleh Rhonda Byrne, saya
pernah membuat sebuah tulisan tentang hal ini. Menurut saya ada banyak
yang menarik meski tak sedikit yang skeptis dengan ulasan ini.Tulisan
ini pernah saya tayangkan di milis psikologi http://groups.yahoo.com/group/psikologi/ secara berseri. Siapa tahu tulisan lama ini masih berguna untuk menambah wawasan kita semua.
Ketika saya melihat ulang video "The Secret" yang menjelaskan tentang konsep "Law of Attraction", Ternyata nonton untuk yang kedua kali bisa menimbulkan pemahaman yang lebih dalam, yang terlewatkan atau tidak terpikirkan pada saat nonton yang pertama. Apalagi saya sambil membawa buku catatan dan menulis point-point yang penting dari tayangan tersebut.
Jadi, ini yang saya tangkap dari video tersebut.
Pertama adalah memang video ini membahas soal "Law of Attraction". Inti dari aturan itu adalah apa yang kita pikirkan akan "menarik" hal itu kepada kita. Oleh karena itu, pertahankan apa yang ada di pikiran kita. We are like magnets - like attract like. You become AND attract what you think.
Dikatakan bahwa hal itu awalnya tidak mudah. Apalagi manusia punya kecenderungan berpikir pada hal yang tidak diinginkan. Prinsip dari aturan ini adalah "Thoughts Become Things". Apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita dapatkan. Sejauh ini menurut pemahaman saya masih cocok. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah sama dengan yang dikatakan sebagai "mindset" . Different mindset, different actions, different results.
Nah untuk itu, petunjuk awal yang harus dilakukan adalah Ubah perhayian kita dan fokus pada yang diinginkan bukan pada yang tidak diinginkan. Misalnya, jangan berfokus, "aku tidak ingin terjebak kemacetan di jalan" tapi "aku ingin perjalananku lancar". Jadi pikiran dengan isi pesan positif akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Tapi kalau berfokus "aku tidak ingin terjebak macet", maka malah kemacetan yang akan dialami. Itu karena kita "menarik" kata "macet" itu. People think about what they don't want and attract more of the same.
Saya pernah mendengar sebuah ceramah, di mana si pembicara mengatakan, "coba tutup mata Anda dan sekarang jangan sekali-kali membayangkan gajah". Maka hasilnya, Anda justru akan membayangkan gajah.
Seorang presenter di video itu mengatakan, "Choose your thoughts carefully .. you are a masterpiece of your life".
Nah, berikutnya adalah.... pikiran kita yang membentuk perasaan kita. Your thoughts cause your feelings.What you think and what you feel and what actually manifests is ALWAYS a match - no exception.
Apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan dan apa yang terjadi adalah selalu sesuai. Jadi, kalau pikiran kita negatif, maka perasaan kita jadi buruk dan hari-hari kita akan berlangsung dengan buruk juga.
Saya pikir ini ada benarnya juga. Dengan kata lain, meski kita mengalami hal yang "sebenarnya" kurang baik, tapi kalau kita punya pikiran positif dan perasaan yang baik, maka hal itu akan kita jalani dengan menyenangkan. Ya, sesederhana itu sebenarnya. Coba saja, kalau pikiran Anda tentang bos itu negatif, maka perasaan Anda terhadap nya juga buruk, entah frustrasi atau marah. Kalau si bos kemudian marah kepada Anda, maka Anda akan merasakan hal itu sebagai hal yang buruk pula. Tapi kalau mindset tersebut kita ubah, bahwa bos jelek, emangnya gue pikirin, yang penting aku kerja dengan senang. Bos menekan aku ya itu haknya dia. Aku adalah aku, aku yang menguasai hidupku dan aku senang. Nah, ketika bos marah, saya akan menanggapi secara positif. Sama halnya dengan pengalaman pribadi waktu joint partner. Jika ada mindset bahwa "seorang teman seharusnya TIDAK begini, atau TIDAK begitu" maka yang terjadi adalah teman kita justru bertindak seperti yang kita bayangkan. Akibatnya, pikiran itu menjadi perasan yang buruk (bad feeling) dan menyebabkan perasaan tertekan, emosi dan akhirnya perpecahan. Banyak juga rumah tangga yang pecah karena hal seperti ini. Kita sering berpikir bahwa "suami atau istri saya harusnya TIDAK begini." Malah yang terjadi justru seperti itu. Sama seperti kita tidak mau membayangkan gajah, tapi yang terbayang justru gajah.
Kembali ke soal perasaan, dalam diri kita ada yang dinamakan emotional guidance system. Kalau Anda mencari lewat google dengan "emotional guidance system", Anda akan menemukan juga bagaimana cara mengukurnya. Intinya adalah, ada 2 bentuk emosi dalam diri manusia, pertama adalah emosi baik dan kedua adalah emosi buruk. Emosi yang buruk misalnya adalah perasaan bersalah, kemarahan, rasa frustrasi, pesimis, dan lainnya. Sementara emosi baik seperti harapan, bahagia, cinta.
Ketika kita bangun pagi, bagaimana pikiran dan perasan kita saat itu akan mewarnai kehidupan kita di hari itu. Namun, sebenarnya, menurut "The Secret", kita bisa memilih mau "good mood" atau "bad mood". Kalau kita di hari minggu malam sudah "mengeluh"... wah, besok hari senin, mesti balik kerja lagi... capek deh... Maka kita akan mendapatkan "buah" dari pikiran kita dengan merasa capek di hari-hari kerja itu. Ini adalah soal mindset dan kebiasaan kita tanpa kita sadari adalah berpikir yang negatif.
