Pejabat publik saat ini nampaknya dituntut dua hal, pertama adalah kinerja dan yang kedua adalah popularitas. Kita bisa melihat dalam penunjukan menteri baru-baru ini, ada yang populer di masyarakat namun tidak ditunjuk kembali. Tapi mengapa ada yang tidak begitu populer namun tetap dipilih? Nampaknya kinerja juga menjadi kriteria penilaian yang utama. Sebenarnya, model seleksi seperti ini sudah umum, misalnya digunakan di kalangan lembaga survei untuk menilai elektabilitas. Berangkat dari hal ini, muncul ide untuk membuat matriks pejabat publik, dengan menilai aspek kinerja dan popularitasnya.
Saya menyebut yang berkinerja baik dan populer adalah tipe matahari. Dia akan bisa menjadi bagi organisasi yang dipimpinnya. Saya menggunakan nama-nama benda langit karena saya suka dengan astronomi. Berikutnya yang kedua, yang berkinerja baik atau tidak populer saya sebut sebagai tipe bulan. Bulan tidak selalu nampak cemerlang, tetapi bulan menerangi gelapnya malam. Memang ada waktu tertentu bulan tidak begitu kelihatan, namun keberadaannya tetap dibutuhkan.
Selanjutnya, tipe yang ketiga yaitu yang berkinerja tidak baik namun popularitasnya tinggi. Saya sebut ini sebagai tipe meteor. Kemunculan meteor memang indah, bahkan kehadirannya saat hujan meteor amat dinanti. Tapi apa manfaat meteor? Boleh dibilang hampir tidak ada, bahkan bisa menimbulkan kehancuran besar. Konon dinosaurus punah karena bumi terhantam meteor. Semakin besar "sang meteor", semakin buruk bagi organisasi. Kalau saya analogikan, tipe yang ini malah bisa menjadi parasit yang mengganggu. Kira-kira seperti itu. Lalu yang terakhir, keempat, adalah yang berkinerja buruk serta tidak populer. Saya sebut ini sebagai komet. Komet adalah anggota tata surya yang kehadirannya sangat jarang. Kehadirannya juga tidak populer karena sering dikaitkan dengan mitos akan ada bencana.
Nah, apakah tipe-tipe ini juga bisa diterapkan di dunia kerja profesional? Menurut saya tergantung dari pimpinan dan budaya organisasi yang ada. Ada bos yang tidak suka anak buahnya lebih populer dari dirinya. Tapi ada juga yang iklim organisasinya memberi peluang bagi orang-orang yang cemerlang.
Nur Agustinus
Surabaya, 24 Oktober 2019