-----Original Message-----
From: Giri Findiati
To: Nur Agustinus
Date: Tuesday, June 29, 1999 2:07 PM
Subject: Sebuah dongeng Jepang : Dewi Bulan
DEWI BULAN
Catatan :
Kisah ini popular di Jepang, terutama di bulan Juli-Agustus dan mengilhami perayaan musim panas Tanabata.
Pada suatu zaman, hiduplah sepasang suami-istri tua yang tidak memiliki
anak. Mereka hidup sebagai petani, tidak miskin juga tidak kaya.
Pada suatu malam, pak tua duduk-duduk di depan rumahnya, melihat
bintang-bintang di langit. Tiba-tiba ia melihat suatu cahaya dari
langit, lebih terang dari bintang-bintang jatuh, dan dengan kecepatan
tinggi menuju hutan bambu di dekat rumahnya.
Melihat hal itu, pak
tua memanggil istrinya dan mereka berdua membawa lentera pergi ke hutan
bambu untuk melihat apa gerangan yang jatuh di situ.
Suami istri
itu memasuki hutan bambu dengan perasaan was-was, lalu mereka melihat
ada secercah cahaya di tengah hutan. Betapa terkejutnya mereka,
sampai-sampai lenteranya terjatuh, ketika melihat bahwa ada seorang
gadis yang tergeletak di situ. Tubuhnya diselimuti cahaya, wajahnya
cantik dan bercahaya, namun ia pingsan.
Pak tua bingung sekali
lalu ia melihat istrinya. Sang istri menyuruhnya untuk membawa pulang
gadis itu. Lalu mereka membawanya pulang dan merawatnya.
Keesokan
hari, gadis itu sadar dari pingsannya. Ibu tua itu menanyakan perihal
nama dan asal usulnya. Sang gadis menjawab bahwa ia bukan berasal dari
bumi, tetapi dari bulan. Betapa terkejutnya sang ibu tua dan serta merta
ia memanggil suaminya. Suami istri itu begitu ketakutan, namun segera
sang gadis berkata bahwa ia tidak akan menyakiti mereka, bahkan ia
bersedia menjadi anak mereka jika mereka menghendaki.
Pasangan
suami istri itu sangat berbahagia. Kiranya para dewa telah mengabulkan
doa mereka, memberi karunia seorang anak gadis yang cantik jelita.
Mereka sangat menyayangi gadis itu dan hidup dengan bahagia.
Namun pada suatu hari, sang gadis duduk termenung dengan wajah sedih.
Sang ibu tua begitu khawatir dan menanyakan ada apa gerangan. Sang gadis
berkata, "Ketika aku menatap bulan di langit semalam, aku bertemu
dengan utusan dewa bulan. Mereka telah mencari-cariku selama
berbulan-bulan, sampai akhirnya mereka melihat cahaya dari tubuhku. Sang
utusan berkata bahwa mereka akan segera menjemputku pada saat bulan
purnama bersinar penuh, tiga malam lagi. Oh ibu, bagaimana aku tega
meninggalkan kalian berdua yang menyayangi aku?"
Kedua suami
istri itu begitu bingung, lalu pak tua itu segera berlari menghadap
Pangeran di daerah itu untuk memohon pertolongan. Sang Pangeran tertarik
dengan cerita pak tua itu, lalu ia bergegas pergi ke rumah pak tua
untuk melihat sang dewi dari bulan.
Sang pangeran tertegun dan
terpesona oleh kecantikan dan cahaya yang memancar dari wajah sang
gadis. "Betul-betul seorang dewi dari bulan!" , lalu ia menyatakan
cintanya pada sang gadis. Begitu pula sang gadis, ia pun terpesona oleh
ketampanan dan kegagahan sang Pangeran. Cinta mereka bertemu.
Sang Pangeran mengerahkan seluruh prajuritnya untuk menjaga sang gadis.
Semua jendela dan pintu ditutup rapat agar para utusan dewa bulan tidak
bisa melihat cahaya yang memancar dari tubuh sang gadis. Sang gadis pun
mengenakan pakaian berlapis-lapis agar cahayanya tidak kelihatan.
Semua senjata dan peralatan perang dipasang, para prajurit siaga dengan
senjata terhunus. Sang Pangeran berdiri dengan gagahnya menunggu para
utusan dewa bulan.
Tibalah saatnya, malam bulan purnama. Angin
menderu dan cahaya-cahaya dari langit berdatangan. Utusan dewa bulan
duduk di kereta terbang bercahaya dan dikelilingi para prajurit dewa
bulan dengan pakaian yang bercahaya.
"Atas perintah Dewa Bulan,
kembalikan dewi bulan kepada kami!", begitu sang utusan berkata dengan
gagahnya dikeretanya yang melayang.
Sang Pangeran menolak. Ia
perintahkan para prajurit untuk menyerang mereka dengan semua senjata
yang ada. Utusan dewa bulan terkejut, lalu ia memerintahkan para
prajurit dewa bulan untuk berlindung dan menyerang.
Dengan
cahaya-cahaya yang menyilaukan serta angin yang kuat, para prajurit dewa
bulan berhasil memporak-porandakan barisan prajurit sang Pangeran. Sang
Pangeran maju menyerang, namun satu sentakan dari sang utusan
menghempaskannya ke tanah.
Kereta sang utusan memancarkan cahaya
yang menyilaukan. Pintu-pintu dan jendela yang tadinya terkunci,
tiba-tiba terbuka. Cahaya itu menarik sang dewi bulan keluar dari rumah.
Suami istri itu tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu beberapa prajurit dewa
bulan menyambut sang dewi ke kereta terbang yang sangat indah
berkilauan.
Sang Pangeran bangkit dan berusaha meraih sang dewi.
Begitu pula sang dewi pun berusaha meraih tangan sang Pangeran, namun
gagal. Kereta itu terbang ke arah bulan dan menghilang. Meninggalkan
sang Pangeran dan kedua orang suami-istri yang memandang langit dengan
air mata.
-------------------------------------
Apakah "kereta terbang bercahaya" itu UFO?
Giri Findiati
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...