Oleh: Nur Agustinus
Direktur Lembaga Psikologi dan Manajemen
Bina Grahita Mandiri
Pendahuluan
Sering kita melihat ada masalah yang muncul di sebuah perusahaan. Dari yang paling remeh, misalnya datang terlambat ke kantor, korupsi kecil-kecilan, sampai yang berat seperti firnah, sabotase, membocorkan rahasia perusahaan atau mungkin juga membunuh. Ini bisa terjadi di mana saja, karena semuanya ini bersumber dari sifat dasar manusia.
Munculnya masalah dalam pekerjaan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Padahal, pada mulanya orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, ia butuh untuk makan, minum, pakaian, rumah, mobil dan lain sebagainya. Dan karena semua itu bisa diperoleh melalui uang (uang adalah alat tukar yang sah diakui negara) —sementara dengan kita bekerja maka kita akan mendapatkan uang— maka mau tidak mau, kalau kita ingin memenuhi kebutuhan kita tersebut, kita harus bekerja.
Menurut psikologi, ada beberapa macam kebutuhan. Seperti teori kebutuhan (motivasi) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, ada lima macam kebutuhan, yakni:
Teori tentang kebutuhan lainnya dikemukakan oleh Mc Clelland, yang mengemukakan hanya ada 3 (tiga) kebutuhan utama, yakni:
Seseorang ketika memutuskan diri untuk bekerja atau bergabung dalam suatu kelompok bisa disebabkan karena terdorong untuk memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhan tersebut. Misalnya ada orang yang bekerja hanya karena ingin dapat banyak teman, atau ingin menjadi pemimpin dan mengatur orang lain atau ingin menunjukkan kemampuan/prestasinya.
Persoalannya, dalam perjalanan karier atau kehidupannya dalam bekerja, ternyata tidak semuanya berjalan dengan mulus. Banyak hambatan dan rintangan muncul yang berpotensi menyebabkan timbulnya masalah yang serius dalam kantor. Kadang kita lupa pada tujuan awal mengapa kita bekerja. Apakah kita bekerja untuk atasan kita, apakah untuk perusahaan, apakah untuk keluarga, ataukah, kita bekerja untuk diri kita sendiri?
Banyak orang yang saling jegal, saling sikut-menyikut, saling fitnah, saling baku hantam atau bahkan saling bunuh. Manusia yang dikatakan sebagai makhluk berakal budi ternyata tidak menunjukkan sifat-sifat yang baik, namun seperti menurut teori psikoanalisa Sigmund Freud, manusia masih membawa bibit asal sifat-sifat jelek (id).
Sifat negatif manusia
Tak dapat dipungkiri, bahwa manusia memiliki banyak ragam sifat jelek. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya perang, perselisihan, sengketa, penjajahan dan banyak ragam lainnya. Padahal, ada pendapat yang mengatakan bahwa bayi manusia lahir pada dasarnya adalah baik. Apakah sifat jelek ini karena diajarkan, atau karena memang diwariskan secara genetik dari orang tuanya?
Ada beberapa macam sifat jelek manusia itu, namun yang paling utama adalah serakah/rakus dan iri hati. Kisah serakah pertama atau rakus pertama kali terungkap dalam kisah Adam dan Hawa, ketika ia ingin menjadi lebih hebat lagi (menyamai Tuhan) dan terbujuk oleh iblis untuk memakan buah terlarang. Sementara itu, sifat iri hati manusia pertama kali diceritakan dari kisah Kain dan Abel, di mana Kain membunuh saudaranya sendiri, Abel, karena ia iri padanya akibat Tuhan lebih memperhatikan saudaranya tersebut.
Dua sifat ini, agaknya sudah mendarah daging pada manusia dan sudah ada sejak awal mula adanya manusia. Persoalannya, ada orang yang bisa mengendalikan keinginan negatifnya ini, namun ada orang yang secara tidak sadar melakukan hal-hal tersebut dan dianggapnya hal itu benar.
Emosi Dasar Manusia
Manusia berinterasi dengan lingkungannya dan cara ia merasakan keadaan disekitarnya adalah melalui perasaannya. Oleh karena itu, perasaan (feeling) juga merupakan salah satu indera karena ia merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Perasaan juga memiliki fungsi menilai sesuatu. Misalnya, “Saya rasa nanti sore akan hujan.”
Perasaan yang mendalam akan berkembang menjadi emosi. Emosi berasal dari kata ‘emovere’ yang berarti mengguncangkan. Emosi ini sendiri yang mendorong kita untuk berperilaku tertentu. Misalnya, emosi gembira menyebabkan kita untuk tertawa. Mengenai emosi ini sendiri, ada banyak teori tentangnya.
Rene Descartes seorang filsuf abad 16, mengemukakan bahwa dari sekian banyak emosi yang ada dalam diri manusia, pada waktu ia lahir, terdapat hanya enam emosi yang tidak dipelajari sebelumnya. Keenam emosi dasar ini adalah: cinta (love), kegembiraan (joy), keinginan (desire), benci (rage), sedih (sorrow), dan kagum (wonder).
Sementara itu, JB Watson, ahli psikologi behaviorisme, mengemukakan hanya ada 3 macam emosi dasar, yakni takut (fear) yang bisa berkembang menjadi kecemasan; benci (rage) yang bisa berkembang menjadi marah (anger); dan cinta (love) yang bisa berkembang menjadi rasa simpati.
Empat Penyebab Masalah dalam Kantor
Kalau kita meninjau aspek emosi tadi dan sifat buruk manusia, maka kita bisa membuat suatu intisari apa saja yang bisa menjadi penyebab masalah dalam kantor.
