Oleh: Paul Stonehill
Bukti tentang ‘Kebudayaan Kuno Kelima’ Ditemukan di China
Pada hari Senin, 28 Oktober 1996, Kyodo News, Jepang, melaporkan bahwa ahli purbakala China dan Jepang menyatakan bahwa mereka telah menemukan bukti tentang kebudayaan kuno kelima di provinsi Sichuan di sebelah barat daya China. Bukti itu berupa sebuah penopang yang terbuat dari tanah liat, ditemukan selama proyek arkeologi bersama dan diperkirakan berumur 4.500 tahun. Bukti itu ditemukan di antara reruntuhan sebuah istana kuno di dekat tepi Sungai Yangtze, 56 mil (90 km) di sebelah barat daya kota Chengdu. Para ahli purbakala yang terlibat dalam proyek penggalian itu menjelaskan bahwa penopang yang terbuat dari tanah liat itu, mengarah pada sebuah pengetahuan maju tentang teknik membangun oleh mereka yang membangunnya, menguatkan kemungkinan tentang kebudayaan kelima. Empat kebudayaan tertua di dunia dikenal sebagai Mesopotamia, Mesir, Indus, dan Sungai Kuning China. Analisis karbon isotope atas barang-barang yang terbuat dari tanah liat yang ditemukan di lokasi penggalian digunakan untuk membantu mengidentifikasi umur istana dan penopang itu.
Ini merupakan penemuan yang sangat penting. Kita mungkin mendekati pemecahan teka teki tentang “Kaisar Kuning”, Huang-ti (abad ke-27 SM), yang, dikatakan, hidup sekitar sebelum dinasti Shang.
Pada Mulanya
Bukti purbakala menunjukkan bahwa China adalah salah satu tempat bermulanya bangsa manusia. Manusia pertama yang diketahui di China, yang tengkoraknya ditemukan di propinsi Shanxi pada tahun 1963, diyakini berasal dari tahun 600.000 sebelum masehi.
Sekitar tahun 4000 atau 3000 SM, pada Jaman Batu Baru, terjadi perubahan yang besar dalam kehidupan orang-orang China kuno. Lebih banyak orang mulai tinggal bersama secara menetap, bercocok tanam, dan beternak. Orang-orang ini membuat alat-alat dari batu yang dihaluskan dan membangun tempat berteduh dalam tempat tinggal berupa lubang buatan dan gubuk seperti sarang lebah yang ditutupi dengan atap dari buluh. Desa-desa seperti itu kebanyakan ditemukan di daerah Huang He yang membelok di Dataran China Selatan. Walaupun musim dinginnya sangat berat, daerah ini sangat sesuai untuk bercocok tanam. Sebenarnya, daerah ini sangat mirip dengan asal mula kebudayaan kuno lainnya, seperti lembah Sungai Nil di Mesir. Seperti yang akan kita lihat, ini adalah sebuah fakta yang penting, karena ada kemiripan-kemiripan lain yang mencolok antara kebudayaan-kebudayaan kuno tersebut. Menurut kepercayaan orang China, orang-orang China berasal dari lembah Huang He (Hwang Ho atau Sungai Kuning). Legenda-legenda itu menceritakan tentang seorang pencipta, P’an Ku, yang berhasil menguasai langit, bumi, dan bangsa manusia. Padi mulai ditanam di China bagian timur kira-kira tahun 5500 SM, dan sekitar lima abad kemudian sebuah masyarakat yang bercocok tanam berkembang di lembah Huang He.
Warisan Sang Kaisar
Kebudayaan China banyak berhutang budi pada penguasa legendarisnya. Pertanian dan tata laksana rumah tangga berkembang di jaman kuno bersamaan waktunya ketika Huang-ti berkuasa. Pemeliharaan ulat sutra pertama kali dilakukan China. Yue Jue Shu mengatakan bahwa Kaisar Huang-ti yang memulai industri kain sutra menanam pohon murbei (untuk ulat-ulat sutra) dan rami; seperti yang dinyatakan ahli purbakala China “hal ini berasal dari catatan-catatan bersejarah” (Selections of Chinese Relics and Archaeology, Foreign Languages Press, Beijing, 1995). Kita harus bersyukur bahwa setidaknya beberapa catatan bersejarah telah kita dapatkan tentang jaman yang tidak jelas itu. Penyalin naskah kuno meninggalkan kita sebuah kisah yang luar biasa tentang manusia yang sangat aneh, yang mereka sebut “Kaisar Kuning”. Dan dalam jaman Huang-ti inilah tulisan China yang paling kuno “diciptakan”.