Jadi, ketika kita mempunyai perasaan sesuatu, maka ada hukum di mana hal itu menarik ke arah diri kita... sehingga terjadi mewujud. Becoming aware of you thoughts. Itu sebabnya, menjadi seorang optimis jauh lebih baik daripada seorang yang pesimis. Tapi, memang benar, tidak semudah itu menjadi optimis!
Padahal, adalah hak kita untuk berpikir untuk sehat, berpikir untuk makmur, berpikir untuk bahagia. Kalau cuma berpikir saja kita enggan, bagaimana itu bisa mempengaruhi perasaan kita? Memang betul bahwa tidak ada yang salah Anda puas dengan keadaan yang sekarang. Itu adalah pikiran dan perasaan yang positif. Anda mau berpikir bahwa Anda puas dengan yang sekarang, itu adalah hak Anda. Namun sebenarnya Anda puas dengan keadaan Anda di masa lalu, bukan di masa kini atau bahkan di masa depan. Kita tidak mungkin memberi penilaian tentang kehidupan kita di masa depan. Tapi kalau kita mengatakan bahwa "aku ini orangnya pemalu", maka hal itu adalah masa lalu. Sebab, kalau kita mau, kita bisa saat ini juga, di sini dan sekarang untuk mengatakan bahwa "aku orang yang percaya diri."
Videonya sendiri cukup panjang. Sekitar 2 jam.
Mungkin ada yang bertanya... bagaimana kalau saya sudah berpikir bahwa saya ingin perjalanan saya lancar tapi ternyata saya tetap terjebak macet? Jika Anda berpikir ingin perjalanan Anda lancar, maka tentu otak Anda akan mencari jalan alternatif dan menghindari jalan yang macet. Atau setidaknya, Anda kemudian akan berpikir untuk pergi pada jam sekian yang Anda yakin sudah lancar. Namun, seringkali dalam perjalanan kemudian Anda ragu... keraguan ini memang sering muncul karena manusia punya yang namanya "intuisi". Misalnya, kemudian berpikir, apa iya aku tidak akan terjebak macet? Anda mungkin juga akan melihat perilaku pengemudi yang bolak balik pindah jalur hanya karena melihat jalur yang satu lebih lencar ketimbang yang lain. Akibatnya justru setelah dia pindah, jalur dia sebelumnya malah lebih lancar dari yang dipilihnya. Ada pepatah, pilih-pilih tebu oleh sing bongkeng (pilih-pilih tebu dapatnya yang jelek).
Kembali ke soal "Law of Attraction", ada tiga step (langkah) yang harus terjadi.
Pertama adalah meminta (ASK). Anda harus meminta apa yang Anda inginkan. Nah, untuk itu, Anda mesti tahu apa yang Anda inginkan. Di sinilah beda antara orang yang suka mengeluh termasuk juga yang sudah puas dengan keadaan, dibanding dengan orang yang optimis dan punya harapan lebih. Orang sebaiknya punya cita-cita. Tahu apa yang diinginkan. Misalnya, Anda tanya ke anak Anda, mau hadiah apa ketika ulang tahun? Lalu, dia menjawab "terserah". Maka dia sebenarnya tidak meminta apa yang dia inginkan atau tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Tapi misalnya dia meminta ingin dibelikan sesuatu yang jelas, maka boleh jadi dia akan mendapatkannya.
Itu sebabnya, cobalah untuk tahu apa yang benar-benar kita inginkan. Anda boleh puas dan keadaan sekarang, namun adalah baik jika Anda tetap ingin sesuatu yang lebih dari sekarang. Sebab dalam kehidupan ada yang namanya perubahan. Manusia tidak mungkin tetap sama. Suatu saat manusia juga akan menjadi tua dan akhirnya meninggal dunia. Itu adalah hukum alam. Harta benda yang kita miliki juga tidak selamanya abadi. Kadang kita harus rela kehilangan dan yang terpenting adalah bagaimana kita mensyukuri apa yang kita punya.
Buatlah daftar keinginan Anda. Namun ingat, jangan menggunakan kata negatif, seperti "aku ingin bebas dari hutang". Sebab nanti yang "ditarik" adalah hutang itu. Tapi misalnya, "aku ingin membayar hutang" Sebab ada banyak orang yang punya banyak hutang, tapi ketika dia mendapat rejeki lebih, dia lupa membayar hutangnya. Hutang adalah prioritas terakhir yang akan dilakukan saat orang punya uang lebih. Namun bagi orang yang berpikir, aku ingin segera melunasi pinjamanku, maka orang ini akan benar-benar membayarnya saat dia punya uang.
Kedua adalah percaya akan ada jawaban (ANSWER). Anda harus yakin dan percaya bahwa jawaban akan diberikan. Mengenai berapa lama waktunya, itu yang kita tidak pernah tahu. Keragu-raguan akan menyebabkan benih yang akan tumbuh menjadi enggan tumbuh. Ketika kita ingin meminta, "aku ingin punya mobil .... (harus jelas dan spesifik)" maka ketika dalam perjalanan kita kemudian berpikir, "ah... mana bisa ya dengan uangku yang pas-pasan begini?" Maka hasilnya juga akan tertunda atau bahkan bisa batal.