Ada empat hal yang merupakan penyulut utama timbulnya masalah atau tergeraknya seseorang untuk bertindak yang tidak baik/benar, yakni:
1. Benci dan Dendam
Faktor pertama penyebab masalah dalam kantor adalah rasa benci dan dendam. Seseorang bisa benci atau dendam pada orang lain karena berbagai sebab. Entah karena diperlakukan dengan tidak baik, dilecehkan, dihina, diperlakukan tidak adil atau dilukai harga dirinya. Penyebabnya memang bisa macam-macam, mulai dari hal yang sepele, seperti tidak diterima bekerja, atau sampai yang serius.
Intinya, orang biasanya benci atau dendam karena ia pernah dikecewakan atau disakiti. Benci itu sendiri merupakan bibit permusuhan dan dendam sudah merupakan upaya untuk membalas rasa sakit hatinya itu.
Hal-hal yang bisa menyebabkan rasa benci di tempat kerja antara lain:
2. Serakah
Faktor kedua adalah serakah. Serakah adalah keinginan untuk memperoleh sesuatu yang bukan miliknya dan hal tersebut adalah milik pihak lain. Seseorang merasa tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya dan berusaha untuk dapat menguasai bagian dari orang lain. Misalnya, seorang pimpinan karena serakah, maka hak-hak karyawannya dikurangi.
Serakah dalam bentuknya sehari-hari mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencurian. Walau demikian, pencurian tidak selalu disebabkan oleh sifat serakah. Bisa saja orang mencuri karena dendam.
Orang yang serakah cenderung tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya. Ini juga bisa didasari dengan rasa iri hati, namun umumnya lebih didasari faktor ingin menguasai.
3. Iri Hati
Faktor ketiga adalah iri hati. Iri hati dan cemburu adaah hal yang sering terjadi dan sebenarnya merupakan gejala yang bisa mengakibatkan sesuatu yang serius. Orang senang mendapat penghargaan, tapi sekaligus orang lain bisa iri hati karena dirinya bukan yang mendapatkannya. Hal ini merupakan inti dari gejala iri dan cemburu.
Oleh karena itu, seseorang yang iri hati dengan orang lain, ia tidak menyukai suatu keadaan di mana orang tersebut memiliki atau mempunyai keadaan yang lebih dari darinya atau bahkan sama. Ia selalu ingin berada di atasnya. Misalnya, kalau tetangga beli TV baru, ia tidak mau kalah, beli TV yang lebih besar.
Iri hati merupakan upaya dalam mempertahankan monopoli. Kalau cemburu adalah merupakan monopoli cinta, sementara iri hati merupakan monopoli kepandaian atau sumber rejeki. Gejala ini muncul kalau orang merasa adanya persaingan, ia merasa terancam dan kalau ‘musuh’nya mengalami kerugian atau kekalahan dianggapnya sebagai keuntungan bagi dirinya.
Cemburu lebih merupakan monopoli di bidang seks dan sifatnya lebih rohaniah, sementara iri yang terjadi di bidang keahlian atau kepandaian lebih pada hasrat monopoli yang lebih jasmaniah.
Rasa iri hati dan cemburu (posesif) ini merupakan benih dari suatu perasaan ancaman dan ia akan menggunakan segala macam ikhtiar untuk menghilangkan saingannya dari arena. terutama orang yang peka pujian, dia akan mudah merasa iri.
Aspek psikologi penyebab iri hati ada beberapa macam. Iri hati biasanya ada pada orang yang memiliki sifat:
4. Hubungan cinta
Faktor keempat penyebab masalah dalam keluarga adalah cinta atau hubungan asmara. Ada 3 variasi pola hubungan asmara di tempat kerja
a. Loving Commitment
Pada hubungan ini, 2 orang individu yang berada dalam satu lingkungan kerja saling tertarik satu sama lain namun tidak ada risiko akibat dari hubungan mereka tersebut. Hubungan mereka biasanya langgeng karena masing-masing punya komitmen dengan rahasia pekerjaannya.
b. Affair
Hubungan ini terjadi antara dua orang karyawan yang salah satu atau keduanya sudah berkeluarga. Pada awalnya mereka biasanya saling tertarik secara fisik akibat pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja. Namun hubungan ini biasanya tidak berlangsung lama, karena banyak sekali hambatannya, baik itu dari pihak istri atau suami, atasan atau masyarakat.
c. Mentorship
Atasan dan bawahan sering terlibat dalam proyek yang sama dan menghabiskan waktu kerja bersama-sama. Hubungan dapat menjadi lebih akrab dengan biasanya salah satu mulai membicarakan soal pribadi yang ditanggapi dengan rasa simpati oleh pihak yang lain. Setelah itu pihak yang satunya juga mulai membuka rahasia kehidupan pribadi kepada yang lain. Hubungan akan terasa akrab sebab masing-masing merasa saling mengetahui rahasia kehidupan pribadi yang lainnya. Jika atasan dan bawahan tersebut sama-sama pria atau sama-sama wanita, mungkin hubungan akan mengarah kepada hubungan ibu dan anak atau ayah dan anak. Namun jika keduanya berlawanan jenis besar kemungkinan rasa simpati tersebut dapat berubah menjadi rasa kasih sayang sehingga jadi hubungan yang romantis.
Hubungan asmara bisa positif, bisa negatif
Hubungan asmara di tempat kerja bisa menimbulkan perasaan bersalah di dalam diri kedua pihak. Kasus tersebut paling sering terjadi jika asmara terjalin antara atasan wanita dan bawahan pria sebab mereka menyadari ketidak-wajaran dalam hubungan mereka.
