Aku dan papiku |
Saat aku kecil, waktu itu masih sekolah dasar, aku pernah dileskan oleh kedua orangtuaku. Uniknya, aku dileskan bukan pada mata pelajaran di sekolah. Awalnya aku ingat pernah dulu les menggambar, yudo dan piano. Waktu aku mau mulai menulis ini, aku tiba-tiba ingat bahwa aku juga pernah ikut les bahas belanda. Yang mengajar adalah guru SDku kelas 1 di SDK Aloysius. Nama beliau adalah Bu Lily (Alm), seorang keturunan Indo Belanda. Waktu itu tinggal di sebelah Gereja Kelsapa, jl. Kepanjen Surabaya, yang kini telah dibangun menjadi Balai Paroki.
Aku jadi terkenang waktu les bahasa Belanda ini. Aku tak pernah mahir dalam soal bahasa. Ingatnya saat ini hanya een, twee, drie, vier… hehehe. Aku lupa berapa kali dalam seminggu, mungkin dua kali. Saat itu ada juga beberapa teman-temanku yang ikut les bahasa Belanda. Tak ingat jumlahnya berapa. Entah kenapa aku dileskan bahasa Belanda, mungkin karena bahasa ini menjadi bahasa yang dipakai oleh mamiku dan makku (nenek). Mereka kalau di rumah sering berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Tapi seperti aku bilang tadi, otakku sepertinya tidak berbakat dalam hal bahasa. Kalau aku ikut tes singkat, sepertinya aku dominan otak kanan. Konon untuk fungsi berbahasa ini yang berperan adalah otak kiri.
Entah tahun berapa waktu itu. Aku kelas 1 SD pada tahun 1971. Mungkin aku les sekitar tahun itu atau setelahnya. Bisa jadi tahun 1972. Sepertinya di tahun 1972 itu aku cukup sibuk dengan berbagai les. Salah satunya yang aku ingin ceritakan lebih detil adalah les menggambar.
Aku les menggambar di sebuah gang di jalan Jagalan. Persisnya sudah lupa. Yang aku ingat, di jalan jagalan ada gang masuk ke kiri dan kalau tidak salah masuk dua belokan lagi di dalamnya. Guru les gambar, aku memanggilnya dengan nama Om Rukang. Entah benar atau tidak. Nama itu adalah nama Tionghoa, Mungkin Ru Kang. Aku tidak ingat berapa usianya waktu itu. Aku tak pandai mengira-ngira usia orang. Mungkin 30an atau 40an.
Dari les gambar ini, memang aku akhirnya bisa menggambar. Apakah aku hobby menggambar? Entahlah. Entah kenapa juga dulu aku dileskan menggambar. Mungkin mami dan papiku ingin anaknya mengembangkan bakat lukis. Kalau adik-adikku, mereka dileskan balet. Aku ingat saat diajarkan bagaimana menggambar orang, mulai dari bulat telur untuk kepala, posisi mata, alis, telinga, hidung dan mulut. Lalu juga postur tubuh, ukuran kepala, dibuat 7,5 kali untuk laki-laki. Maksudnya, ukuran kepala dianggap satu ukuran, maka ukuran keduanya adalah putting susu, kemudian pusar, lalu keempat adalah daerah pangkal paha. Berikutnya setengah, baru satu lagi adalah dengkul. Kemudian untuk betis hingga telapak kaki ada dua ukuran. Kalau untuk perempuan agak beda, kalau tidak salah, tidak pakai setengah. Ini aku tidak ingat persis.
Apakah aku berbakat menggambar? Sekali lagi aku tidak bisa menjawab pasti. Namun aku suka melukis, membuat gambar. Kini juga dipermudah dengan berbagai software dan aplikasi. Dulu waktu les berawal dengan menggambar sketsa, kemudian dengan pensil, lalu menggunakan cat air. Pernah juga sekali belajar menggunakan kanvas dan cat minyak. Aku tidak tahu berapa biaya orang tuaku meleskan aku ke Om Rukang. Namun memang aku tidak menjadi pelukis handal, cukup sekedar hanya bisa menggambar saja saat ini. Aku juga tak ingat berapa lama aku les gambar.