Di sinilah banyak yang tidak sepaham dengan "Law of Attraction". Ada yang bilang terkesan mistik. Ada yang menganggap ini hanya sugesti diri sendiri. Ada yang mengatakan bahwa hal ini cuma omong kosong saja.
Sebagai contoh, ada orang yang akhirnya punya rumah impiannya setelah 10 tahun. Ya, seperti ada yang bilang juga, kasus personal seperti itu tidak bisa dijadikan sebagai contoh atau bukti nyata.
Ketiga, adalah kemauan kita untuk menerima (RECEIVE). Kadang ketika jawaban datang, kita justru menolaknya.
Saya punya contoh sederhana, yang dialami teman saya. Teman saya ini bukan member milis ini. Dia bekerja sendiri di bidang komputer dan memberi jasa layanan servis (teknisi). Nah, problemnya, ketika mendapat tawaran membuat kartu kredit, dia kesulitan ketika diminta slip gaji atau kartu kredit yang lain. Sebab dia belum punya kartu kredit yang lain dan juga tidak punya slip gaji maupun surat ijin usaha (SIUP). Namun ada satu hal juga yang membuat dia tidak mau mengapply kartu kredit, yaitu dia tidak suka ditolak (hal yang sama juga membuat dia sulit dapat pasangan hidup karena takut ditolak). Nah, dia melayani customernya dan salah satunya saat itu sedang ditawari oleh sales kartu kredit sehingga para pegawainya ramai-tamai mengajukan aplikasi. Dia juga ditawari untuk dan bahkan diberi semacam slip gaji dari perusahaan kliennya tersebut. Tapi, apa yang terjadi? Dia justru menolak tawaran itu. Jawaban telah datang tapi kesiapan dia untuk menerimanya tidak ada. Hasilnya jelas, sampai saat ini dia tidak punya kartu kredit. Mungkin ada yang bilang, beruntunglah dia tidak sampai terbelit hutang kartu kredit. Eitt, tunggu dulu, beberapa kali kartu kredit saya juga dipinjam dia untuk membeli sesuatu. Saya percaya padanya bahwa dia akan membayarnya. Dan dia membayarnya. Mungkin kalau saya berpikir bahwa dia tidak akan membayar, maka dia juga akan tidak membayarnya. Ini adalah Law of attraction.
Kesanggupan kita untuk menerima jawaban ini yang seringkali tidak mudah. Seperti ada cerita, ada seorang kebanjiran sehingga terpaksa berada di atap rumahnya. Dia berdoa kepada Tuhan agar datang menolongnya. Lalu, ada sebatang kayu menghampirinya dan dia malah membuangnya jauh. Lalu ada sebuah papan kayu menghampirinya, dia juga tidak menghiraukannya. Dia tetap dengan tekun berdoa minta pertolongan dari Tuhan agar tidak mati tenggelam. Mungkin di sini salahnya, dia berdoa supaya "tidak mati tenggelam". Ini adalah kata negatif dan yang "ditarik" adalah mati tenggelam. Padahal sudah ada jawaban, yaitu datangnya kayu, datangnya papan. Bahkan lebih ekstrim, saat itu ada tim penolong datang, dia malah menolaknya. Dia yakin bahwa Tuhan akan datang sendiri menyelamatkannya. Tuhan tidak pernah datang sendiri dan akhirnya dia mati tenggelam.
Cerita di atas mungkin Anda pernah dengar versi sejenisnya. Tapi moral dari cerita itu adalah, ketika kita meminta, yakinlah bahwa permintaan kita itu akan dijawab. Dan jika kita mendapat jawabannya, kita mesti siap menerimanya. Di sini yang penting adalah SPEED, yaitu kecepatan. Begitu ada peluang, bertindaklah segera. Anda saat ini ingin mencari jodoh? Jika ada peluang, raihlah sekarang juga. Sieze the day... Carpe diem... raihlah segera hari ini... seperti di film Dead Poet Society. Seringkali orang salah mempersepsikan law of attraction ini hanya dengan berpikir saja, tapi tidak disertai dengan tindakan. Anda tidak akan dapat apa-apa dengan tidak bertindak, sebab dengan tidak bertindak maka Anda sama saja menolak sebuah pemberian.
Seperti telah saya kemukakan tadi, ketika ada peluang, maka bertindaklah. Banyak orang yang dicomblangi ternyata tidak jadi dengan orang tersebut. Kenapa? Karena sering kali berangkat dengan perasaan ragu, berpikiran "apa ini benar calon yang tepat?" atau "ya, aku mau dikenalkan karena aku menghormati temanku yang telah bersusah payah membantuku". Tak heran ketika ada seorang teman saya yang bersama saya bertemu dengan Ki Dyot (spiritualis dan paranormal), bertanya soal jodohnya, maka dia balik ditanya, "Lho, kamu benar ingin nikah atau nggak?" Dia terus jawab, "ya itu, saya sendiri juga ragu... menikah ya bagus, tidak menikahpun ya tidak masalah." Kalau Anda paham dengan Law of Attraction, Anda pasti sudah dapat menganalisa, ke arah mana pikiran itu akan mewujud nantinya.
Banyak orang ketika ditanya, apakah kamu ingin menjadi kaya? Sering kita menjawab, menjadi kaya ya oke, tidak kayapun ya juga tidak masalah. Lalu dengan cara yang bijaksana dia mengatakan, "saya telah puas dengan keadaan saya sekarang." Anda tidak meminta, maka Anda juga tidak akan menerima. Itu aturannya.