Perasaan bersalah juga dijumpai pada diri individu yang melakukan affair di tempat kerja. Terutama dirasakan oleh pihak yang telah menikah. Munculnya rasa bersalah dan takut dikucilkan oleh teman-teman di kantor membuat mereka jadi menghentikan hubungan karena merasa tidak nyaman. Di lain pihak untuk pasangan yang lebih percaya diri justru akan go publik.
Terlepas dari apakah akan ‘go publik’ atau berpisah, dampak hubungan asmara di tempat kerja akan berpengaruh positif atau negatif, tergantung dari kematangan pribadi individu yang terlibat. Dan biasanya, yang lebih berani menghadapi risiko adalah yang kedudukannya lebih senior. Seharusnya masing-masing pihak sadar dengan risiko yang akan terjadi sebelum mereka melanjutkan hubungan.
Beberapa perusahaan menerapkan peraturan bahwa suami-istri tidak boleh bekerja di perusahaan yang sama sehingga salah satu harus keluar dari perusahaan tersebut. Ada juga yang membolehkan suami-istri bekerja di perusahaan asalkan berbeda bagian. Oleh karena itu, salah satu dari pasangan tersebut jika mereka menikah akan dimutasikan ke divisi lain.
Apa dampak hubungan asmara bagi orang lain? Segala tingkah laku dari mereka yang terlibat asmara di lingkungan kantor akan membawa pengaruh pada orang lain, baik itu terhadap bawahan, atasan maupun rekan kerja. Umumnya lebih banyak yang bersifat negatif daripada positif. Jika yang terlibat asmara memiliki bawahan akan kurang mendapat perhatian, dan kemampuan memimpin jadi melemah. Misalnya pengambilan keputusan menjadi kurang objektif, emosi jadi mudah terpancing dan pembagian tugas menjadi tidak merata. Seringkali juga diikuti dengan keterlambatan masuk kantor.
Dampak terhadap sesama rekan kerja? Hubungan akan merenggang karena rekan satu tim sudah menjadi kekasih bos. Mau tidak mau kepercayaan akan meluntur karena status sudah berbeda. Rekan-rekan satu tim bisa menjadi kecewa jika terjadi penurunan motivasi kerja dari karyawan yang tersangkut hubungan asmara sebab berpengaruh terhadap produktivitas kerja kelompok.
Bagi keluarga yang istri/suami main serong di tempat keranya biasanya akan merasa dikhianati. Untuk mendapat kejelasan mereka akan berhubungan langsung dengan pihak personalia.
Bagi perusahaan dampaknya juga bisa bersifat negatif. Munculnya penurunan performa kerja, produktivitas, objektivitas dan moralitas kerja karyawan merupakan gejala yang biasanya muncul dan mengambat pencapaian target kerja perusahaan secara umum.
Masalah tersulit yang muncul akibat hubungan asmara di tempat kerja memang biasanya terjadi pada level manajer. Baik itu antara sesama manajer maupun antara manajer dengan bawahan. Mengapa ? Karena hal ini dapat mengancam kredibilitas si manajer sebagai pengambil keputusan.
Lain halnya jika hubungan asmara terjadi pada level non manajer. Masalah yang muncul pada tingkatan tersebut biasanya hanya berkisar soal menurunnya produktivitas dalam unit kerja. Dan masalah ini biasanya segera diatasi melalui konseling yang dilakukan supervisor dari pasangan yang bersangkutan.
Mendeteksi hubungan asmara di tempat kerja
Jika hubungan terjadi antara karyawan satu level, tidak sulit untuk mendeteksinya. Mereka sudah sering bekerja sama dan sama-sama berada dalam satu tim dengan yang lainnya sehingga perubahan tingkah laku sedikit saja mudah menimbulkan kecurigaan rekan-rekan satu tim yang lainnya. Namun untuk mendeteksi hubungan asmara antara atasan dan bawahan tidak begitu mudah sebab komunikasi yang terjadi tidak seintensif antara sesama rekan kerja. Tanda-tanda apa saja yang merupakan simbol dari adanya hubungan romantis antara atasan dan bawahan?
- meningkatnya frekuensi makan bersama atau mengabiskan waktu-waktu istirahat bersama-sama.
- terlihat sering bersama-sama di tempat yang agak tersembunyi dari kelompoknya.
- lebih lama atau lebih sering mengobrol.
- sama-sama sering terlambat, pulang lebih awal dari biasanya.
- tanpa disadari memperlihatkan ekspresi kekaguman terhadap pasangannya di depan orang lain.
- saling bergenggaman tangan.
- menunjukkan kesamaan pendapat dalam menilai sesuatu.
- selalu/sering memperhatikan jam (clock watching)
- konsentrasi kerja menurun dan menjadi mudah marah jika diganggu
Langkah-langkah penyelesaian
Berikut ini langkah-langkah penyelesaian yang perlu dicontoh oleh pihak manajemen, khususnya manajer personalia maupun atasan dari kedua pihak yang terlibat hubungan.
Fitnah di tempat kerja
Anda pernah kena fitnah, berarti anda tidak sendiri. Banyak lainnya yang pernah mengalaminya. Karena itu jangan cemas dan jangan pula frustasi. Lebih-lebih kalau anda tidak merasa bersalah.
