Cinta mewakili serangkaian emosi
dan pengalaman yang berhubungan dengan kasih sayang dan ketertarikan seksual.
Kata cinta bisa berhubungan dengan berbagai macam perasaan, keadaan, dan kesenangan
secara umum hingga daya tarik personal. Perbedaan arti ini, dikombinasikan
dengan kompleksitas perasaan yang ada dan membuat cinta menjadi sebuah
kesulitan yang tidak biasa hingga secara konsisten menegaskan bahkan
membandingkan rasa emosi lainnya.
Secara abstrak, konsep cinta itu
biasanya merujuk pada perasaan yang kuat dan tak terlukiskan. Bahkan konsep
cinta yang terbatas ini, meliputi kekayaan perasaan yang berbeda dari nafsu
birahi dan rasa intim yang romantis hingga menjadi konsep yang menawarkan kegiatan
nonsexual. Cinta dalam bentuk yang bermacam-macam merupakan fasilitator utama
dari hubungan interpersonal hingga kepentingan psikologi, merupakan satu
diantara banyak tema seni yang kreatif.
Definisi
Dalam bahasa Inggris cinta
memiliki variasi yang saling berhubungan namun arti yang berbeda dalam konteks
yang berbeda pula. Sering juga ditemui, bahasa yang lain menggunakan kata-kata yang beragam untuk
mengekspresikan konsep-konsep yang berbeda dengan Bahasa Inggris yang
menyandarkan diri pada cinta untuk meringkasnya; satu contoh adalah bahasa
Yunani yang memiliki beragam kata yang bermakna “cinta”. Perbedaan budaya dalam
mengartikan cinta dapat membuat kesulitan untuk mengartikannya secara
universal. Psikolog Amerika Zick Rubin mencoba untuk mendefinisikan cinta
dengan menggunakan Psikometrik. Karyanya menyebutkan ada tiga factor dalam
cinta : kasih sayang, perhatian dan intimasi.
Meskipun cinta merupakan kasus
yang sering diperdebatkan, aspek yang berbeda pada kata ini dapat ditengahi
dengan cara menentukan apakah yang “bukan cinta” itu menjadi sesuatu yang umum tentang
sentiment positif (bentuk yang lebih kuat dari suka), Umumnya cinta berseberangan
dengan benci (apatis yang netral); sebagai bentuk yang intim yang lebih
emosional dan jauh dari kesan seksual akan cinta yang romantis, cinta berbeda dengan
pertemanan, meskipun definisi lainnya bisa digunakan dalam pertemanan dekat.
Ketika mendiskusikannya secara abstrak, cinta biasanya merujuk pada cinta
interpersonal, suatu pengalaman yang dirasakan oleh seseorang untuk orang lain.
Cinta sering menyertakan perhatian atau mengidentifikasi dengan seseorang atau
sesuatu, termasuk orang itu sendiri (cf. narsisme)
Sebagai tambahan, pengertian
cinta berubah dari tahun ke tahun. Beberapa ahli sejarah mencatat adanya
sejarah modern tentang pengertian cinta yang romantis yang terjadi Eropa
sesudah masa pertengahan, keberadaan kasih sayang romantis di sana pada mulanya
dibuktikan dengan puisi bertemakan cinta. Karena cinta itu natural, abstrak dan
kompleks, maka percakapan tentang cinta biasanya menajadi suatu hal yang klise,
dan ada sejumlah kata-kata mutiara yang berhubungan dengan cinta, dari ungkapan
Virgil “Love Conquers all (Cinta menaklukkan segalanya)” hingga Beatles “ All
you need is love (Yang kamu butuhkan adalah cinta)” Bertrand Russel menjelaskan
cinta sebagai “absolute value” lawan dari “relative value” Ahli theology Thomas
Jay Oord mengatakan bahwa mencinta adalah “melakukan sesuatu secara sengaja, member
simpati kepada yang lain dan untuk menambah semangat dalam hidup.”
Seseorang bisa dikatakan mencintai
negara, prinsipnya, atau tujuannya jika ia menilainya dengan baik dan berkomitmen
pada cintanya itu. Ada rasa lagi yang agak mirip, yaitu rasa kasian yang
berlebihan dan sikap rela melakukan apa saja demi “cinta” dimana terkadang mereka
merasa tertunggangi oleh cinta interpersonal, namun cinta impersonal berpasangan
dengan alturisme dan pendirian politisnya. Seseorang juga dapat mencintai
materi seperti benda, hewan atau suatu kegiatan jika mereka mau atau hal-hal
lain semacamnya. Jika nafsu seksual disertakan, kondisi ini disebut sebagai
paraphilia.