Nah, meminta saja tidak cukup. Seperti saya kemukakan sebelumnya juga, ketika kita mendapat jawaban atau dengan kata lain ada peluang muncul, maka raihlah itu segera. Penundaan akan membuat kita tidak akan berhasil memperoleh apa yang kita inginkan. Memang benar ada unsur keberuntungan. Tapi keberuntungan itu bukan sekedar mendapat hadiah undian mobil mewah. Bahwa kita mendapat peluang, itu adalah keberuntungan. Ketika Anda berhasil membeli rumah meski secara kredit, itu juga merupakan peluang. Bayangkan kalau tidak ada peluang untuk kredit atau pengajuan Anda ditolak.
Mungkin Anda merasa saya muter-muter di pembicaraan ini. Tapi sebenarnya saya ingin memberi penjelasan yang lebih detail. Mengapa orang yang sudah bekerja ikut orang, lebih sulit untuk berwiraswasta ketimbang yang nganggur? Apakah karena mereka lebih nekad? Sebenarnya tidak juga. Mindset pegawai sudah terbentuk sekian lama, sehingga ketika dia harus mengambil pilihan untuk wirausaha, di mana dia kemudian dibayangi "kerugian" (ingat, ini faktor negatif), dibayangi "apakah bisa membayar cicilan rumah dan mobil", atau fasilitas kantor yang selama ini nikmat akan segera hilang, bahkan, apakah usaha saya akan bisa menghasilkan lebih besar dari gaji saya yang sudah nyaman saat ini, maka semuanya itu yang akan menjadi penghalang.
Itu juga mengapa orang tidak mudah untuk berubah. Manusia cenderung berada dalam zona yang dianggapnya nyaman. Menjadi status quo dan tidak lagi tergerak untuk bertindak lebih jauh. Dia juga muter-muter dengan kehidupan sehari-harinya.
Nah, hal yang utama dalam proses bagaimana pikiran menjadi kenyataan itu ada dua hal.
Pertama adalah Gratitude, yaitu perasaan syukur. Orang yang bersyukur telah mempeoleh pasangan hidup, akan hidup lebih bahagia ketimbang orang yang tidak mensyukuri pasangannya. Sederhana bukan? Kalau Anda tidak mensyukuri apa yang Anda dapatkan, maka Anda akan terbawa pada perasaan negatif. Entah iri hati, serakah atau juga depresi. Kematian orang yang dicintai memang merupakan hal yang buruk. Tapi kalau sikap kita positif, kita akan bisa menerimanya dengan lebih baik. Kita mensyukuri bahwa kita telah pernah mempunyai seorang yang sangat kita cintai. Kita bersyukur untuk itu.
Bersyukur juga berarti tidak mengeluh. Kalau kita mensyukuri apa yang kita punya, maka kita akan bahagia. Di sini banyak orang umumnya sudah melakukan, yaitu merasa "puas dengan apa yang ada." Namun alangkah baiknya jika hari kita dimulai dengan pikiran: "I'm so happy and grateful now that.. "
Tapi, itu saja tidak cukup.
Hal yang kedua adalah Visualization, atau visualisasi. Ada sebuah contoh yang umumnya dilakukan di kalangan olah raga, yaitu melakukan visualisasi gerakan. Seorang atlit senam diharuskan melakukan gerakan yang sulit. Dia berulang kali mencobanya dan tidak berhasil. Lalu, dia melakukan latihan melakui visualisasi gerakan. Dia membayangkan dirinya sedang melompat di atas palang, berputar dan menangkap pegangan secara tepat. Dia melakukan latihan visualisasi itu terus menerus. Lalu setelah dia merasa yakin, dia melakukannya. Hasilnya sungguh luar biasa.
Ada juga penelitian, seorang diminta memvisualisasikan sedang berlari, otot-otot tubuhnya dan otaknya direkam. Hasilnya ternyata menunjukkan hal yang sama dengan saat dia berlari sungguhan.
Coba visualisasikan apa yang Anda inginkan. Bagi kalangan yang meragukan law of attraction, di sini memang yang sering mendapat sanggahan. Bagaimana hanya dengan memvisualisasikan bisa jadi kenyataan? Bagaimana bisa kalau saya ingin punya mobil, kemudian memvisualisasikan naik mobil, lalu tiba-tiba mobil itu ada? Hm, tidak begitu cara bekerjanya. Sebab soal waktu memang tidak ada yang tahu. Anda bisa dapat mobil satu jam kemudian, sebulan kemudian atau bahkan beberapa tahun kemudian. Namun semua itu TIDAK AKAN menjadi masalah kalau Anda selalu mensyukuri apa yang Anda dapatkan.
Jadi, kalau Anda mau berubah, coba ambil sebuah papan. Tidak usah terlalu besar, mungkin cukup 30 cm x 40 cm. Pasang di dinding kamar. Tempelkan gambar apa yang Anda inginkan.... yang benar-benar Anda inginkan. Jangan cuma asal-asalan Anda inginkan. Setelah Anda tentukan apa yang Anda inginkan, atur pikiran Anda (mindset) dan percaya bahwa Anda akan mendapatkannya. Rasakan bahwa Anda telah mendapatkannya dan selalu fokus dengan perasaan itu. Lalu, syukuri apa yang Anda peroleh. Bawa diri Anda tiap hari dengan pikiran yang positif, perasaan yang bagus. Coba Anda peka terhadap "jawaban" yang diberikan ke dalam hidup Anda. Jawaban itu adalah peluang yang harus Anda jawab. terakhir, lakukan sesuatu. Take Action. Seperti kata dalam video tersebut: Our job is not to worry about the "How". The "How" will show up out of the commitment and belief in the "what."