Mengapa orang memfitnah? Pertanyaan itu sama sulitnya dengan pertanyaan: mengapa orang membenci atau mencintainya. Blaise Pascal, filosof Perancis di abad 17 pernah berpendapat: “Hati kita mempunyai alasan-alasan yang tidak selalu bisa dimengerti oleh akal kita.” Itu yang membuat manusia kadang-kadang berbuat hal-hal yang di luar akal sehatnya. Dia bisa jatuh hati atau membenci setengah mati seseorang tanpa alasan yang masuk akal.
Namun kita bisa membedakan jenis fitnah dengan melihat tujuan akhirnya.
Fitnah umumnya ada dua jenis: Pertama, fitnahan yang dilancarkan karena rasa benci, apapun alasannya. Bisa karena iri, cemburu, dendam atau lainnya. Yang memfitnah mempunyai perasaan negatif terhadap objeknya. Dia mempunyai ambisi untuk menjatuhkan ‘musuh’nya itu, sekalipun dia sendiri tidak akan mendapatkan sesuatu dari tindakannya itu.
Kedua, dia memfitnah karena mempunyai tujuan tertentu untuk kepentingannya sendiri. Misalnya, dia tidak mau kalah atau ingin merebut kedudukan orang yang difitnahnya. Dalam hal ini fitnahannya tidak dilandasi perasaan negatif terhadap yang bersangkutan, tetapi egonya yang lebih banyak berperan.
Bagaimana menghadapi fitnah
Kalau di tempat kerja kita difitnah, apa yang dapat kita lakukan? Sebaiknya kita teliti lebih dahulu, apa landasan fitnah itu. Mungkinkah sikap dan perilaku kita yang merangsang dia untuk berbuat fitnah? Kalau memang begitu, sebaiknya kita melakukan instrospeksi dan koreksi. Mungkin kita terlalu memasang jarak maka kita perlu memperbaiki komunikasi dengan yang lainnya. Atau tanpa sengaja, kita tampak terlalu hebat dan menonjol. Kadang sikap low profile bisa membantu.
Di sisi lain, mungkin juga dia memfitnah karena frustasi, sebab banyak harapannya tidak terpenuhi. Sikap agresifnya timbul. Karena kebetulan dia mengidamkan bisa seperti kita, kita yang kemudian menjadi sasaran. Dalam hal ini, tak banyak yang bisa kita lakukan kecuali berempati - mencoba melihat persoalan dari sudut pandangan dia. Tetapi kalau fitnahan itu disampaikan kepada atasan kita - manajer atau pimpinan cabang dan kita ditegur, jangan ragu untuk menyampaikan faktanya, tanpa sikap emosional. Pimpinan yang bijak akan tahu, siapa sebenarnya yang berkata jujur.
Penutup
Cara yang paling baik untuk mencegah timbulnya masalah asalah memperkecil peluang untuk timbulnya keempat faktor di atas. Misalnya, jangan menyakiti atau mengecewakan hati orang lain. Berilah pengertian sebaik-baiknya tanpa membuat orang itu sakit hati. Seringkali justru perbincangan atasan dan karyawan yang hendak berhenti bekerja berlangsung berlarut-larut sehingga melibatkan emosi dan membuat si karyawan sakit hati.
Hindari perlakukan yang bisa menimbulkan iri hati dan kecemburuan sosial. Perlakukan kepada seseorang karyawan yang dianggap anak emas menyebabkan munculnya konflik yang tidak perlu.
Selain itu, memang perlu dibina agar keserakahan tidak menjadi dasar perilaku yang membudaya di perusahaan. Kalau atasan serakah, ini bisa ditiru oleh bawahannya.
Dan yang terakhir, hindari affair dan cinta yang berlangsung kurang baik. Jangan menjalin asmara di kantor, apalagi kalau Anda sudah mempunyai keluarga sendiri.
Daftar Rujukan
Adhitama, Toeti, "Fitnah Di Tempat Kerja", Majalah Femina, No.24/XXIII, Jakarta 1995.
Damayanti, Indah., "Asmara Di Tempat Kerja", Majalah Femina, No 40/XXII, Jakarta 1994.
Dirgagunarsa, Singgih., "Pengantar Psikologi", Mutiara, Jakarta, 1983.
Hauck, Paul., "Rasa Cemburu", Arcan, Jakarta 1985.
[Tulisan ini pernah disampaikan dalam sebuah seminar di tahun 1991]
Direktur Lembaga Psikologi dan Manajemen
Bina Grahita Mandiri
Pendahuluan
Sering kita melihat ada masalah yang muncul di sebuah perusahaan. Dari yang paling remeh, misalnya datang terlambat ke kantor, korupsi kecil-kecilan, sampai yang berat seperti firnah, sabotase, membocorkan rahasia perusahaan atau mungkin juga membunuh. Ini bisa terjadi di mana saja, karena semuanya ini bersumber dari sifat dasar manusia.
Munculnya masalah dalam pekerjaan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Padahal, pada mulanya orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, ia butuh untuk makan, minum, pakaian, rumah, mobil dan lain sebagainya. Dan karena semua itu bisa diperoleh melalui uang (uang adalah alat tukar yang sah diakui negara) —sementara dengan kita bekerja maka kita akan mendapatkan uang— maka mau tidak mau, kalau kita ingin memenuhi kebutuhan kita tersebut, kita harus bekerja.
Menurut psikologi, ada beberapa macam kebutuhan. Seperti teori kebutuhan (motivasi) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, ada lima macam kebutuhan, yakni:
- Kebutuhan dasar
- Kebutuhan rasa aman
- Kebutuhan berafiliasi
- Kebutuhan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri.