Cinta interpersonal
Cinta interpersonal merujuk pada
cinta antar sesama. Cinta macam ini sentimennya lebih kuat daripada rasa suka
yang sederhana. Cinta yang tak terbalas merupakan perasaan cinta yang tidak
mendapat jawaban. Cinta interpersonal lebih diartikan dengan hubungan
interpersonal. Cinta yang demikian muncul dalam anggota keluarga, teman dan
pasangan. Ada sejumlah gangguan yang berhubungan cinta ini seperti erotomania.
Pandangan Ilmiah
Sepanjang sejarah, filosofi dan
agama telah melakukan banyak spekulasi pada fenomena cinta. Akhir abad, ilmu
psikologi telah menulis banyak hal tentang kasus ini. Akhir-akhir ini, ilmu
evolusi psikologi, biologi, antropologi, neuroscience dan biologi telah menambahkan
bab mengenai alam dan fungsi cinta.
Zat Kimia
Biologi cenderung melihat sex
sebagai kekuatan mamalia, lebih tepatnya sebagai kelaparan atau kehausan. Helen
Fisher, sang ahli dalam masalah cinta, membagi pengalaman cinta ke dalam 3
level stage, nafsu, ketertarikan dan kasih sayang. Nafsu menyingkap orang orang
dengan yang lain, hubungan romantis membuat orang berani memfokuskan energinya
pada hubungan yang menyertakan kasih sayang yang mentoleransi pasangannya untuk
menempatkan masa kecilnya ke dalam masa kanak-kanaknya.
Nafsu adalah keinginan seksual
yang meningkatkan suatu hubungan ke tingkat yang lebih tinggi dan menyertakan
unsur kimia seperti testosterone dan estrogen. Efek ini jarang bertahan lebih
dari beberapa minggu atau bulan. Ketertarikan sifatnya lebih individu dan nafsu
romantis untuk calon tertentu dalam perkawinan yang mengembangkan nafsu sebagai
komitmen untuk bentuk pertemanan individu. Studi terakhir di neuroscience
mengindikasikan bahwa orang-orang yang jatuh cinta, memiliki otak yang secara
konsisten mengeluarkan aura kimia tertentu seperti pheromones, dopamine,
norepinephrine, dan serotonin yang bertingkah sebagai amphetamine, yang
merangsang pusat kesenangan otak dan membuat efek samping seperti detak
jantung, kehilangan selera makan dan susah tidur dan sebuah perasaan yang
selalu senang. Penelitian menunjukkan fase ini secara umum terjadi dalam satu
hingga tiga tahun.
Karena nafsu dan ketertarikan
dianggap hal yang muncul secara temporary, level ketiga dibutuhkan dalam hubungan
jangka panjang. Level ini adalah kasih sayang membuat hubungan bisa bertahan
selama beberapa tahun dan bahkan puluhan tahun. Kasih sayang umunya didasarkan
pada komitmen seperti pernikahan dan anak-anak, atau hubungan pertemanan yang
saling menguntungkan seperti ketertarikan yang sama. Telah dihubungkan dalam
level yang lebih tinggi akan zat kimia seperti oxytocin dan vasopressin
daripada hubungan jangka pendek. Pada 2005, ilmuwan dari Itali di Pavia
University menemukan bahwa molekul protein dikenal sebagai pengembang
kegelisahan yang memiliki tingkat yang tinggi. Secara spesifik empat tingkat
neurotrophin itu adalah NGF, BDNF, NT-3 dan NT-4, dari 58 orang yang telah
mengalami jatuh cinta dibandingkan dengan tingkatan-tingkatan dalam pengontrol
kelompok. Hasilnya menunjukkan bahwa NGF secara signifikan lebih tinggi dari
subyek dalam cinta daripada kelompok-kelompok pengontrolnya.