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat buat kehidupan kita jika kita memang menginginkannya.
Salam,
nur agustinus
Ketika saya melihat ulang video "The Secret" yang menjelaskan tentang konsep "Law of Attraction", Ternyata nonton untuk yang kedua kali bisa menimbulkan pemahaman yang lebih dalam, yang terlewatkan atau tidak terpikirkan pada saat nonton yang pertama. Apalagi saya sambil membawa buku catatan dan menulis point-point yang penting dari tayangan tersebut.
Jadi, ini yang saya tangkap dari video tersebut.
Pertama adalah memang video ini membahas soal "Law of Attraction". Inti dari aturan itu adalah apa yang kita pikirkan akan "menarik" hal itu kepada kita. Oleh karena itu, pertahankan apa yang ada di pikiran kita. We are like magnets - like attract like. You become AND attract what you think.
Dikatakan bahwa hal itu awalnya tidak mudah. Apalagi manusia punya kecenderungan berpikir pada hal yang tidak diinginkan. Prinsip dari aturan ini adalah "Thoughts Become Things". Apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita dapatkan. Sejauh ini menurut pemahaman saya masih cocok. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah sama dengan yang dikatakan sebagai "mindset" . Different mindset, different actions, different results.
Nah untuk itu, petunjuk awal yang harus dilakukan adalah Ubah perhayian kita dan fokus pada yang diinginkan bukan pada yang tidak diinginkan. Misalnya, jangan berfokus, "aku tidak ingin terjebak kemacetan di jalan" tapi "aku ingin perjalananku lancar". Jadi pikiran dengan isi pesan positif akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Tapi kalau berfokus "aku tidak ingin terjebak macet", maka malah kemacetan yang akan dialami. Itu karena kita "menarik" kata "macet" itu. People think about what they don't want and attract more of the same.
Saya pernah mendengar sebuah ceramah, di mana si pembicara mengatakan, "coba tutup mata Anda dan sekarang jangan sekali-kali membayangkan gajah". Maka hasilnya, Anda justru akan membayangkan gajah.
Seorang presenter di video itu mengatakan, "Choose your thoughts carefully .. you are a masterpiece of your life".
Nah, berikutnya adalah.... pikiran kita yang membentuk perasaan kita. Your thoughts cause your feelings.What you think and what you feel and what actually manifests is ALWAYS a match - no exception.
Apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan dan apa yang terjadi adalah selalu sesuai. Jadi, kalau pikiran kita negatif, maka perasaan kita jadi buruk dan hari-hari kita akan berlangsung dengan buruk juga.
Saya pikir ini ada benarnya juga. Dengan kata lain, meski kita mengalami hal yang "sebenarnya" kurang baik, tapi kalau kita punya pikiran positif dan perasaan yang baik, maka hal itu akan kita jalani dengan menyenangkan. Ya, sesederhana itu sebenarnya. Coba saja, kalau pikiran Anda tentang bos itu negatif, maka perasaan Anda terhadap nya juga buruk, entah frustrasi atau marah. Kalau si bos kemudian marah kepada Anda, maka Anda akan merasakan hal itu sebagai hal yang buruk pula. Tapi kalau mindset tersebut kita ubah, bahwa bos jelek, emangnya gue pikirin, yang penting aku kerja dengan senang. Bos menekan aku ya itu haknya dia. Aku adalah aku, aku yang menguasai hidupku dan aku senang. Nah, ketika bos marah, saya akan menanggapi secara positif. Sama halnya dengan pengalaman pribadi waktu joint partner. Jika ada mindset bahwa "seorang teman seharusnya TIDAK begini, atau TIDAK begitu" maka yang terjadi adalah teman kita justru bertindak seperti yang kita bayangkan. Akibatnya, pikiran itu menjadi perasan yang buruk (bad feeling) dan menyebabkan perasaan tertekan, emosi dan akhirnya perpecahan. Banyak juga rumah tangga yang pecah karena hal seperti ini. Kita sering berpikir bahwa "suami atau istri saya harusnya TIDAK begini." Malah yang terjadi justru seperti itu. Sama seperti kita tidak mau membayangkan gajah, tapi yang terbayang justru gajah.
Kembali ke soal perasaan, dalam diri kita ada yang dinamakan emotional guidance system. Kalau Anda mencari lewat google dengan "emotional guidance system", Anda akan menemukan juga bagaimana cara mengukurnya. Intinya adalah, ada 2 bentuk emosi dalam diri manusia, pertama adalah emosi baik dan kedua adalah emosi buruk. Emosi yang buruk misalnya adalah perasaan bersalah, kemarahan, rasa frustrasi, pesimis, dan lainnya. Sementara emosi baik seperti harapan, bahagia, cinta.
Ketika kita bangun pagi, bagaimana pikiran dan perasan kita saat itu akan mewarnai kehidupan kita di hari itu. Namun, sebenarnya, menurut "The Secret", kita bisa memilih mau "good mood" atau "bad mood". Kalau kita di hari minggu malam sudah "mengeluh"... wah, besok hari senin, mesti balik kerja lagi... capek deh... Maka kita akan mendapatkan "buah" dari pikiran kita dengan merasa capek di hari-hari kerja itu. Ini adalah soal mindset dan kebiasaan kita tanpa kita sadari adalah berpikir yang negatif.