Teori tentang kebutuhan lainnya dikemukakan oleh Mc Clelland, yang mengemukakan hanya ada 3 (tiga) kebutuhan utama, yakni:
- Kebutuhan berafiliasi
- Kebutuhan berkuasa
- Kebutuhan berprestasi.
Seseorang ketika memutuskan diri untuk bekerja atau bergabung dalam suatu kelompok bisa disebabkan karena terdorong untuk memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhan tersebut. Misalnya ada orang yang bekerja hanya karena ingin dapat banyak teman, atau ingin menjadi pemimpin dan mengatur orang lain atau ingin menunjukkan kemampuan/prestasinya.
Persoalannya, dalam perjalanan karier atau kehidupannya dalam bekerja, ternyata tidak semuanya berjalan dengan mulus. Banyak hambatan dan rintangan muncul yang berpotensi menyebabkan timbulnya masalah yang serius dalam kantor. Kadang kita lupa pada tujuan awal mengapa kita bekerja. Apakah kita bekerja untuk atasan kita, apakah untuk perusahaan, apakah untuk keluarga, ataukah, kita bekerja untuk diri kita sendiri?
Banyak orang yang saling jegal, saling sikut-menyikut, saling fitnah, saling baku hantam atau bahkan saling bunuh. Manusia yang dikatakan sebagai makhluk berakal budi ternyata tidak menunjukkan sifat-sifat yang baik, namun seperti menurut teori psikoanalisa Sigmund Freud, manusia masih membawa bibit asal sifat-sifat jelek (id).
Sifat negatif manusia
Tak dapat dipungkiri, bahwa manusia memiliki banyak ragam sifat jelek. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya perang, perselisihan, sengketa, penjajahan dan banyak ragam lainnya. Padahal, ada pendapat yang mengatakan bahwa bayi manusia lahir pada dasarnya adalah baik. Apakah sifat jelek ini karena diajarkan, atau karena memang diwariskan secara genetik dari orang tuanya?
Ada beberapa macam sifat jelek manusia itu, namun yang paling utama adalah serakah/rakus dan iri hati. Kisah serakah pertama atau rakus pertama kali terungkap dalam kisah Adam dan Hawa, ketika ia ingin menjadi lebih hebat lagi (menyamai Tuhan) dan terbujuk oleh iblis untuk memakan buah terlarang. Sementara itu, sifat iri hati manusia pertama kali diceritakan dari kisah Kain dan Abel, di mana Kain membunuh saudaranya sendiri, Abel, karena ia iri padanya akibat Tuhan lebih memperhatikan saudaranya tersebut.
Dua sifat ini, agaknya sudah mendarah daging pada manusia dan sudah ada sejak awal mula adanya manusia. Persoalannya, ada orang yang bisa mengendalikan keinginan negatifnya ini, namun ada orang yang secara tidak sadar melakukan hal-hal tersebut dan dianggapnya hal itu benar.
Emosi Dasar Manusia
Manusia berinterasi dengan lingkungannya dan cara ia merasakan keadaan disekitarnya adalah melalui perasaannya. Oleh karena itu, perasaan (feeling) juga merupakan salah satu indera karena ia merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Perasaan juga memiliki fungsi menilai sesuatu. Misalnya, “Saya rasa nanti sore akan hujan.”
Perasaan yang mendalam akan berkembang menjadi emosi. Emosi berasal dari kata ‘emovere’ yang berarti mengguncangkan. Emosi ini sendiri yang mendorong kita untuk berperilaku tertentu. Misalnya, emosi gembira menyebabkan kita untuk tertawa. Mengenai emosi ini sendiri, ada banyak teori tentangnya.
Rene Descartes seorang filsuf abad 16, mengemukakan bahwa dari sekian banyak emosi yang ada dalam diri manusia, pada waktu ia lahir, terdapat hanya enam emosi yang tidak dipelajari sebelumnya. Keenam emosi dasar ini adalah: cinta (love), kegembiraan (joy), keinginan (desire), benci (rage), sedih (sorrow), dan kagum (wonder).
Sementara itu, JB Watson, ahli psikologi behaviorisme, mengemukakan hanya ada 3 macam emosi dasar, yakni takut (fear) yang bisa berkembang menjadi kecemasan; benci (rage) yang bisa berkembang menjadi marah (anger); dan cinta (love) yang bisa berkembang menjadi rasa simpati.
Empat Penyebab Masalah dalam Kantor
Kalau kita meninjau aspek emosi tadi dan sifat buruk manusia, maka kita bisa membuat suatu intisari apa saja yang bisa menjadi penyebab masalah dalam kantor.
Ada empat hal yang merupakan penyulut utama timbulnya masalah atau tergeraknya seseorang untuk bertindak yang tidak baik/benar, yakni:
- Benci dan dendam
- Serakah atau rakus
- Iri hati atau cemburu
- Cinta atau affair
1. Benci dan Dendam
Faktor pertama penyebab masalah dalam kantor adalah rasa benci dan dendam. Seseorang bisa benci atau dendam pada orang lain karena berbagai sebab. Entah karena diperlakukan dengan tidak baik, dilecehkan, dihina, diperlakukan tidak adil atau dilukai harga dirinya. Penyebabnya memang bisa macam-macam, mulai dari hal yang sepele, seperti tidak diterima bekerja, atau sampai yang serius.
Intinya, orang biasanya benci atau dendam karena ia pernah dikecewakan atau disakiti. Benci itu sendiri merupakan bibit permusuhan dan dendam sudah merupakan upaya untuk membalas rasa sakit hatinya itu.
