
Seorang pemimpin perlu orang yang cerdas, mampu mengantisipasi masalah, kreatif dan cerdik. Bahkan cerdas saja tidak cukup, tapi ia harus juga cerdik. Cerdik artinya banyak akal dan bisa selalu keluar dari masalah. Pemimpin yang tidak cerdas akan ditinggalkan pengikutnya. Salah satu alasan mengapa orang mau menjadi pengikut seseorang adalah karena orang itu dianggap cerdas, punya visi dan tahu bagaimana mencapainya.
Selain itu, kondisi fisik atau tubuh, juga merupakan satu hal yang utama. Kalau kita amat-amati, seorang boss atau eksekutif, boleh dibilang ia jarang sekali sakit. Mungkin kalau sekali sakit harus sampai opname beberapa hari akibat kerja terlalu lelah. Tapi karyawan yang terpaksa harus tidak masuk karena sakit akan lebih banyak. Dan seringnya, karyawan tidak masuk hanya karena sakit perut, pusing atau flu (tidak enak badan). Sementara sang Boss, walau sakit kepala, ia tetap saja masuk kantor. Apalagi cuma flu, dianggapnya remeh. Ini mungkin bedanya antara pemimpin dengan yang bukan, yaitu terletak dari bagaimana ia mendayagunakan fisik yang ada.
Aspek yang ketiga, nerve adalah masalah saraf. Saraf ini juga sangat penting bagi seorang eksekutif. Ia tidak boleh mudah stress, tahan terhadap segala macam hambatan dan tantangan. Tidak boleh mudah putus asa dan bisa selalu siap tempur menghadapi para pesaing. Itu mungkin juga bedanya dengan karyawan yang daya tahan dan perhatiannya terhadap pesaing kurang begitu besar. Kekuatan saraf ini merupakan satu hal yang tidak boleh diabaikan. Banyak orang yang cerdas, berfisik kuat, tapi mudah sekali stress. Artinya, secara fisik ia baik namun justru mudah down.