Menyiasati Berbagai Jurus Persaingan
-Oleh: Nur Agustinus-
Pertanyaan
yang penting saat ini, bagaimana memainkan persaingan dengan
sebaik-baiknya? Kalau dasar pemikirannya sudah dipahami, lalu, apa
saja yang sebaiknya dilakukan. Bagaimana prinsip Sun Tzu dalam
berperang.
Sun Tzu mengemukakan , "Mereka yang pandai
berperang memegang inisiatif dan tidak membiarkannya beralih ke
tangan musuh." Dengan demikian, bila hal ini hendak kita terapkan dalam
bisnis, maka mereka yang pandai bersaing, haruslah selalu
memegang inisitif dan tidak membiarkan peluang jatuh ke pihak
pesaing.
Tidak banyak eksekutif yang memiliki inisiatif
baik. Mungkin karena banyak waktu yang tersita untuk keperluan yang
rutin, atau potensi kreativitasnya terhambat karena munculnya
berbagai masalah yang sebenarnya tidak perlu. Namun yang
penting, bagaimana seorang 'panglima bisnis' memanfaatkan peluang
yang ada. Terlambat merespon satu peluang, maka kesempatan yang ada
bisa jatuh ke tangan pihak pesaing.
Selanjutnya, secara
rinci Sun Tzu mengemukakan tentang prinsip perang. Dikatakannya,
dalil perang mirip dengan kodrat air, tentara selalu menghindari
bagian yang padat dan memukul bagian yang kosong.
Hal ini
sebenarnya dengan mudah dapat kita mengerti, sebab dalam bisnis,
persaingan sebenarnya harus mirip kodrat air, artinya ia harus bisa
menyesuaikan diri dengan kondisi/keadaan serta tidak kaku. Bagaimana
kita bisa menghindari pesaing yang kuat atau medan yang sulit dan
memukul kelemahan pesaing yang tidak dilindungi dengan baik.
Namun
perang bukan cuma "maju terus, pantang mundur." Perang harus
menggunakan berbagai macam siasat dan taktik untuk mengalahkan
posisi lawan. Kadang kala, kondisi tidak memungkinkan untuk maju
langsung menghadapi lawan, namun harus berputar.
Itulah
sebabnya, Sun Tzu mengemukakan, dalam perang digunakan manuver.
Manuver itu sulit karena hanya dengan jalan yang tidak langsung,
tujuan dapat dicapai. Memang, dalam perang , kalau bertempur langsung
ke arah yang dituju, mungkin akan mengalami kekalahan, namun dengan
manuver, yakni berputar, justru dapat diharapkan kemenangan.
Hal
ini sama juga perlu diingat oleh para eksekutif, yaitu melakukan
manuver bisnis. Dalam bisnis, manuver juga perlu dilakukan.
Diperlukan seperangkat langkah yang memang tidak sederhana dan
membutuhkan waktu, kesabaran dan kecermatan. Namun, hasil dari manuver,
justru itulah yang akan membawa kepada puncak keberhasilan suatu
persaingan usaha.
Semua itu tidak lepas dari bagaimana
sikap sang komandan dalam memimpin anak buah. Sikap yang kurang
terkontrol bisa menyebabkan rencana yang telah disusun rapi menjadi
berantakan. Seperti yang dikatakan Sun Tzu, jika komandan lapangannya
marah dan tidak patuh, serta ketemu dengan musuh, karena mendongkol,
masing-masing lalu melakukan pertempuran terpisah. Hal ini akan
menyebabkan keruntuhan.
Nasehat ini perlu kita camkan, sebab
kalau manajernya emosi dan tidak patuh pada pimpinan (Boss),
kalau bertindak akan bekerja sendiri-sendiri dan tidak
bersatu/tidak kerja sama. Akibatnya, hal ini menyebabkan kejatuhan
perusahaan secara keseluruhan.
Selajutnya, Sun Tzu
menambahkan, jika panglima lemah, tidak keras dan tidak tegas,
instruksi tidak konsekuen, tugas dan kewajiban perwira dan
prajuritnya sebentar-bentar diubah, jika susunan prajuritnya
morat-marit, maka pasukana yang demikian pasti akan kalut. Memang,
dalam kenyataan, apabila sang pemimpin terlalu lemah, tidak tegas,
intruksi tidak jelas, terlalu sering berubah peraturan, maka
karyawannya akan bingung/kalut. Kebingungan ini membuat mereak tidak
bisa bekerja dengan baik.
Itulah sebabnya, Sun Tzu
mengatakan, mengetahui medan, mampu membaca jalan pikiran lawan,
membuat pihak musuh kalah dan membuat pihaknya menang, memperhitungkan
keadaan medan, adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh panglima
yang ulung. Tak heran, seorang manajer yang mengikuti nasehat Sun
Tzu ini akan selalu berusaha memperhitungkan segala hal, termasuk
keadaan usaha, jalan pikiran pesaingnya dan membuat perencanaan jitu.
Seperti
kata Sun Tzu, mereka yang pandai berperang tidak pernah salah
jalan, dan tidak kehilangan akal. Manajer atau pemimpin yang pandai
menjalankan usahanya, tidak melakukan salah langkah dan tidak pernah
kehabisan akal.
(bersambung)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...