20 Apr 2003

Barter Sex


Bermula dari jaman dulu, di mana masyarakatnya hidup berburu. Yang berburu biasanya kaum laki-laki atau perempuan yang belum punya anak. Yang sudah punya anak atau sedang hamil agak kesulitan kalau harus berburu. Perempuan pun kadang nggak bisa ikut berburu karena dia harus di rumah kalau datang bulan. Karena dia di rumah, maka kemudian dia dapat beban mengurus rumah (kemah atau gua), menyiapkan makanan, menyamak kulit, dan lain sebagainya. Perempuan yang punya anak juga harus tinggal karena merawat anak yang masih kecil dan biasanya akan diikuti dengan kehamilan berikutnya. Laki-laki yang sudah tua juga tinggal di rumah karena sudah tidak bisa lagi berlari kencang.

Karena berburu butuh tenaga dan sering harus berhari-hari, maka pekerjaan ini kemudian didominasi laki-laki. Lalu, karena karena ladang perburuan sering kali terbatas, apalagi kalau musim tidak menunjang, maka terjadi perebutan daerah pebururuan antara klan atau suku lain. Di sini mulai terjadi perang atau perselisihan. Jadi, berburu punya resiko banyak, terbunuh oleh binatang buas, dan bisa juga terbunuh atau terluka saat berkelahi dengan suku lain karena mempertahankan atau merebut daerah perburuan. Akibatnya, terjadi seleksi mana si pemburu yang hebat atau orang yang berani menghadapi musuh. Inilah kemudian yang menyebabkan adanya istilah "warrior".

Karena kaum laki-laki sering berburu, dan punya resiko tinggi saat pergi, maka ketika pulang, mereka akan mengadakan pesta. Sebab siapa tahu mereka besok sudah tidak hidup lagi. Untuk kelangsungkan sukunya, maka pihak perempuan harus bisa menghasilkan anak dari para laki-laki (pemburu). Dan secara alamiah, mereka akan mencari bibit unggul. Pemburu atau warrior yang gagah berani, akan menjadi selebritis di kalangan mereka. Akibatnya banyak perempuan yang berharap bisa punya keturunan daripadanya. Apalagi kemudian, pemburu yang terhebat akan diangkat menjadi kepala suku atau raja, dan karena kekuasaan sang pemimpin, maka hal itu bisa diwariskan kepada keturunannya.

Jadi, banyak perempuan yang ingin digauli oleh sang pemburu yang hebat, dan di sini mungkin mulai terjadi poligami. Sebab, selain mengharapkan keturunan yang baik, seorang pemburu yang hebat biasanya juga memiliki kekayaan yang lumayan akibat berhasil menjarah kekayaan musuhnya yang berhasil dikalahkannya, pajak yang harus disetorkan oleh suku taklukannya. Kekuasaan, keserakahan dan kepemilikan bermain di sini.

Tapi, tentu saja tidak semua perempuan kebagian atau terpilih menjadi istri atau selir sang raja. Ada banyak di antara mereka yang akhirnya memilih pemburu kelas dua atau kelas tiga. Nah, bagi pemburu yang tidak terpilih, tentu saja dia melakukan sistem bargaining dengan perempuan yang tersisa. Akhirnya, dia melakukan barter dengan perempuan untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Walaupun, sebenarnya kebutuhan seks itu juga bisa dipenuhi dengan memperkosa perempuan yang diculiknya dari kelompok yang diserang dan dikalahkannya. Hanya saja, mereka tetap berkeinginan mempunyai keturunan "resmi" dari klan-nya sendiri.

Yang jadi pertanyaan, kenapa perempuan mau melakukan barter ini? Dan mengapa perempuan mau melayani beberapa macam laki-laki?

Di India, prostitusi pada masa lalu merupakan "profesi" yang terhormat. Di saat prostitusi disediakan untuk melayani kasta ksatria atau bangsawan, hal itu menjadi kehormatan. Demikian juga prostitusi untuk melayani laki-laki kelas atas. Namun, ketika prostitusi kemudian menjadi suatu pekerjaan untuk mencari nafkah dan hal itu juga dibuka kesempatan kepada siapa saja asalkan punya uang atau barang untuk barter, maka prostitusi mulai dianggap hina. Terlebih lagi setelah mulai maraknya penyakit kelamin yang banyak disebarkan melalui prostitusi, maka prostitusi makin dianggap sebagai sampah masyarakat.

Popular Posts