Bagaimana Menjadi Panglima Yang Berhasil
-Oleh: Nur Agustinus-
Keberhasilan
suatu perusahaan tergantung dari pemimpinnya. Demikian juga, keunggulan
suatu pasukan selain karena kehebatan dari para prajuritnya, namun
panglimanya jauh lebih menentukan. Hal ini disebabkan, dengan panglima
yang hebat, maka prajurit yang ada bisa dilatih dengan baik, sementara
dengan panglima yang buruk, prajurit yang baik berubah menjadi buruk.
Namun,
menurut Sun Tzu, ada lima sifat berbahaya dalam kepribadian seorang
panglima yang bisa membawa kehancuran. Itu harus dihindari. Bagaimana
implikasinya dalam bisnis?
Sifat pertama yang berbahaya
adalah panglima yang terlalu berani mati sehingga dapat terbunuh. Ini
terlihat sekali dalam bidang usaha, seorang pengusaha atau pemimpin yang
terlalu nekad, berani ambil resiko, melakukan spekulasi membabi-buta,
sehingga bukan keuntungan yang diraih melainkan mengalami kerugian
besar.
Sebaliknya, sifat kedua yang menurut Sun Tzu harus
dihindari adalah takut mati. Karena panglima yang takut mati akan dengan
mudah dapat ditangkap. Memang sungguh tepat apa yang diungkapkan Sun
Tzu, bahwa pengusaha atau manajer yang terlalu ragu-ragu dalam mengambil
resiko atau peluang, dapat dengan mudah dikalahkan oleh pesaing. Dari
dua sifat negatif tadi, Sun Tzu mengajarkan agar tidak terlalu berani
mati tetapi juga tidak takut mati. Kita harus bisa menempatkan diri dan
mengatur porsi keberanian yang kita miliki.
Sifat negatif
ketiga adalah terburu-buru dan cepat naik darah. Karena sifat ini bisa
membuat sang panglima merasa terhina yang berakibat ia tidak dapat
berpikir secara terarah. Demikian pula, pemimpin yang mudah emosi dan
mudah terpancing, dapat dibakar emosinya sehingga akhirnya melakukan
kesalahan yang tidak perlu.
Lebih jauh Sun Tzu menerangkan
bahwa sifat keempat yang harus dihindari adalah panglima yang terlalu
bersih dan selalu berusaha menjaga nama baiknya, karena dengan demikian
ia dapat mudah dipermalukan. Ini juga bisa diterapkan dalam dunia
bisnis, karena pemimpin yang terlalu idealis tidak bisa luwes dalam
masyarakat, akhirnya membuat ia kurang bisa diterima.
Sifat
mudah kasihan menurut Sun Tzu juga harus dihindari. Sebagai panglima,
sifat mudah kasihan tidak baik karena suasana hati mudah terganggu dalam
membuat keputusan. Itulah sebabnya, dalam bisnis diperlukan pemimpin
yang tegas, mampu membuat keputusan dalam waktu singkat. Pemimpin yang
terlalu dan mudah kasihan pada karyawannya akan menyebabkan kurang bisa
tega dalam melancarkan suatu persaingan yang keras dan menuntut anak
buahnya. Tidak berani menghukum dan menghindari konflik dengan bawahan
sendiri karena kasihan.
Sun Tzu mengemukakan, pasukan yang
kuat prajuritnya tetapi lemah perwiranya akhirnya pasti membangkang.
Pasukan yang kuat perwiranya tetapi lemah prajuritnya akhirnya pasti
tenggelam.
Hal yang sama dalam menyusun strategi bisnis,
perusahaan yang pandai dan kuat karyawannya namun manajer/pemimpinnya
kurang pintar, pasti dapat diperkirakan akan terjadi pemberontakan atau
bawahan yang tidak patuh pada perintah. Sebaliknya yang terlalu pandai
manajernya namun anak buahnya lemah, pasti tidak akan berhasil mengatasi
masalah dengan baik. Itulah sebabnya dibutuhkan manajer atau pemimpin
yang bisa membina anak buahnya.
(bersambung)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...