Jadi, ketika kita mempunyai perasaan sesuatu, maka ada hukum di mana hal itu menarik ke arah diri kita... sehingga terjadi mewujud. Becoming aware of you thoughts. Itu sebabnya, menjadi seorang optimis jauh lebih baik daripada seorang yang pesimis. Tapi, memang benar, tidak semudah itu menjadi optimis!
Padahal, adalah hak kita untuk berpikir untuk sehat, berpikir untuk makmur, berpikir untuk bahagia. Kalau cuma berpikir saja kita enggan, bagaimana itu bisa mempengaruhi perasaan kita? Memang betul bahwa tidak ada yang salah Anda puas dengan keadaan yang sekarang. Itu adalah pikiran dan perasaan yang positif. Anda mau berpikir bahwa Anda puas dengan yang sekarang, itu adalah hak Anda. Namun sebenarnya Anda puas dengan keadaan Anda di masa lalu, bukan di masa kini atau bahkan di masa depan. Kita tidak mungkin memberi penilaian tentang kehidupan kita di masa depan. Tapi kalau kita mengatakan bahwa "aku ini orangnya pemalu", maka hal itu adalah masa lalu. Sebab, kalau kita mau, kita bisa saat ini juga, di sini dan sekarang untuk mengatakan bahwa "aku orang yang percaya diri."
Videonya sendiri cukup panjang. Sekitar 2 jam.
Mungkin ada yang bertanya... bagaimana kalau saya sudah berpikir bahwa saya ingin perjalanan saya lancar tapi ternyata saya tetap terjebak macet? Jika Anda berpikir ingin perjalanan Anda lancar, maka tentu otak Anda akan mencari jalan alternatif dan menghindari jalan yang macet. Atau setidaknya, Anda kemudian akan berpikir untuk pergi pada jam sekian yang Anda yakin sudah lancar. Namun, seringkali dalam perjalanan kemudian Anda ragu... keraguan ini memang sering muncul karena manusia punya yang namanya "intuisi". Misalnya, kemudian berpikir, apa iya aku tidak akan terjebak macet? Anda mungkin juga akan melihat perilaku pengemudi yang bolak balik pindah jalur hanya karena melihat jalur yang satu lebih lencar ketimbang yang lain. Akibatnya justru setelah dia pindah, jalur dia sebelumnya malah lebih lancar dari yang dipilihnya. Ada pepatah, pilih-pilih tebu oleh sing bongkeng (pilih-pilih tebu dapatnya yang jelek).
Kembali ke soal "Law of Attraction", ada tiga step (langkah) yang harus terjadi.
Pertama adalah meminta (ASK). Anda harus meminta apa yang Anda inginkan. Nah, untuk itu, Anda mesti tahu apa yang Anda inginkan. Di sinilah beda antara orang yang suka mengeluh termasuk juga yang sudah puas dengan keadaan, dibanding dengan orang yang optimis dan punya harapan lebih. Orang sebaiknya punya cita-cita. Tahu apa yang diinginkan. Misalnya, Anda tanya ke anak Anda, mau hadiah apa ketika ulang tahun? Lalu, dia menjawab "terserah". Maka dia sebenarnya tidak meminta apa yang dia inginkan atau tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Tapi misalnya dia meminta ingin dibelikan sesuatu yang jelas, maka boleh jadi dia akan mendapatkannya.
Itu sebabnya, cobalah untuk tahu apa yang benar-benar kita inginkan. Anda boleh puas dan keadaan sekarang, namun adalah baik jika Anda tetap ingin sesuatu yang lebih dari sekarang. Sebab dalam kehidupan ada yang namanya perubahan. Manusia tidak mungkin tetap sama. Suatu saat manusia juga akan menjadi tua dan akhirnya meninggal dunia. Itu adalah hukum alam. Harta benda yang kita miliki juga tidak selamanya abadi. Kadang kita harus rela kehilangan dan yang terpenting adalah bagaimana kita mensyukuri apa yang kita punya.
Buatlah daftar keinginan Anda. Namun ingat, jangan menggunakan kata negatif, seperti "aku ingin bebas dari hutang". Sebab nanti yang "ditarik" adalah hutang itu. Tapi misalnya, "aku ingin membayar hutang" Sebab ada banyak orang yang punya banyak hutang, tapi ketika dia mendapat rejeki lebih, dia lupa membayar hutangnya. Hutang adalah prioritas terakhir yang akan dilakukan saat orang punya uang lebih. Namun bagi orang yang berpikir, aku ingin segera melunasi pinjamanku, maka orang ini akan benar-benar membayarnya saat dia punya uang.
Kedua adalah percaya akan ada jawaban (ANSWER). Anda harus yakin dan percaya bahwa jawaban akan diberikan. Mengenai berapa lama waktunya, itu yang kita tidak pernah tahu. Keragu-raguan akan menyebabkan benih yang akan tumbuh menjadi enggan tumbuh. Ketika kita ingin meminta, "aku ingin punya mobil .... (harus jelas dan spesifik)" maka ketika dalam perjalanan kita kemudian berpikir, "ah... mana bisa ya dengan uangku yang pas-pasan begini?" Maka hasilnya juga akan tertunda atau bahkan bisa batal.
Di sinilah banyak yang tidak sepaham dengan "Law of Attraction". Ada yang bilang terkesan mistik. Ada yang menganggap ini hanya sugesti diri sendiri. Ada yang mengatakan bahwa hal ini cuma omong kosong saja.
