Persaingan, Masalah Hidup atau Mati Perusahaan
-Oleh: Nur Agustinus-
Sun
Tzu adalah seorang ahli strategi militer klasik dari Tiongkok kuno.
Menurut catatan sejarah, Sun Tzu adalah penduduk asli negara Chi'i. Ia
terkenal dengan tulisannya yang berjudul "The Art of War" (Seni
Berperang). Kaisar Ho Lu kemudian mengangkat Sun Tzu sebagai panglima
besar pasukan kerajaan Wu. Karyanya itu kini tidak hanya dikaji oleh
kalangan militer saja, namun telah banyak diterapkan di dunia bisnis.
Tentang aplikasinya di bidang bisnis, di tahun 90an saya pernah membuat
tulisan mengenai Sun Tzu secara bersambung di sebuah harian surat kabar.
Berikut adalah artikel yang pernah saya tulis.
Kalau berbicara
soal perang, maka yang terbayang dalam benak kita adalah perang antar
negara dengan senjata pamungkas mutakhir. Yang menang adalah negara yang
berhasil menaklukkan lawannya. Tiap negara melalui panglimanya, pasti
memiliki strategi khusus agar dapat memenangkan peperangan. Bagaimana
dengan para 'panglima' bisnis untuk memenangkan persaingan dalam dunia
usaha? Bisakah seni berperang Sun Tzu diterapkan?
Dalam pembukaan
bukunya, Sun Tzu mengemukakan, "Perang adalah urusan negara yang vital.
Kedudukan yang menentukan hidup atau mati, jalan yang menuju kepada
kelangsungan hidup atau kebinasaan, haruslah, tidak boleh tidak,
diselidiki."
Memang, kalau kita ambil perkataan Sun Tzu
sebagai dasar, maka dapatlah kita katakan, "Persaingan adalah urusan
perusahaan yang vital. Kedudukan yang menentukan untung atau rugi, jalan
menuju kepada peningkatan usaha atau kebangkrutan, tidak boleh tidak,
harus diselidiki." Dari hal ini, kita bisa amati bahwa kalau kita
meremehkan soal persaingan, akibatnya bisa fatal. Banyak kasus
perusahaan yang jatuh akibat gagal dalam bersaing atau bahkan kalah
dalam 'pertempuran' pertama.
Senior vice president Sheraton
Asia Pasific Corporation, Richard M. Hartman pernah mengatakan, "Dari
semua buku yang telah saya baca, buku karya Sun Tzu adalah yang paling
hebat. Analisa detail dari Sun Tzu begitu luas dalam menjelaskan
strategi sehingga saya menganjurkan setiap eksekutif saya untuk
membacanya."
Sun Tzu menulis bukunya itu sekitar tahun 400
SM. Namun telah terbukti bahwa hasil pemikirannya itu tetap dipakai
hingga kini. Ng Pack Too, Group Chief Executive Sembawang Holdinbgs Pte
Ltd., mengemukakan bahwa buku karya Sun Tzu mampu merangsang para CEO
agar berpikir secara strategis, yang mana hal itu sangat berguna dalam
menyusun business planning.
Setiap boss pasti sadar akan
pentingnya bersaing, namun tidak semuanya benar-benar menjalankannya
dengan sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ketika pesaing promosi secara
gencar, ia diam saja menunggu atau merasa dirinya tidak mungkin kalah.
Akibatnya, konsumen beralih ke pesaing secara perlahan. Baru kemudian ia
sadar setelah terlambat. Seperti dikemukakan oleh Sun Tzu sendiri,
banyak orang yang hanya gemar dengan kata-kata dan tidak dapat
menjabarkannya dalam tindakan.
Sun Tzu menjelaskan bahwa dalam
peperangan (persaingan) ada lima faktor utama yang harus diperhatikan,
yaitu hukum moral, langit, bumi, panglima serta metode/sistem.
Hukum
moral atau 'tao' menurut Sun Tzu merupakan jalan yang mendatangkan
dukungan rakyat kepada rajanya sehingga sehidup semati dan mereka tidak
menghiraukan bahaya.
Kalau kita hayati kata-kata itu, besar
sekali maknanya, sebab dapat dijabarkan sebagai suatu sistem yang
membuat karyawan mendukung pemimpinnya sehingga selalu bersama-sama baik
suka maupun duka tanpa menghiraukan bahaya. Masalahnya, bagaimana cara
pemimpin bisa membuat budaya perusahaan agar setiap manusia dalam
perusahaannya siap untuk sehidup semati. Di sinilah perlunya Boss
menciptakan hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan,
sehingga setiap kata pimpinan diikuti bawahannya dengan kesiapan mental
yang utuh.
Faktor yang kedua adalah langit, yang oleh Sun Tzu
diartikan sebagai pengaruh cuaca dan musim, siang-malam, panas dingin
dan lain-lainnya. Dalam bisnis, langit menggambarkan kondisi lingkungan
atau iklim ekonomi. Sebagai contoh, kondisi ekonomi saat ini adalah
kebijaksanaan uang ketat. Seorang pemimpin harus peka terhadap perubahan
lingkungan bisnis, misalnya bagaimana memanfaatkan deregulasi atau
kebijaksanaan khusus dari pemerintah.
Selanjutnya, faktor bumi
juga perlu diperhatikan. Bumi meliputi pengaruh medan, jauh dekatnya,
curam datarnya dan luas sempitnya arena pertempuran. Ini sangat
menentukan hidup dan matinya pasukan. Hal yang sama juga terjadi di
bidang bisnis, karena hal ini menentukan kemampuan suplai material,
logistik, situasi medan di mana perusahaan berada.
Faktor
keempat yang tidak kalah pentingnya adalah panglima. Menurut Sun Tzu,
panglima atau pemimpin yang mampu memenangkan perang adalah yang
memiliki sifat bijaksana, dapat dipercaya, pengasih penyayang, berani
dan tegas. Seorang panglima bisa disejajarkan dengan para eksekutif atau
manajer. Mereka juga harus memiliki karakter seperti itu kalau ingin
berhasil dalam persaingan.
Yang terakhir adalah faktor sistem.
Sistem menentukan susunan organsiasi tentara, sistem pembinaan personil
dan pembinaan material. Dalam bisnis, sistem manajemen juga diperlukan
untuk menyusun struktur organisasi, sistem personalia, logistik,
keuangan dan sebagainya.
Menurut Sun Tzu, kelima faktor itu
mutlak harus dipelajari dan sebenarnya sesederhana yang dibayangkan.
Persoalannya kini, pihak mana yang pemimpinnya beroleh 'tao'? Artinya,
perusahaan mana yang pemimpinnya didukung karyawannya sepenuhnya
sehingga mereka benar-benar loyal dan penuh dedikasi? Selain itu, pihak
mana yang ulung 'panglimanya' dan memperoleh keuntungan langit dan
bumi? Perusahaan mana yang mendapatkan keuntungan dari kondisi
perekonomian dan keadaan geografis tempat usahanya? Di samping itu,
pihak mana yang ditegakkan kedisiplinannya?
Selanjutnya Sun Tzu
juga menegaskan, mana yang kuat tentaranya? Artinya, perusahaan mana
yang personil karyawannya lebih baik dan terlatih secara profesional?
Apakah sistem hukuman dan hadiahnya dilaksanakan dengan jelas dan
kosenkuen? Menurut Sun Tzu, dari jawaban itu akan diketahui pihak mana
yang bakal menang atau unggul dibandingkan pesaingnya.
(Bersambung)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...