Seperti orang-orang kuno lainnya, orang-orang China mengembangkan lambang-lambang yang kuno. Bentuk tulisan mereka, yang dikembangkan pada tahun 2000 SM, adalah sebuah sistem tulisan gambar yang rumit dengan menggunakan bentuk-bentuk yang disebut ideogram (huruf yang berupa lambang), pictogram (gambar yang dipakai sebagai lambang), dan phonogram (lambang yang mewakili bunyi bahasa). Bentuk-bentuk pertama bahasa China seperti itu diketahui melalui penemuan tulang-tulang oleh para ahli arkeolog, yaitu tulang-tulang dengan tulisan terukir di atasnya. Tulang-tulang itu digunakan untuk peramalan nasib dan pencatatan dalam China kuno. Pada tahun 1899 sekelompok kecil orang terpelajar dan ahli barang-barang kuno mengumpulkan sejumlah tulang ukiran dari dataran luas sekitar Hsiao T’un. Lima tahun berlalu sebelum lambang-lambang yang dapat diterjemahkan cukup untuk mengungkapkan sifat asli dari “tulang-tulang naga” itu.
Tulang-tulang itu merupakan suatu catatan mengenai orang-orang yang menyebut diri mereka Shang, dan menguasai negeri-negeri di sekitar Anyang pada empat ribu tahun yang lalu. Benda-benda yang terdapat di dataran luas Hsiao T’un itu tidak berasal dari naga tetapi dari kura-kura dan ternak. Kaisar-kaisar Shang berhasrat untuk melihat ke masa depan, dan para ahli nujum mereka mengukirkan permintaan-permintaan kerajaan itu pada tempurung kura-kura atau tulang belikat atau tulang paha sapi yang diukir dan dihaluskan dengan hati-hati.
Bertahun-tahun kemudian para ahli arkeolog Republik Rakyat China menemukan lagi beribu-ribu tulang yang berisi pesan dari Shang. Perkumpulan orang-orang terpelajar menciptakan sebuah cabang ilmu baru mengenai penelitian bahasa, Jia gu shu, penelitian tentang tulisan di tempurung dan tulang. Sementara para orang terpelajar itu mempelajari tulisan dari ahli nujum kuno itu, mereka sampai pada suatu kesimpulan yang menjengkelkan: tulisan Shang bukan tulisan China yang paling kuno, setidaknya dalam waktu seribu tahun. Huruf-huruf yang dipakai waktu itu sudah begitu rumit sehingga tidak diragukan lagi huruf-huruf itu telah mempunyai ratusan tahun perkembangan di balik mereka. Sangat sedikit tulisan-tulisan yang diketahui sebelum Shang. Dinasti Shang (1766-1122 SM) adalah jaman pertama dari China kuno yang didokumentasikan. Tatanan masyarakat yang telah sangat maju terdiri dari kaisar, bangsawan, orang biasa, dan budak. Ibu kota adalah Anyang, di sebelah selatan propinsi Henan. Beberapa orang terpelajar mengemukakan bahwa pengembara dari Mesopotamia dan Asia Tenggara membawa cara-cara bercocok tanam ke China, yang mempercepat perkembangan kebudayaan China kuno. Jika benar demikian, mungkin ada hubungan langsung dengan Sumeria. Orang-orang Shang terkenal karena penggunaan mereka atas batu giok, perunggu, kereta-kereta perang yang ditarik kuda, pemujaan nenek moyang, dan pasukan tentara yang terorganisasi dengan baik. Salah satu aspek penting dari China adalah sejarah kebudayaan dan nasionalnya yang panjang. Orang-orang China telah menganut kebudayaan bersama lebih lama daripada kelompok manapun di Bumi. Sistem penulisan bahasa China telah berumur hampir 4.000 tahun.