Psikologi
Psikologi menggambarkan cinta
sebagai fenomena kognitif dan social. Psikologis Robert Sternberg membuat formulasi
teori segitiga tentang cinta dan berargumen bahwa cinta itu memiliki tiga
komponen: intimasi, komitmen dan nafsu. Intimasi adalah bentuk dimana dua orang
saling berbagi kepercayaan dan berbagai hal yang menyangkut kehidupan pribadi
mereka. Intimasi biasanya tercipta dalam pertemanan, affair cinta yang
romantis. Komitmen, di lain pihak, merupakan pengharapan akan adanya hubungan
yang permanen. Ketertarikan seksual dan nafsu adalah hal terakhir yang paling
sering muncul. Cinta macam ini muncul dalam nafsu dan cinta yang romatis. Semua
bentuk cinta itu dipandang sebagai kombinasi yang bervariasi dari tiga
komponen.
Supaya sama dengan teori
elektronik tersebut, seperti hukum Coulomb, yang menunjukkan adanya
ketertarikan positif dan negative, analog dalam kehidupan manusia dikembangkan
seperti “opposite attract.” Selama lebih dari seabab yang lalu, penemuan alami
dalam perkawinan manusia ditemukan kenyataan bahwa tidaklah benar ketika menjadi karakter dan personality; orang
cenderung menyukai orang yang sama dengan dirinya. Namun, dalam domain-domain
tertentu dan tidak biasa, seperti system kekebalan, sepertinya manusia menyukai
orang lain yang tidak mirip dengan dirinya sendiri (contohnya dengan system
imun orthogonal), karena hal ini akan menghasilkan anak yang sama baiknya untuk
keduanya. Di tahun-tahun terakhir, beragam teori ikatan manusia telah
berkembang dalam hal kasih sayang, hubungan, ikatan, dan ketertarikan.
Beberapa system di Negara barat
memisahkan dua komponen utama, altruistic dan nascistic. Pandangan ini
menunjukkan bahwa karya Scott Peck, yang pekerjaannya dalam bidang psikolgi
menggali definisi cinta dan kejahatan. Pack menjaga bahwa cinta adalah
kombinasi dari perhatian perkembangan spiritual pada yang lain, dan narsisme
sederhana. Dalam kombinasinya, cinta adalah kegiatan, bukan perasaan yang
sederhana.
Perbandingan model ilmiah
Biologi juga menganggap cinta
lebih cenderung melihatnya sebagai mamalia yang kelaparan dan kehausan.
Psikologi melihat cinta sebagai fenomena social dan budaya. Ada elemen-elemen
yang mungkin benar kala kedua pandangan tersebut – tentu saja cinta dipengaruhi
oleh hormone (seperti oxytocin), neurotrophins (seperti NGF) dan pheromones serta
bagaimana orang berpikir dan bersikap dalam bercinta dipengaruhi oleh konsep
mereka tentang cinta. Biologi secara konvensional memandang ada dua hal yang
mempengaruhi cinta – ketertarikan secara sexual dan kasih sayang. Kasih sayang
oleh dua makhluk yang sudah dewasa dianggap bekerja dalam prinsip yang sama
yang membawa anaka-anak disayangi oleh ibunya. Psikologi tradisional melihat
cinta sebagai kombinasi dari cinta pertemanan dan cinta atas dasar nafsu. Cinta
atas dasar nafsu biasanya besifat memiliki dan sering diselingi dengan
rangsangan psikologi (seperti napas, jantung yang meningkat debarannya). Cinta
atas dasar pertemanan merupakan jenis cinta yang menunjukkan adanya perhatian
dan perasaan intim tersebut tidak diselingi adanya rangsangan psikologi.
Studi menunjukkan bahwa otak yang
diobsesi oleh cinta menunjukkan kemiripan dengan mereka yang mengalami sakit
mental. Cinta membuat pekerjaan dalam area yang sama di dalam otak yang merasa
kelaparan, kehausan dan pemakaian
obat-obatan membuat kegiatan itu berkelanjutan. Karenanya, cinta yang baru bisa
saja lebih bersifat fisik daripada emosi. Selanjutnya reaksi ini bisa menjadi
mellow dalam area yang berbeda dalam otak yang aktif, pada awalnya seseorang
berada dalam komitmen cinta jangka panjang. Dr. Andrew Newberg, seorang neuroscientist,
mengatakan bahwa reaksi untuk mencintai ini mirip dengan obat-obatan karena
tanpa cinta manusia bisa mati.