Hal-hal yang bisa menyebabkan rasa benci di tempat kerja antara lain:
- Tidak diterima bekerja
- Diberhentikan dari pekerjaannya
- Keinginannya tidak dikabulkan
- Dilukai perasaannya melalui kata atau perbuatan
- Rahasianya dibuka ke orang lain
- Merasa hak-haknya tidak diberikan
2. Serakah
Faktor kedua adalah serakah. Serakah adalah keinginan untuk memperoleh sesuatu yang bukan miliknya dan hal tersebut adalah milik pihak lain. Seseorang merasa tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya dan berusaha untuk dapat menguasai bagian dari orang lain. Misalnya, seorang pimpinan karena serakah, maka hak-hak karyawannya dikurangi.
Serakah dalam bentuknya sehari-hari mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencurian. Walau demikian, pencurian tidak selalu disebabkan oleh sifat serakah. Bisa saja orang mencuri karena dendam.
Orang yang serakah cenderung tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya. Ini juga bisa didasari dengan rasa iri hati, namun umumnya lebih didasari faktor ingin menguasai.
3. Iri Hati
Penghargaan bisa buat orang lain iri |
Faktor ketiga adalah iri hati. Iri hati dan cemburu adaah hal yang sering terjadi dan sebenarnya merupakan gejala yang bisa mengakibatkan sesuatu yang serius. Orang senang mendapat penghargaan, tapi sekaligus orang lain bisa iri hati karena dirinya bukan yang mendapatkannya. Hal ini merupakan inti dari gejala iri dan cemburu.
Oleh karena itu, seseorang yang iri hati dengan orang lain, ia tidak menyukai suatu keadaan di mana orang tersebut memiliki atau mempunyai keadaan yang lebih dari darinya atau bahkan sama. Ia selalu ingin berada di atasnya. Misalnya, kalau tetangga beli TV baru, ia tidak mau kalah, beli TV yang lebih besar.
Iri hati merupakan upaya dalam mempertahankan monopoli. Kalau cemburu adalah merupakan monopoli cinta, sementara iri hati merupakan monopoli kepandaian atau sumber rejeki. Gejala ini muncul kalau orang merasa adanya persaingan, ia merasa terancam dan kalau ‘musuh’nya mengalami kerugian atau kekalahan dianggapnya sebagai keuntungan bagi dirinya.
Cemburu lebih merupakan monopoli di bidang seks dan sifatnya lebih rohaniah, sementara iri yang terjadi di bidang keahlian atau kepandaian lebih pada hasrat monopoli yang lebih jasmaniah.
Rasa iri hati dan cemburu (posesif) ini merupakan benih dari suatu perasaan ancaman dan ia akan menggunakan segala macam ikhtiar untuk menghilangkan saingannya dari arena. terutama orang yang peka pujian, dia akan mudah merasa iri.
Aspek psikologi penyebab iri hati ada beberapa macam. Iri hati biasanya ada pada orang yang memiliki sifat:
- Rendah diri, merasa diri kalah/tidak sukses, takut ditolak.
- Mentalitas Tuan-Hamba, dimana cenderung ingin menguasai.
- Perilaku merusak diri.
- Sulit menerima tanggung jawab, menuduh orang lain menjadi penyebab masalah.
- Mementingkan diri sendiri dan tidak matang
- Takut/merasa terancam dan mudah curiga
4. Hubungan cinta
Faktor keempat penyebab masalah dalam keluarga adalah cinta atau hubungan asmara. Ada 3 variasi pola hubungan asmara di tempat kerja
a. Loving Commitment
Pada hubungan ini, 2 orang individu yang berada dalam satu lingkungan kerja saling tertarik satu sama lain namun tidak ada risiko akibat dari hubungan mereka tersebut. Hubungan mereka biasanya langgeng karena masing-masing punya komitmen dengan rahasia pekerjaannya.
b. Affair
Hubungan ini terjadi antara dua orang karyawan yang salah satu atau keduanya sudah berkeluarga. Pada awalnya mereka biasanya saling tertarik secara fisik akibat pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja. Namun hubungan ini biasanya tidak berlangsung lama, karena banyak sekali hambatannya, baik itu dari pihak istri atau suami, atasan atau masyarakat.
c. Mentorship
Atasan dan bawahan sering terlibat dalam proyek yang sama dan menghabiskan waktu kerja bersama-sama. Hubungan dapat menjadi lebih akrab dengan biasanya salah satu mulai membicarakan soal pribadi yang ditanggapi dengan rasa simpati oleh pihak yang lain. Setelah itu pihak yang satunya juga mulai membuka rahasia kehidupan pribadi kepada yang lain. Hubungan akan terasa akrab sebab masing-masing merasa saling mengetahui rahasia kehidupan pribadi yang lainnya. Jika atasan dan bawahan tersebut sama-sama pria atau sama-sama wanita, mungkin hubungan akan mengarah kepada hubungan ibu dan anak atau ayah dan anak. Namun jika keduanya berlawanan jenis besar kemungkinan rasa simpati tersebut dapat berubah menjadi rasa kasih sayang sehingga jadi hubungan yang romantis.
Hubungan asmara bisa positif, bisa negatif
Hubungan asmara di tempat kerja bisa menimbulkan perasaan bersalah di dalam diri kedua pihak. Kasus tersebut paling sering terjadi jika asmara terjalin antara atasan wanita dan bawahan pria sebab mereka menyadari ketidak-wajaran dalam hubungan mereka.