Perpustakaan-perpustakaan Kuno
Perpustaan-perpustakaan pertama yang diketahui berhubungan dengan istana dan kuil. Di China, catatan tentang dinasti Shang ditulis di atas tulang binatang dan tempurung kura-kura. Sebuah perpustakaan awal yang disebut “Tempat Penyembuhan Bagi Jiwa”; di istana Raja Mesir Ramses II (1304?-1237 SM) di Thebes, berisi ribuan gulungan papirus. Di antara perpustakaan-perpustakaan paling penting di Timur Dekat kuno adalah perpustakaan istana Ashurbanipal (668?-627? SM) di Niniwe, Assyria. Jenis perpustakaan nasional pertama ini, mengumpulkan “demi hari-hari yang jauh” yang terdiri lebih dari 30.000 kepingan tanah liat. Petugas perpustakaan awal biasanya adalah imam, guru, atau orang-orang terpelajar. Petugas perpustakaan China yang pertama diketahui adalah filosof Lao Tse, yang ditunjuk sebagai penjaga catatan sejarah kerajaan untuk penguasa Chou sekitar tahun 550 SM. Ada hubungan yang pasti antara Lao Tse dan Kaisar Kuning.
Banyak kebudayaan menyamakan makhluk suci sebagai pencipta tulisan. Di Mesir, kehormatan itu diperoleh oleh Thoth dan Isis, sementara Yunani kuno berterima kasih kepada Hermes untuk kata-kata tulisan mereka. Kaisar Kuning adalah seorang “Putra Langit” yang sangat pandai. Legenda mengatakan bahwa dia adalah pencipta banyak hal seperti pembuatan pakaian, pembuatan perahu dan kendaraan, pembangunan rumah dan istana, dan sebagainya. Dia juga menyuruh pejabatnya Lun Ling membuat alat-alat musik, Da Nao menyusun Tangkai Langit dan Cabang Bumi (10 Tangkai Langit dan 12 Cabang Bumi digunakan dalam suatu paduan untuk menunjukkan tahun, bulan, hari dan jam), dan Ts’ang Chieh menciptakan huruf-huruf bahasa China. Oleh karena itu, kepercayaan orang-orang China menganggap penciptaan tulisan sebagai karya Ts’ang Chieh, seorang menteri dari “Kaisar Kuning” yang gagah perkasa, Huang-ti.
Ketika orang-orang belajar menulis untuk pertama kalinya, “semua roh menjerit dalam penderitaan, karena dengan demikian rahasia-rahasia alam yang paling dalam terungkapkan.
Ilmu Matematika China
Asal mula matematika China dikelilingi oleh banyak dongeng karena banyak tulisan-tulisan mengenai ilmu matematika kuno hilang karena rusaknya bahan bambu yang mereka pakai untuk menuliskannya. Diyakini bahwa Kaisar Huang-ti adalah pendukung pertama ilmu matematika. Di bahwa pemerintahan Huang-ti, menteri-menterinya, Tai-mao dan Li-shou merancang sebuah sistem angka berdasarkan sexigesimal dan ilmu aritmatika yang sesuai. Orang China percaya bahwa angka-angka mempunyai kekuatan filosofi dan metafisika. Orang China menggunakan angka-angka untuk “mencapai keselarasan antara jiwa dan alam semesta”. Mereka percaya bahwa “… keberadaan manusia bergantung kepada tindakan-tindakan dan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dengan menggunakan angka-angka. Ilmu matematika awal China disajikan dalam bentuk kesusasteraan. Tidak ada penggunaan simbol-simbol aljabar. Angka-angka dalam sistem dasar 10 mereka dikodekan dan ditulis secara vertikal di atas kulit kayu, bambu, sutra, dan kertas. Sistem angka tradisional China adalah suatu sistem pengelompokan yang beraneka ragam, walaupun, sistem selanjutnya, disebut angka-angka ilmiah China adalah suatu sistem yang posisional.
Dalam cinta …
Buku-buku tertua tentang cinta adalah “Handbooks of Sex” China yang ditulis 5.000 tahun yang lalu oleh Kaisar Kuning, Huang-ti (2697-2598 SM) yang legendaris.
… dan peperangan
Pengetahuan tentang empat cabang ilmu militer berhubungan dengan (1) gunung, (2) sungai, (3) rawa, dan (4) dataran; dan memampukan Kaisar Kuning untuk menaklukkan empat raja-raja (Napoleon mempunyai keyakinan yang serupa tentang seni peperangan). Tulisan-tulisan mengenai China kuno membuktikan bahwa Kaisar Kuning bertanggung jawab atas penciptaan peperangan.