Selain les gambar, aku juga dileskan bela diri Yudo. Aku ingat betul, aku tidak suka les ini, bahkan pernah bilang ke mamiku, kalau bisa aku tidak ikut lagi les Yudo. Aku ada beberapa fotoku saat les Yudo, sepertinya waktu itu sedang acara kenaikan tingkat. Aku tidak lama ikut les Yudo ini. Sabukku mungkin cuma sampai oranye saja. Aku dulu les di tempatnya Om Pantouw di jalan Bawean, Surabaya. Salah satu fotoku saat Yudo ini tertulis tahun 1972, berarti waktu itu aku masih kelas 2 SD. Saat ini, di album folder yang ada di lemariku, ada ijazah dari Persatuan Yudo Surabaya, bertanggalkan 1 Oktober 1973. Rasanya tidak lama aku les Yudo. Papiku sendiri dulu cukup aktif di Karate Kyokushinkai. Mungkin papiku ingin anak lakinya juga bisa bela diri. Namun, aku merasa bukan orang yang tipe kinestetik. Aku sangat buruk dan malas dalam berolah raga.
Les berikutnya yang ingin aku ceritakan adalah les piano. Ini aku dan adik-adikku dileskan piano. Tapi rupanya tidak ada yang jadi pianis semua. Kata mamiku, dulu waktu mudanya, mamiku ingin sekali bisa piano. Jadi anak-anaknya dileskan. Belajar piano memang susah-susah gampang. Secara dasar-dasarnya masih ingat sampai sekarang. Saat itu aku dan adik-adikku dileskan ke seseorang yang kami memanggilnya dengan Tante Elly. Rumahnya saat itu di Jl. Perak Barat. Tante Elly adalah istri dari Om Willem (atau William), teman papiku. Aku les piano ini sepertinya sudah agak besar, mungkin sudah kelas 6 atau mungkin juga SMP. Aku tidak ingat pastinya. Setelah les di Tante Elly, pernah juga orangtuaku memanggil guru les piano ke rumah. Kemudian saat SMA, aku pernah ikut les organ (electone) di Yayasan Musik Victor Indonesia. Ada sebuah ijazah yang dikeluarkan YMVI tanggal 14 Maret 1982. Ini berarti saat itu aku kelas 2 SMA. Ditanda tangani direkturnya, Om Bubi Chen.
Tante Elly (kanan) |
Aku tidak begitu berbakat dalam seni musik. Pernah belajar gitar dan tidak pernah bisa. Boleh dibilang, semua les yang aku ikuti hasilnya tidak maksimal. Aku pikir, ini karena aku bukan orang yang tekun. Bisa juga karena aku mudah bosan. Atau memang, bidang-bidang ini bukan yang aku minati secara sungguh-sungguh. Walau demikian, aku senang pernah ikut les aneka ragam itu. Saat kuliah, seingatku aku juga pernah ikut lagi ikut latihan beladiri Karate Perguruan Kala Hitam. Latihannya waktu itu di jl. Dinoyo.
Satu-satunya yang masih sering aku lakukan saat ini adalah menggambar dan melukis. Memang tidak menjadi profesi utama. Apakah bisa disebut hobby, sepertinya juga tidak. Hampir sama seperti menulis, aku akan lakukan ketika aku ingin. Kalau yang bisa disebut hobby, sepertinya adalah menonton film. Oh ya, mungkin juga ada satu les lagi yang baru saja teringat. Mungkin aku dulu pernah les berenang juga. Entah siapa yang mengajar, apakah memang les khusus atau diajarkan oleh orang tuaku. Bisa berenang ini menurutku bagus dan perlu. Dulu kami sekeluarga sering berenang di pemandian yang namanya Porakta. Ini berada di wilayah Akademi Angkatan Laut (AAL) Bumimoro. Sekarang namanya Kolam Renang Jala Krida Tirta.
Ini yang sementara kuingat tentang les yang aku ikuti semasa kecilku dulu. Namanya juga anak jaman dulu, dileskan apa saja ya mesti nurut. Kalau dipikir-pikir, memang apa yang disediakan papi mamiku saat itu merupakan kesempatan yang istimewa. Pernah juga waktu kecil aku diikutkan psikotes ke psikolog, namanya Pak Noerhadi (Alm). Beliau dari Angkatan Laut. Mungkin dari hasil tes itu ingin dikembangkan bakat-bakat apa saja yang menonjol, Yang aku ingat nasihat dari Pak Noerhadi, sukses seseorang bukan dari kepandaiannya, tapi dari ketekunannya. Aku jadi berpikir kini, di mana ya bisa les untuk menjadi orang yang tekun?