Sebagai contoh, ada orang yang akhirnya punya rumah impiannya setelah 10 tahun. Ya, seperti ada yang bilang juga, kasus personal seperti itu tidak bisa dijadikan sebagai contoh atau bukti nyata.
Ketiga, adalah kemauan kita untuk menerima (RECEIVE). Kadang ketika jawaban datang, kita justru menolaknya.
Saya punya contoh sederhana, yang dialami teman saya. Teman saya ini bukan member milis ini. Dia bekerja sendiri di bidang komputer dan memberi jasa layanan servis (teknisi). Nah, problemnya, ketika mendapat tawaran membuat kartu kredit, dia kesulitan ketika diminta slip gaji atau kartu kredit yang lain. Sebab dia belum punya kartu kredit yang lain dan juga tidak punya slip gaji maupun surat ijin usaha (SIUP). Namun ada satu hal juga yang membuat dia tidak mau mengapply kartu kredit, yaitu dia tidak suka ditolak (hal yang sama juga membuat dia sulit dapat pasangan hidup karena takut ditolak). Nah, dia melayani customernya dan salah satunya saat itu sedang ditawari oleh sales kartu kredit sehingga para pegawainya ramai-tamai mengajukan aplikasi. Dia juga ditawari untuk dan bahkan diberi semacam slip gaji dari perusahaan kliennya tersebut. Tapi, apa yang terjadi? Dia justru menolak tawaran itu. Jawaban telah datang tapi kesiapan dia untuk menerimanya tidak ada. Hasilnya jelas, sampai saat ini dia tidak punya kartu kredit. Mungkin ada yang bilang, beruntunglah dia tidak sampai terbelit hutang kartu kredit. Eitt, tunggu dulu, beberapa kali kartu kredit saya juga dipinjam dia untuk membeli sesuatu. Saya percaya padanya bahwa dia akan membayarnya. Dan dia membayarnya. Mungkin kalau saya berpikir bahwa dia tidak akan membayar, maka dia juga akan tidak membayarnya. Ini adalah Law of attraction.
Kesanggupan kita untuk menerima jawaban ini yang seringkali tidak mudah. Seperti ada cerita, ada seorang kebanjiran sehingga terpaksa berada di atap rumahnya. Dia berdoa kepada Tuhan agar datang menolongnya. Lalu, ada sebatang kayu menghampirinya dan dia malah membuangnya jauh. Lalu ada sebuah papan kayu menghampirinya, dia juga tidak menghiraukannya. Dia tetap dengan tekun berdoa minta pertolongan dari Tuhan agar tidak mati tenggelam. Mungkin di sini salahnya, dia berdoa supaya "tidak mati tenggelam". Ini adalah kata negatif dan yang "ditarik" adalah mati tenggelam. Padahal sudah ada jawaban, yaitu datangnya kayu, datangnya papan. Bahkan lebih ekstrim, saat itu ada tim penolong datang, dia malah menolaknya. Dia yakin bahwa Tuhan akan datang sendiri menyelamatkannya. Tuhan tidak pernah datang sendiri dan akhirnya dia mati tenggelam.
Cerita di atas mungkin Anda pernah dengar versi sejenisnya. Tapi moral dari cerita itu adalah, ketika kita meminta, yakinlah bahwa permintaan kita itu akan dijawab. Dan jika kita mendapat jawabannya, kita mesti siap menerimanya. Di sini yang penting adalah SPEED, yaitu kecepatan. Begitu ada peluang, bertindaklah segera. Anda saat ini ingin mencari jodoh? Jika ada peluang, raihlah sekarang juga. Sieze the day... Carpe diem... raihlah segera hari ini... seperti di film Dead Poet Society. Seringkali orang salah mempersepsikan law of attraction ini hanya dengan berpikir saja, tapi tidak disertai dengan tindakan. Anda tidak akan dapat apa-apa dengan tidak bertindak, sebab dengan tidak bertindak maka Anda sama saja menolak sebuah pemberian.
Seperti telah saya kemukakan tadi, ketika ada peluang, maka bertindaklah. Banyak orang yang dicomblangi ternyata tidak jadi dengan orang tersebut. Kenapa? Karena sering kali berangkat dengan perasaan ragu, berpikiran "apa ini benar calon yang tepat?" atau "ya, aku mau dikenalkan karena aku menghormati temanku yang telah bersusah payah membantuku". Tak heran ketika ada seorang teman saya yang bersama saya bertemu dengan Ki Dyot (spiritualis dan paranormal), bertanya soal jodohnya, maka dia balik ditanya, "Lho, kamu benar ingin nikah atau nggak?" Dia terus jawab, "ya itu, saya sendiri juga ragu... menikah ya bagus, tidak menikahpun ya tidak masalah." Kalau Anda paham dengan Law of Attraction, Anda pasti sudah dapat menganalisa, ke arah mana pikiran itu akan mewujud nantinya.
Banyak orang ketika ditanya, apakah kamu ingin menjadi kaya? Sering kita menjawab, menjadi kaya ya oke, tidak kayapun ya juga tidak masalah. Lalu dengan cara yang bijaksana dia mengatakan, "saya telah puas dengan keadaan saya sekarang." Anda tidak meminta, maka Anda juga tidak akan menerima. Itu aturannya.