Dalam LIU TAO disebutkan bahwa Huang-ti “berperang dalam tujuh puluh pertempuran dan mendamaikan Kekaisaran”. Penjelasan Ts`ao Kung mengatakan, bahwa Kaisar Kuning adalah yang pertama mendirikan sistem feodal yang terdiri dari pangeran-pangeran yang harus membayar upeti, yang masing-masing (sampai empat orang) sebenarnya bergelar Kaisar. Li Ch`uan mengatakan bahwa seni peperangan berasal dari pemerintahan Huang-ti, yang menerimanya dari menterinya, Feng. Huang-ti, atau Kaisar Kuning, disebut sebagai “Pencipta Kebudayaan China”, dan semua orang-orang dari bangsa China menganggap diri mereka sendiri sebagai keturunan Yan Di dan Huang-ti.
Dengan nama keluarga yang asalnya Gongsun (kemudian diganti menjadi Ji) dan nama lain Youxiong Shi, Huang-ti juga dikenal sebagai Xuanyuan Shi karena dia tinggal di Bukit Xuanyuan. Sebagai seorang pemimpin kelompok di akhir masyarakat primitif China, Huang-ti Di adalah saudara kandung Yan Di, dengan siapa dia berbagi negara itu. Bertahun-tahun kemudian dia membentuk suatu persekutuan dengan Yan Di untuk melawan serangan dari Chiyou, kepala suku Jiuli. Sebuah perang penentuan terjadi di Zhuolu di barat laut propinsi Hebei sekarang. Legenda mengatakan bahwa pada permulaan pertempuran itu, Chiyou membuat kabut tebal di mana-mana yang berlangsung selama tiga hari, dan tentara Huang-ti tidak dapat menentukan arah mereka. Untungnya Huang-ti memimpin orang-orangnya keluar dari kabut tersebut dengan “kereta berkuda kompas” yang dia ciptakan dan memperoleh kemenangan telak.
Persekutuan Huang-ti dan Yan Di berakhir setelah Chiyou dikalahkan karena, dikatakan, Yan Di berniat untuk melawan banyak suku dan merebut posisi kepemimpinan persekutuan itu sementara kepala-kepala suku lebih memilih untuk mematuhi Huang-ti. Sebagai hasilnya kedua pemimpin itu bertempur di Banquan. Setelah tiga pertempuran sengit, Huang-ti memperoleh kemenangan dan diangkat menjadi “Putra Langit” oleh kepala-kepala suku.
Kaku dan tidak memihak, Huang-ti mampu membasmi kejahatan bagi rakyatnya. Dikatakan bahwa Gu, putra Dewa Gunung Zhongshan yang bernama Zhulong, membunuh dewa lain di Gunung Kunlun dalam kerja sama dengan seorang dewa bernama Qinpi. Kaisar Kuning marah akan kekejaman mereka dan segera membunuh mereka.
Lao Tse (atau Lao Tzu) dan Huang-ti
Walaupun petapa-petapa seperti Shen Tao (yang menganut bahwa seseorang “mengabaikan pengetahuan dan mengesampingkan dirinya sendiri”) yang pertama kalinya menulis tentang “Tao”, oleh filosof abad keenam SM Lao Tzu (atau ‘Orang Tua Bijaksana’ - terlahir dengan nama Li Erh) filosofi Taoisme benar-benar dimulai. Sebagian orang terpelajar percaya bahwa dia berada pada jaman sedikit lebih tua daripada Confusius (Kung-Fu Tzu, terlahir dengan nama Chiu Chung-Ni).
Terdapat hubungan yang erat pula antara Lao Tzu dan Kaisar Kuning yang legendaris, Huang-ti. Hubungan apa yang terdapat di antara seorang kaisar yang telah lama tiada dengan seorang pustakawan kerajaan yang membangun Taoisme? Walaupun berakar mendalam dalam sejarah China, Taoisme adalah semacam gaya hidup daripada sebuah agama. Intinya sangat berdasarkan kepada tulisan-tulisan Lao Tzu (570?-490? SM) yang disebut Tao Te Ching. Buku itu terbagi menjadi dua bagian: yang pertama adalah “buku tentang jalan”, yang kedua adalah “buku tentang kebajikan”. Dia percaya bahwa ada suatu keselarasan antara Langit dan Bumi dan keselarasan itu dapat ditemukan oleh siapa saja, kapan saja - yang mereka perlu lakukan adalah mengikuti aliran alami alam yang disebut Tao atau “jalan”.
