Hari pertama, 1 Februari 2012
Setiba di Hotel Shangri-La, sesuai petunjuk yang ada, menuju ke ruang Study
Room tempat acara REE Asia 2012 berlangsung. Setelah registrasi, mendapat name
tag dan juga satu map yang berisi booklet dan lembar biodata para partisipan,
saya memasuki ruangan dan mendapat tempat duduk di bagiandepan samping. Acara
baru dimulai dan setelah dibuka, sebagai pembicara pertama adalah Tina L.
Seelig.
Tina memberi semacam tugas kepada para peserta untuk merancang sebuah cara atau sarana guna memperkenalkan diri. Bentuknya bebas dan sekretarif-kreatifnya. Salah satu peserta bahkan ada yang mempunyai ide bahwa di sepatu bisa mempunya alat untuk mendeteksi atau mentransmit data dirinya untuk kemudian diketahui oleh orang yang berada di dekatnya. Jika orang itu meng”accept” maka data diri bisa saling bertukar. Ide yang unik. Ada juga ide yang lain, yang dengan menggunakan sebuah origami pesawat untuk diluncurkan. Sesi ini memang menggali ide liar, menggunakan berbagai bahan seperti dalam project zero untuk membuat prototype. Ada kertas, ada spidol, klip, karet dan lainnya. Jadi, peserta disuruh membuat dengan bahan-bahan yang ada, sebuah prototype name tag yang tidak biasa/unik.
Tina L. Seelig |
Setelah itu acara makan siang dari jam 12.00 hingga jam 13.30. Masuk
kembali ke ruangan yang kira-kira berisi sekitar 15 meja bulat dan tiap mejanya
diisi sekitar 6 orang. Peserta REE Asia 2012 ini menurut saya tidak banyak.
Dugaan sebelumnya ada ratusan, namun meski tidak saya hitung secara pasti, namun
sepertinya sekitar hanya 100 orang saja, bahkan mungkin tidak sampai 100.
Sifat dari pertemuan REE Asia 2012 ini lebih menyerupai workshop ketimbang
conference. Edward Rubesch yang menjadi ketua penyelenggara, memang banyak
mengubah jadwal dari yang semestinya. Bahkan yang mestinya dia juga jadi
pembicara, tapi dibatalkan.
Acara jam 13.30 adalah acara presentasi poster. Edward Rubesch banyak
bertindak sebagai pengatur acara, membagi peserta berdasarkan jarak dari
Bangkok, mulai dari yang dekat hingga yang paling jauh. Lalu kita semua berdiri
melingkar sesuai posisi, dan kemudian melakukan penghitungan 1 sampai 6. Mengapa
menghitung 1 sampai 6? Karena akan dibuat 6 kelompok.
Poster yang ditampilkan ternyata hanya ada 6 poster saja. Dari 6 poster
ini, 3 poster adalah dari Universitas Ciputra. 3 yang lain dari peserta lain.
Jadi, 6 kelompok ini akan dibagi ke tiap-tiap poster, lalu setiap poster akan
presentasi ke dua kelompok. Setelah sekian menit, kelompok akan digeser.
Saya mempresentasikan poster/paper yang saya buat bersama pak Denny
mengenai proses belajar mengajar Entrepreneurship 3. Dari hasil presentasi yang
saya sampaikan, ada yang melihat bahwa model kita tergolong bagus, terutama
dengan sistem mentoring berdasarkan posisi/fungsi dalam kelompok. Memang dalam
kelas E3 ada yang membuat diskusi dalam kelas dibagi-bagi bukan berdasarkan
kelompok tapi fungsi, artinya yang bagian finansial dikumpulkan bersama, bagian
marketing juga begitu. Dengan demikian mereka bisa saling belajar dari kelompok
yang lain. Hal lain adalah mereka cukup menghargai sistem project yang
benar-benar melibatkan modal termasuk rugi laba yang nyata. Keberadaan EiR juga
mendapat sorotan yang cukup dari beberapa peserta, sebab di antara mereka juga
ada yang semacam EiR, namun EiR di luar negeri nampaknya adalah sebuah
pengabdian sosial, dengan kata lain mereka melakukannya tanpa dibayar. Ini agak
berbeda dengan EiR di UC yang mendapat penghasilan. Acara presetasi ini
berlangsung menarik, tukar menukar informasi. Setelah selesai presentasi,
peserta kemudian diminta duduk kembali ke posisi semula dan dari tiap-tiap
poster digali kata kuncinya.
Kemudian masuk ke istirahat sebentar untuk snack dan kopi/soft drink selama
15 menit.
Masuk kembali sekitar jam 3 lebih, kemudian Dr Peter Kelly
memberikan presentasi yang berjudul "What Can Design Teach Entrepreneurship".
Saya merekam presentasi ini dan bisa dilihat di facebook UC Staffs and lectures
atau INNOVATIVE UC (UNIVERSITAS CIPUTRA). Peter Kelly memberikan sebuah
workshop bagaimana membuat sebuah prototype dengan menggunakan bahan dasar
strawberry. Dia meminta sebuah hasil yang “wow” atau membuatnya terkagum-kagum.
Tiap-tiap meja diberi bahan-bahan, ada bawang, keju, dan lain-lain serta
gambar-gambar yang mewakili benda-benda lain. Peserta diminta membuat strawberry
yang manis dan yang asin. Beberapa peserta yang tidak biasa dengan berpikir
design sepertinya bingung dengan instruksi ini. Mau diapakan strawberry ini?
Sementara Peter Kelly sambil keliling dengan nikmatnya makan strawberrynya.
Hasil dari prototypenya memang macam-macam. Ada yang menarik, unik, istimewa
meski ada juga yang biasa saja.
Memang kerja tim dari kelompok semeja yang baru kenal juga menjadi hambatan
tersendiri, terutama jika ada yang pasif. Proses pembelajaran mengenai bagaimana
proses kreatif itu muncul dari proses berpikir desain (design thinking) dan yang
dipresentasikan oleh Peter Kelly merupakan intisari dari buku “The Design of
Business: Why Design Thinking is the Next Competitive Advantage” karya Roger L.
Martin. Saya mencoba menelusuri tentang buku ini dan ada info yang bisa dibaca
di http://rogerlmartin.com/library/books/the-design-of-business serta sebuah
file presentasi di
http://www.slideshare.net/fred.zimny/slide-deck-by-roger-martin-the-design-of-business-presentation
Presentasi
dan workshop yang diadakan Peter Kelly berakhir sekitar jam 5 sore dan merupakan
acara terakhir hari pertama. Para peserta diingatkan agar besok akan dimulai
pukul 10 pagi.