Anda berpartner bisnis namun tak lama setelah dibentuk sudah mulai ribut dan bertengkar bahkan mungkin mau bubar? Ada sebuah teori perkembangan sebuah kelompok yg dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Bruce Tuckman. Sebuah tim akan melalui 4 tahap, yaitu: forming (pembentukan), lalu storming (badai), kemudian norming (membuat norma/aturan bersama), dan kemudian bisa performing (berkarya optimal)
Mirip dengan dengan orang pacaran...Ada tahap jadian... Trus mulai ribut... Nah, di sini tahap yg paling bahaya sebab banyak konflik. Bisa putus atau bubar...
Kalau pemimpinnya tidak bisa mengatur dgn baik, maka badai ini tidak berakhir dengan baik. Mungkin kelihatannya saja kelompok itu "rukun" tapi di dalamnya saling curiga, saling menusuk.
Namuin, kalau dapat dikelola dengan baik, maka akan terwujud norming, terbentuknya kesepakatan bersama, sebuah normalisasi dan ada aturan main yang disepakati bersama.
Banyak usaha yang partneran, pecah di tahap storming ini. Kalau Anda pengalaman berada di sebuah kelompok, pasti akan merasakan hal ini, terutama saat terjadinya badai. Sebuah kelompok yang sudah dibentuk, sdah melalui fase forming... seperti dikemukakan teori ini, pasti nanti akan memasuki fase badai (ribut).
Nah, dengan memahami teori ini, kita mestinya bisa menyikapinya lebih baik, tidak ikut emosioal. Bagi yang tidak tahu teori ini, mungkin ketika menghadapi fase badai ini akan terasa menjengkelkan... Kok ribut melulu, tidak menyenangkan... hingga mungkin timbul keinginan untuk keluar saja dari lelompok itu. Lebih buruk lagi jika masuk dalam pusaran konflik. Namun semua itu pasti akan terjadi dan membutuhkan proses untuk bisa melalui fase badai ini.
Di sinilah kepemimpinan dari ketua kelompok tersebut diuji. Di kelompok mana saja pasti terjadi. Bedanya, ada pemimpin yang bisa mengatasi konflik, ada yang tidak mampu sehingga fase badai ini berkepanjangan dan timnya tidak efektif...Kalau Anda ikut kelompok, apalagi yg baru dibentuk, pasti mengalami fase badai ini....
Dengan mengetahui teori ini, kita saat mengelola kelompok, tahu tahap-tahapnya. Ada saat kelompok itu ribut, iri-irian pekerjaan, pembagian tugas dan berebut haknya... Trus jadi muncul geng gengan. Itu biasanya karena pemimpinnya tidak sadar akan fase-fase ini dan terhisap pada pusaran konfliknya, bukan menyelesaikannya.
Kalau kelompok tersebut sudah bisa melalui tahap badai, maka akan masuk ke tahap norming, yaitu tahap Normalisasi (Norming). Pada tahap akan terbentuk hubungan yang dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara berkomunikasi yang efektif supaya dapat saling bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada di tahap norming adalah adanya peninjauan ulang dan penjelasan mengenai tujuan kelompok, timbulnya persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar pendapat anggota lain serta dapat memahami dan mensinergikan kekuatan dan kelemahan.
Persoalannya, kadang sulit melangkah ke tahap norming ini karena adanya kecenderungan sukanya ngerasani, tidak berani bicara di depan, namun di belakang mengosipkannya. Yang suka ngomong bicara langsung justru dimusuhi, dirasani. Kalau ada anggota kelompok yang tampak menonjol, yang lain tidak mau bicara namun kasak kusuk di belakang. Kalau karakter pemimpinnya sendiri mudah dihasut, tipe Asal Bapak/Ibu Senang (ABS), memang akan memperburuk keadaan.
Dari storming ke norming, peran pemimpin sangat penting. Pemimpin harus membuat hubungan yang dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara komunikasi yang tepat supaya dapat membantu anggota tim mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi di tahap storming ini ada dua kemungkinan arahnya, yakni masuk ke tahap norming atau masuk ke tahap seperti tadi disebut timnya datar2 saja atau bahkan memburuk hingga pecah...
Di sinilah dibutuhkan pemimpin yang memiliki sikap terbuka dan bisa membina kelompoknya dengan baik. Jika tahap norming ini bisa dicapai maka akan mudah untuk masuk ke tahap berikutnya yaitu performing, yakni menghasilkan kinerja atau prestasi yang maksimal.