Perasaan bersalah juga dijumpai pada diri individu yang melakukan affair di tempat kerja. Terutama dirasakan oleh pihak yang telah menikah. Munculnya rasa bersalah dan takut dikucilkan oleh teman-teman di kantor membuat mereka jadi menghentikan hubungan karena merasa tidak nyaman. Di lain pihak untuk pasangan yang lebih percaya diri justru akan go publik.
Terlepas dari apakah akan ‘go publik’ atau berpisah, dampak hubungan asmara di tempat kerja akan berpengaruh positif atau negatif, tergantung dari kematangan pribadi individu yang terlibat. Dan biasanya, yang lebih berani menghadapi risiko adalah yang kedudukannya lebih senior. Seharusnya masing-masing pihak sadar dengan risiko yang akan terjadi sebelum mereka melanjutkan hubungan.
Beberapa perusahaan menerapkan peraturan bahwa suami-istri tidak boleh bekerja di perusahaan yang sama sehingga salah satu harus keluar dari perusahaan tersebut. Ada juga yang membolehkan suami-istri bekerja di perusahaan asalkan berbeda bagian. Oleh karena itu, salah satu dari pasangan tersebut jika mereka menikah akan dimutasikan ke divisi lain.
Apa dampak hubungan asmara bagi orang lain? Segala tingkah laku dari mereka yang terlibat asmara di lingkungan kantor akan membawa pengaruh pada orang lain, baik itu terhadap bawahan, atasan maupun rekan kerja. Umumnya lebih banyak yang bersifat negatif daripada positif. Jika yang terlibat asmara memiliki bawahan akan kurang mendapat perhatian, dan kemampuan memimpin jadi melemah. Misalnya pengambilan keputusan menjadi kurang objektif, emosi jadi mudah terpancing dan pembagian tugas menjadi tidak merata. Seringkali juga diikuti dengan keterlambatan masuk kantor.
Dampak terhadap sesama rekan kerja? Hubungan akan merenggang karena rekan satu tim sudah menjadi kekasih bos. Mau tidak mau kepercayaan akan meluntur karena status sudah berbeda. Rekan-rekan satu tim bisa menjadi kecewa jika terjadi penurunan motivasi kerja dari karyawan yang tersangkut hubungan asmara sebab berpengaruh terhadap produktivitas kerja kelompok.
Bagi keluarga yang istri/suami main serong di tempat keranya biasanya akan merasa dikhianati. Untuk mendapat kejelasan mereka akan berhubungan langsung dengan pihak personalia.
Bagi perusahaan dampaknya juga bisa bersifat negatif. Munculnya penurunan performa kerja, produktivitas, objektivitas dan moralitas kerja karyawan merupakan gejala yang biasanya muncul dan mengambat pencapaian target kerja perusahaan secara umum.
Masalah tersulit yang muncul akibat hubungan asmara di tempat kerja memang biasanya terjadi pada level manajer. Baik itu antara sesama manajer maupun antara manajer dengan bawahan. Mengapa ? Karena hal ini dapat mengancam kredibilitas si manajer sebagai pengambil keputusan.
Lain halnya jika hubungan asmara terjadi pada level non manajer. Masalah yang muncul pada tingkatan tersebut biasanya hanya berkisar soal menurunnya produktivitas dalam unit kerja. Dan masalah ini biasanya segera diatasi melalui konseling yang dilakukan supervisor dari pasangan yang bersangkutan.
Mendeteksi hubungan asmara di tempat kerja
Jika hubungan terjadi antara karyawan satu level, tidak sulit untuk mendeteksinya. Mereka sudah sering bekerja sama dan sama-sama berada dalam satu tim dengan yang lainnya sehingga perubahan tingkah laku sedikit saja mudah menimbulkan kecurigaan rekan-rekan satu tim yang lainnya. Namun untuk mendeteksi hubungan asmara antara atasan dan bawahan tidak begitu mudah sebab komunikasi yang terjadi tidak seintensif antara sesama rekan kerja. Tanda-tanda apa saja yang merupakan simbol dari adanya hubungan romantis antara atasan dan bawahan?
- meningkatnya frekuensi makan bersama atau mengabiskan waktu-waktu istirahat bersama-sama.
- terlihat sering bersama-sama di tempat yang agak tersembunyi dari kelompoknya.
- lebih lama atau lebih sering mengobrol.
- sama-sama sering terlambat, pulang lebih awal dari biasanya.
- tanpa disadari memperlihatkan ekspresi kekaguman terhadap pasangannya di depan orang lain.
- saling bergenggaman tangan.
- menunjukkan kesamaan pendapat dalam menilai sesuatu.
- selalu/sering memperhatikan jam (clock watching)
- konsentrasi kerja menurun dan menjadi mudah marah jika diganggu
Langkah-langkah penyelesaian
Berikut ini langkah-langkah penyelesaian yang perlu dicontoh oleh pihak manajemen, khususnya manajer personalia maupun atasan dari kedua pihak yang terlibat hubungan.
- Tunjukkan perhatian kepada pasangan tersebut dengan sikap yang hangat dan jangan langsung menuduh.
- Ungkapkan bahwa manajemen menyadari dan menghargai kebutuhan mereka untuk selalu bersama-sama, saling mempercayai, saling terbuka dan saling membantu untuk mendapatkan prestasi mereka yang terbaik. Namun juga ungkapkan mengenai pengaruh negatifnya terhadap kerahasiaan pengambilan keputusan, dan moril kerja bawahan maupun rekan kerja lainnya jika meeka terlalu eklusif dalam berhubungan. Coba untuk mengajak mereka menilai dengan jelas dan objektif mengenai resiko dan apa yang bakal hilang jika mereka tidak membuat hubungannya menjadi sehat.