Ajaran dasarnya adalah bahwa Tao tidak dapat diceritakan, karena kata-kata tidak dapat menggambarkan ketidakterbatasan Alam Semesta.
Di samping perkembangan Taoisme sebagai filsafat, penafsiran keagamaan lainnya tentang Taoisme yang kaku berkembang. “Agama” Taoisme ini mempunyai kuil, imam, upacara keagamaan, dan patung-patung yang melambangkan dewa-dewanya sendiri. Lao Tzu dipuja sebagai “seorang suci” dan pengorbanan secara kekaisaran dilakukan untuknya. Agama tersebut sangat meyakini paham tentang yin-yang dan “Lima Unsur” (logam, kayu, air, api, dan tanah). Selama waktu ini mulai dikembangkan suatu kuil untuk dewa-dewa Taoisme yang sering dipuja sebagai tuhan. Yang sangat menonjol dalam aliran Taoisme ini adalah ilmu perbintangan, ilmu kimia, dan peramalan sehingga aliran ini telah berubah arah dari filsafat ke ilmu gaib. Pergeseran ini kadang-kadang dikenal sebagai Huang-Lao setelah Huang-ti, Kaisar Kuning yang legendaris, dan Lao Tzu.
Dari bentuk Taoisme ini muncullah aliran-aliran ilmu kimia yang sangat kuat seperti orang-orang yang mempraktekkan ilmu Tao (sangat mirip dengan ilmu kebatinan Barat seribu tahun kemudian) dalam kerajaan Shih Huang-ti pada dinasti Qin (Ch’in) (221-207 SM) yang mencoba untuk mengembangkan kekuatan yang dapat merubah logam menjadi emas, dan dengan demikian dapat bertindak sebagai asal mula perubahan kualitas manusia kepada hal-hal yang luar biasa. Praktisi-praktisi ini juga diagungkan sebagai perantara yang berhubungan dengan roh-roh dan ahli dalam mengapung di udara karena kekuatan gaibnya.
Apakah pengetahuan mengenai kekuatan-kekuatan aneh ini diberikan kepada Lao Tzu oleh mereka yang mendapatkan warisan dari Kaisar Kuning? Ataukah Kaisar sendiri yang memberikan pengetahuan ini kepada Lao Tzu?
Putra-putra Langit (Sons Of Heaven)
“Kaisar Kuning” adalah suatu wujud yang agak menarik. Saya sengaja tidak menyebutkannya sebagai seorang manusia, bukan karena saya berniat menyinggung orang-orang China, tetapi karena informasi yang telah saya dapatkan mengenai Huang-ti (meskipun sedikit sekali) meyakinkan saya akan sebaliknya.
Catatan-catatan mengenai China kuno menyebutkan tentang makhluk (makhluk, bukan manusia-P.S.) yang berperikemanusiaan, luar biasa, dan bijaksana, “Putra-putra Langit” (istilah ini kemudian menjadi gelar kaisar), yang telah berbuat sangat banyak untuk orang-orang primitif waktu itu yang tinggal di lembah Sungai Huang He. Sebelum “Putra-putra Langit” muncul di Bumi, keajaiban langit yang telah dikenal mendahului semua kemunculan itu. Sebelum Huang-ti dilahirkan terpancar “suatu sinar dari bintang yang besar Chi dan kumpulan bintang Dipper (Ursa Major)”.
Sebuah agama pre-Buddha yang sangat kuno dari Tibet (“bon”) menggambarkan bagaimana seorang “Teman yang bijaksana dan penuh kebaikan” yang kuat telah muncul di Bumi:
“… Telur, diciptakan oleh kekuatan gaib dewa-dewa Sa dan Bal, keluar dari pusat langit yang kosong karena aksi dari beratnya sendiri. Kulitnya menjadi baju besi perlindungan. Selaputnya melindungi dengan mempesona, dan karena itulah warna Putih menjadi sumber kekuatan bagi pahlawan. Selaput dalamnya menjadi benteng bagi yang tinggal di dalamnya. … Dari pusat Telur itu jadilah seorang manusia, Pemilik kekuatan gaib …
Dari semua “Putra-putra Langit” Huang-ti adalah yang telah meninggalkan “jejak terbesar” di dalam mitos China. Dia pertama menampakkan dirinya di lembah Sungai Huang He.