Nah, meminta saja tidak cukup. Seperti saya kemukakan sebelumnya juga, ketika kita mendapat jawaban atau dengan kata lain ada peluang muncul, maka raihlah itu segera. Penundaan akan membuat kita tidak akan berhasil memperoleh apa yang kita inginkan. Memang benar ada unsur keberuntungan. Tapi keberuntungan itu bukan sekedar mendapat hadiah undian mobil mewah. Bahwa kita mendapat peluang, itu adalah keberuntungan. Ketika Anda berhasil membeli rumah meski secara kredit, itu juga merupakan peluang. Bayangkan kalau tidak ada peluang untuk kredit atau pengajuan Anda ditolak.
Mungkin Anda merasa saya muter-muter di pembicaraan ini. Tapi sebenarnya saya ingin memberi penjelasan yang lebih detail. Mengapa orang yang sudah bekerja ikut orang, lebih sulit untuk berwiraswasta ketimbang yang nganggur? Apakah karena mereka lebih nekad? Sebenarnya tidak juga. Mindset pegawai sudah terbentuk sekian lama, sehingga ketika dia harus mengambil pilihan untuk wirausaha, di mana dia kemudian dibayangi "kerugian" (ingat, ini faktor negatif), dibayangi "apakah bisa membayar cicilan rumah dan mobil", atau fasilitas kantor yang selama ini nikmat akan segera hilang, bahkan, apakah usaha saya akan bisa menghasilkan lebih besar dari gaji saya yang sudah nyaman saat ini, maka semuanya itu yang akan menjadi penghalang.
Itu juga mengapa orang tidak mudah untuk berubah. Manusia cenderung berada dalam zona yang dianggapnya nyaman. Menjadi status quo dan tidak lagi tergerak untuk bertindak lebih jauh. Dia juga muter-muter dengan kehidupan sehari-harinya.
Nah, hal yang utama dalam proses bagaimana pikiran menjadi kenyataan itu ada dua hal.
Pertama adalah Gratitude, yaitu perasaan syukur. Orang yang bersyukur telah mempeoleh pasangan hidup, akan hidup lebih bahagia ketimbang orang yang tidak mensyukuri pasangannya. Sederhana bukan? Kalau Anda tidak mensyukuri apa yang Anda dapatkan, maka Anda akan terbawa pada perasaan negatif. Entah iri hati, serakah atau juga depresi. Kematian orang yang dicintai memang merupakan hal yang buruk. Tapi kalau sikap kita positif, kita akan bisa menerimanya dengan lebih baik. Kita mensyukuri bahwa kita telah pernah mempunyai seorang yang sangat kita cintai. Kita bersyukur untuk itu.
Bersyukur juga berarti tidak mengeluh. Kalau kita mensyukuri apa yang kita punya, maka kita akan bahagia. Di sini banyak orang umumnya sudah melakukan, yaitu merasa "puas dengan apa yang ada." Namun alangkah baiknya jika hari kita dimulai dengan pikiran: "I'm so happy and grateful now that.. "
Tapi, itu saja tidak cukup.
Hal yang kedua adalah Visualization, atau visualisasi. Ada sebuah contoh yang umumnya dilakukan di kalangan olah raga, yaitu melakukan visualisasi gerakan. Seorang atlit senam diharuskan melakukan gerakan yang sulit. Dia berulang kali mencobanya dan tidak berhasil. Lalu, dia melakukan latihan melakui visualisasi gerakan. Dia membayangkan dirinya sedang melompat di atas palang, berputar dan menangkap pegangan secara tepat. Dia melakukan latihan visualisasi itu terus menerus. Lalu setelah dia merasa yakin, dia melakukannya. Hasilnya sungguh luar biasa.
Ada juga penelitian, seorang diminta memvisualisasikan sedang berlari, otot-otot tubuhnya dan otaknya direkam. Hasilnya ternyata menunjukkan hal yang sama dengan saat dia berlari sungguhan.
Coba visualisasikan apa yang Anda inginkan. Bagi kalangan yang meragukan law of attraction, di sini memang yang sering mendapat sanggahan. Bagaimana hanya dengan memvisualisasikan bisa jadi kenyataan? Bagaimana bisa kalau saya ingin punya mobil, kemudian memvisualisasikan naik mobil, lalu tiba-tiba mobil itu ada? Hm, tidak begitu cara bekerjanya. Sebab soal waktu memang tidak ada yang tahu. Anda bisa dapat mobil satu jam kemudian, sebulan kemudian atau bahkan beberapa tahun kemudian. Namun semua itu TIDAK AKAN menjadi masalah kalau Anda selalu mensyukuri apa yang Anda dapatkan.
Jadi, kalau Anda mau berubah, coba ambil sebuah papan. Tidak usah terlalu besar, mungkin cukup 30 cm x 40 cm. Pasang di dinding kamar. Tempelkan gambar apa yang Anda inginkan.... yang benar-benar Anda inginkan. Jangan cuma asal-asalan Anda inginkan. Setelah Anda tentukan apa yang Anda inginkan, atur pikiran Anda (mindset) dan percaya bahwa Anda akan mendapatkannya. Rasakan bahwa Anda telah mendapatkannya dan selalu fokus dengan perasaan itu. Lalu, syukuri apa yang Anda peroleh. Bawa diri Anda tiap hari dengan pikiran yang positif, perasaan yang bagus. Coba Anda peka terhadap "jawaban" yang diberikan ke dalam hidup Anda. Jawaban itu adalah peluang yang harus Anda jawab. terakhir, lakukan sesuatu. Take Action. Seperti kata dalam video tersebut: Our job is not to worry about the "How". The "How" will show up out of the commitment and belief in the "what."
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat buat kehidupan kita jika kita memang menginginkannya.
Salam,
nur agustinus