- Tegaskan mengenai kebijaksanaan perusahaan, bahwa jika mereka menikah salah satunya harus keluar dari perusahaan atau dimutasikan ke bagian lain.
- Bicara kepada mereka secara terpisah dan secara pribadi. Jauh dari lingkungan kerja lebih baik. Dorong agar mereka berdua untuk membicarakan masalah tersebut. Beri kesan kepada mereka bahwa perusahaan sangat ingin membantu mengatasi masalah mereka sehingga tidak akan terjadi permusuhan antara karyawan dan perusahaan.
- Konsisten dalam memberikan peraturan kepada setiap pasangan sehingga peraturan tersebut akan dijadikan pertimbangan oleh pasangan yang lain sebelum mereka memasuki jenjang perkawinan.
Fitnah di tempat kerja
Anda pernah kena fitnah, berarti anda tidak sendiri. Banyak lainnya yang pernah mengalaminya. Karena itu jangan cemas dan jangan pula frustasi. Lebih-lebih kalau anda tidak merasa bersalah.
Mengapa orang memfitnah? Pertanyaan itu sama sulitnya dengan pertanyaan: mengapa orang membenci atau mencintainya. Blaise Pascal, filosof Perancis di abad 17 pernah berpendapat: “Hati kita mempunyai alasan-alasan yang tidak selalu bisa dimengerti oleh akal kita.” Itu yang membuat manusia kadang-kadang berbuat hal-hal yang di luar akal sehatnya. Dia bisa jatuh hati atau membenci setengah mati seseorang tanpa alasan yang masuk akal.
Namun kita bisa membedakan jenis fitnah dengan melihat tujuan akhirnya.
Fitnah umumnya ada dua jenis: Pertama, fitnahan yang dilancarkan karena rasa benci, apapun alasannya. Bisa karena iri, cemburu, dendam atau lainnya. Yang memfitnah mempunyai perasaan negatif terhadap objeknya. Dia mempunyai ambisi untuk menjatuhkan ‘musuh’nya itu, sekalipun dia sendiri tidak akan mendapatkan sesuatu dari tindakannya itu.
Kedua, dia memfitnah karena mempunyai tujuan tertentu untuk kepentingannya sendiri. Misalnya, dia tidak mau kalah atau ingin merebut kedudukan orang yang difitnahnya. Dalam hal ini fitnahannya tidak dilandasi perasaan negatif terhadap yang bersangkutan, tetapi egonya yang lebih banyak berperan.
Bagaimana menghadapi fitnah
Kalau di tempat kerja kita difitnah, apa yang dapat kita lakukan? Sebaiknya kita teliti lebih dahulu, apa landasan fitnah itu. Mungkinkah sikap dan perilaku kita yang merangsang dia untuk berbuat fitnah? Kalau memang begitu, sebaiknya kita melakukan instrospeksi dan koreksi. Mungkin kita terlalu memasang jarak maka kita perlu memperbaiki komunikasi dengan yang lainnya. Atau tanpa sengaja, kita tampak terlalu hebat dan menonjol. Kadang sikap low profile bisa membantu.
Di sisi lain, mungkin juga dia memfitnah karena frustasi, sebab banyak harapannya tidak terpenuhi. Sikap agresifnya timbul. Karena kebetulan dia mengidamkan bisa seperti kita, kita yang kemudian menjadi sasaran. Dalam hal ini, tak banyak yang bisa kita lakukan kecuali berempati - mencoba melihat persoalan dari sudut pandangan dia. Tetapi kalau fitnahan itu disampaikan kepada atasan kita - manajer atau pimpinan cabang dan kita ditegur, jangan ragu untuk menyampaikan faktanya, tanpa sikap emosional. Pimpinan yang bijak akan tahu, siapa sebenarnya yang berkata jujur.
Penutup
Cara yang paling baik untuk mencegah timbulnya masalah asalah memperkecil peluang untuk timbulnya keempat faktor di atas. Misalnya, jangan menyakiti atau mengecewakan hati orang lain. Berilah pengertian sebaik-baiknya tanpa membuat orang itu sakit hati. Seringkali justru perbincangan atasan dan karyawan yang hendak berhenti bekerja berlangsung berlarut-larut sehingga melibatkan emosi dan membuat si karyawan sakit hati.
Hindari perlakukan yang bisa menimbulkan iri hati dan kecemburuan sosial. Perlakukan kepada seseorang karyawan yang dianggap anak emas menyebabkan munculnya konflik yang tidak perlu.
Selain itu, memang perlu dibina agar keserakahan tidak menjadi dasar perilaku yang membudaya di perusahaan. Kalau atasan serakah, ini bisa ditiru oleh bawahannya.
Dan yang terakhir, hindari affair dan cinta yang berlangsung kurang baik. Jangan menjalin asmara di kantor, apalagi kalau Anda sudah mempunyai keluarga sendiri.
Daftar Rujukan
Adhitama, Toeti, "Fitnah Di Tempat Kerja", Majalah Femina, No.24/XXIII, Jakarta 1995.
Damayanti, Indah., "Asmara Di Tempat Kerja", Majalah Femina, No 40/XXII, Jakarta 1994.
Dirgagunarsa, Singgih., "Pengantar Psikologi", Mutiara, Jakarta, 1983.
Hauck, Paul., "Rasa Cemburu", Arcan, Jakarta 1985.
[Tulisan ini pernah disampaikan dalam sebuah seminar di tahun 1991]