Bermain dengan bekerja itu berbeda. Saat bermain, kita langsung mendapatkan yang kita inginkan yaitu kesenangan. Bekerja atau bahkan belajar adalah sebuah usaha yang hasilnya baru kita nikmati setelah berakhir. Itu membuat bermain lebih menyenangkan dan bisa membuat kita ketagihan. Stuart Brown melakukan penelitian dan menggolongkan manusia dari caranya bermain. Menurutnya, lawan kata dari bermain bukan bekerja, tapi depresi. Orang yang tidak suka bermain adalah orang yang mengalami kesedihan. Saat bermain orang akan gembira. Di bawah ini ada artikel yang ditulis oleh Tanadi Santoso, yang juga pernah memberikan ceramah kepada para dosen di Universitas Ciputra tentang hal ini. Berikut artikelnya saya kutip di sini:
Bermain selalu lebih menyenangkan daripada bekerja. Secara natural
manusia melakukan kegiatan bermain sejak kecil, dengan antusias,
semangat, dan penuh kegembiraan. Kita mulai terpasung ketika menjadi
dewasa dan menganggapnya sebagai sesuatu yang “berdosa”, “kekanak kanak
an”, dan tidak “bertanggung jawab”. Stuart Brown, pendiri National
Institude of Play, mencoba menggali kembali esensi bermain ini dalam riset panjang puluhan tahun.
Menurut Neuroscientist Jaak Panksepp, penelitian pada hewan,
menunjukkan bahwa “bermain” telah ada sejak jaman dinosaurus, dan
bermukim pada reptilian brain kita, dimana kegiatan survival, bernafas,
kesadaran juga berada. Kera, anjing, kucing, dan binatang lainpun
memiliki kecenderungan untuk melakukan kegiatan bermain ini, setelah
kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup terpenuhi.
Bermain
adalah kunci terbesar pada kreatifitas dan inovasi, dan merupakan kunci
pada peningkatan IQ, optimisme, kebahagiaan, dan umur panjang kita.
Einstein, Picasso, Michaelangelo, dikenal sebagai orang yang penuh
semangat bermain. Semua dari kita, juga memulai kehidupan kanak2 kita
dengan bermain, dan pelahan lahan mengundurkan diri dari kegiatan ini
menjelang dewasa.
"Bermain" adalah kegiatan yang lebih
mementingkan kenikmatan daripada tujuan pencapaiannya; dilakukan dengan
antisipasi diri sendiri tanpa paksaan apapun; membuat kita lupa diri dan
hanya fokus pada apa yang kita lakukan; menghanyutkan sehingga lupa
waktu; menimbulkan idea baru dan otak yang segar sehingga meningkatkan
kreatifitas dan inovasi; dan setelah selesaipun masih membuat kita ingin
melakukannya lagi lain kali. Inilah karakter dari “bermain”.
Ada 8 personality orang didasarkan pada caranya bermain.
1. The Joker, yang selalu bersenda gurau dalam hal apapun (tiba2 teringat kawan saya Joger).
2. The Kinesthete, orang yang selalu bergerak untuk dapat berpikir, jalan, olah raga, break dance, adalah caranya bermain.
3. The Explorer, seperti Richard Branson, yang melakukan esplorasi
aneh2 dan sering menyengsarakan tubuh dalam mencari kebahagiaan
bermainnya.
4. The Competitor, pemain yang mementingkan sukses dan kemenangan dalam berkompetisi apa saja.
5. The Director, pemain yang ingin menjadi dalang dan pengatur semua hal, berkuasa dan menunjukkan kekuasaannya.
6. The Collector, selalu ingin mengumpulkan sesuatu, perangko, koin,
barang antik, sepatu, atau apa saja untuk museum kehidupannya.
7. The Artist, yang unik dan ingin eksistensi dirinya diakui: penulis, pelukis, penari, pemahat.
8. The Storyteller, pencerita, seperti para pembuat filem, penulis
buku, bahkan orang2 penari, acting, dan guru pun termasuk pada kelompok
orang yang menemukan dirinya bermain dengan bercerita.
Setiap
orang menyukai hal yang berbeda, bahkan bisa saja “bermain” nya
seseorang adalah “siksaan” orang lain: memancing, sepak bola, golf,
mendaki gunung, gameboy, facebook, balapan mobil, dan seterusnya.
Bermain yang berlebihan pun tidak baik, karena menjadi sebuah kecanduan
dan kegilaan.
Kalau anda pikirkan kembali, orang2 yang paling
menarik dalam kehidupan kita, adalah orang2 yang selalu bermain pada
kehidupannya, dengan caranya sendiri. Banyak orang kehilangan jiwa
bermainnya, tercecer pada perjalanan kehidupan yang secara pelahan
menelan dan membunuh semangat kekanak kanakan yang bersinar pada
dirinya.
Ada 5 langkah yang membantu kembali menumbuhkan semangat ini, dan memeliharanya:
Remember back your Playtime. Ingatlah kembali nikmatnya bermain
dulu. Apa yang dulu membuat anda bahagia pada saat kanak kanak. Apa yang
membuat anda ingin bangun pagi, dan melupakan kelelahan anda, sehingga
yang ada hanya kebahagiaan dan nikmatnya saja?
Expose
yourself to Play. Temui banyak permainan. Berjalanlan pada kehidupan
yang mempunyai banyak kesempatan bermain; carilah teman, pekerjaan,
kegiatan, dan komunitas yang mempunyai kesamaan dengan gaya kenikmatan
bermain anda.
Give yourself permission. Ijinkan diri anda
untuk bermain. Kekanak kanakan, sedikit kegilaan, nonsense, bodoh, lucu.
Bebaskan diri anda dari ketakutan, lupakan batas2nya, ijinkan diri anda
kembali bermain. Mungkin hanya untuk waktu yang pendek, sekali seminggu
untuk 2 jam, ijinkan, dan rasakan kembali semangat bermain anda
menghidupkan jiwa anda.
Combine play to your work.
Sambungkan “bermain” dan “bekerja” anda. Bawalah esensi bermain anda
pada pekerjaan anda. Hiaslah ruang kerja anda menjadi menyenangkan,
bawalah pekerjaan anda pada perjalanan bermain anda. Gabungkan konsep
bermain anda pada pekerjaan anda, sehingga anda akan mulai mencintai
pekerjaan anda seperti juga anda menginginkan waktu lebih untuk bermain
anda. Pekerjaan terbaik adalah bermain, sehingga hidup kita bisa menjadi
“bermain saja kerjanya”.
Nourish your state of play.
Peliharalah semangat bermain anda. Berhati hatilah pada penghadang dan
pembunuh “semangat bermain”. Ciptakan kultur dan semangat memelihara
kenikmatan dan kegiatan bermain ini saat anda bermain ataupun bekerja.
Temukan network yang tepat dalam memelihara semangat ini. Bentuklah
kegiatan kehidupan yang mengutamakan bermain sebagai landasan kehidupan.
Semangat bermain, akan menumbuhkan kreatifitas dan inovasi. Bermain
juga membuat anda semakin menguasai sesuatu bidang, karena larutnya kita
saat bermain akan membuat kita menjadi lebih ahli dalam bidang
tersebut. Dan bermain adalah sebuah kenikmatan, sebuah kebahagiaan.
Salam bermain.
*) Tanadi Santoso
**) Inpired by the book: PLAY by Stuart Brown,MD
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...