Sering kita mendengar, di mana ada masalah, di sana ada peluang. Ya, itu benar. Ketika seseorang mempunyai masalah, maka dia membutuhkan solusi. Tentu saja, jika solusi diberikan secara tepat, orang akan rela untuk membayarnya.
Saya coba ambil contoh sebuah produk yang saat ini sudah tidak asing lagi, yakni power bank. Alat ini isinya adalah batery, yang bisa digunakan untuk mengisi ulang (recharge) batery handphone. Kalau kita tidak punya alat ini, maka handphone kita ketika baterynya habis akan mati dan mesti mencari colokan listrik untuk mengisi ulang tenaga baterynya. Itu akan menyulitkan jika kita sedang dalam perjalanan atau lupa membaca charger.
Nah, pertanyaan yang muncul, mengapa alat yang begitu berguna ini baru muncul sekitar setahun lalu? Mengapa poduk yang inovatif ini tidak ada sejak lama? Jawabannya sederhana, karena dulu orang belum butuh. Kini, dengan hadirnya smartphone dan Blackberry yang membuat ponsel tersebut selalu terhubung dengan internet, membuat boros batery. Ini beda dengan masa lalu, ketika ponsel hanya digunakan untuk telepon dan SMS. Batery bisa awet sampai berhari-hari. Kita masih ingat bagaimana produk ponsel bersaing dengan memberi informasi daya tahan baterynya, termasuk kalau digunakan untuk bicara dan jika hanya standby. Bahkan di masa lalu, orang siap membawa batery cadangan jika memang punya kebiasaan bertelepon lama-lama atau sering.
Perubahan jaman membuat gaya hidup berubah. Perkembangan teknologi juga menuntut sesuatu yang berbeda. Ponsel pintar (smartphone) membutuhkan koneksi internet terus menerus. Orang ingin melakukan update status serta menyimak informasi hampir setiap saat. Ini menimbulkan masalah. Batery handphone kita tidak lama akan segera habis, sementara kita belum bisa mengisi ulang. Apalagi kalau kita selalu bergerak (mobile), tentu akan sulit harus menunggu batery handphone kita dicharge ulang. Ini masalah... dan kita ingat, di setiap masalah, di situ ada peluang.
Saya tidak tahu, siapa yang punya ide power bank. Barangkali ketika sebuah ponsel dicolokkan ke laptop untuk transfer data, ternyata sekaligus bisa mengisi daya baterynya, muncul ide kalau sebuah batery yang bertenaga bisa dimanfaatkan untuk mengisi batery ponsel.
Inilah contoh sebuah solusi yang inovatif. Ketika ada masalah, muncul ide kreatif. Power bank adalah barang yang sangat berguna. Namun dia memang menjadi solusi atas masalah yang memang muncul belakangan ini. Ketika orang makin sering menggunakan ponselnya untuk berinternet, melakukan chatting baik melalui whatsapp, blackberry messenger atau lainnya, masalahnya adalah baterynya cepat habis. Power bank adalah solusi inovatif sehingga saat ini hampir tiap pengguna ponsel akan merogoh koceknya juga untuk membeli alat ini. Tentu di masa depan mungkin akan ada masalah lain. Saat itu pula akan muncul solusi inovatif yang bisa menjadi peluang bisnis.
Mari melatih diri peka terhadap perubahan. Dengan mindset entrepreneur, bukan sekedar konsumen, kita coba melihat masalah apa yang bakal muncul. Dari sana, kita bisa berpikir kreatif untuk menghasilkan solusi yang inovatif. Ini juga yang dikatakan, entrepreneur harus bisa melihat, berpikir, berkesan dan bertindak.
Salam entrepreneur!
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...