Huang-ti sangat berbeda daripada pahlawan-pahlawan kuno lainnya. Dia tidak menerangi orang-orang, tidak menuntut pemujaan. Huang-ti dan pembantu-pembantunya adalah makhluk-makhluk yang menggunakan akal mereka secara mengagumkan. Tentu saja, mereka mengajari penduduk asli semua jenis ilmu pengetahuan yang berguna, termasuk ilmu pengobatan dengan tusuk jarum. Bagaimanapun juga, yang paling penting bagi mereka adalah urusan-urusan mereka sendiri. Dan urusan-urusan seperti itu didominasi oleh penciptaan peralatan-peralatan dan penemuan-penemuan yang rumit, dan sayangnya, tidak dapat dipahami (setidaknya, oleh kita).
Mr. Krapiva, peneliti terkenal dari Ukraina yang meneliti tentang hal-hal yang tidak lazim, menyebutkan dalam bukunya “UFOs: a hovering enigma of history” (Odessa, 1991) bahwa Huang-ti membuat dua belas buah cermin raksasa tentang alam yang tidak diketahui dan menggunakan mereka untuk “mengikuti bulan”. Ahli purbakala modern China menambahkan rincian lainnya. Mereka mengutip Biografi Huang-ti: “Ketika Kaisar bertemu dengan Permaisuri Barat di Gunung Wangwu, dua belas cermin besar dibuat untuk digunakan bulan demi bulan”. Menurut Mr. Krapiva Biografi Huang-ti didasarkan pada legenda-legenda rahasia. Apa yang dimaksud oleh penulis kuno itu dengan “mengikuti Bulan”? Apa yang mendorong Huang-ti untuk membentuk hubungan antara “cermin”nya dengan Bulan? Ada rincian yang lebih aneh yang berhasil diungkapkan oleh Krapiva. “Catatan Tentang Keajaiban-keajaiban” (abad keenam SM) terdiri dari cerita berikut ini: Orang-orang di Danau Cermin mengatakan bahwa di mana Huang-ti melemparkan cermin-cerminnya, di sana ada sebuah batu yang mengkilapkan mereka. Tanaman merambat (rumput yang merambat-P.S) tidak tumbuh di atas batu itu. Lao Tzu hidup di jaman itu: apakah dia melihat batu yang dipertanyakan itu?
Penopang Berkaki Tiga yang Ajaib
Banyak sumber yang mengatakan bahwa Huang-ti membuat dan menggunakan sejumlah “penopang kaki tiga yang ajaib”. “Penopang-penopang kaki tiga” itu tidak digunakan untuk air, juga tidak ada api untuk memanaskan dan menyiapkan makanan di dalamnya. Kegunaan “penopang kaki tiga” tersebut agak berbeda: yaitu sebagai “Ketidakterbatasan yang Besar”, Tao, mesin yang tersembunyi dalam Alam Semesta. Sebuah “penopang kaki tiga” mempunyai tinggi sekitar 3-4 meter, tetapi volumenya relatif kecil: 100 liter. Kaki-kakinya menahan sebagian besar beratnya. Seorang pengamat yang ingin tahu tidak akan dapat melihat ke dalam “penopang kaki tiga” tersebut, tetapi sumber-sumber mengatakan bahwa “ratusan roh mengisi di dalamnya”. Krapiva, yang telah mempelajari semua sumber-sumber yang tersedia, sampai kepada suatu pendapat yang mengatakan bahwa “penopang kaki tiga” yang berfungsi mengeluarkan bunyi-bunyi, suara-suara. Legenda-legenda kuno China mengatakan bahwa “penopang kaki tiga” menggambarkan “naga-naga, terbang di awan”; naga yang sama dengan “naga” yang akhirnya tiba dan membawa Huang-ti dan rekan-rekannya. Lebih meyakinkan bahwa “penopang berkaki tiga” itu digunakan untuk komunikasi jarak jauh, karena lokasi mereka yang dipilih sedemikian rupa sehingga akan mengarah kepada bintang Syuan Yuan. Dari bintang itulah Huang-ti tiba di Bumi. Kita akan tahu mengenai bintang ini lebih jauh lagi nanti sebagai Regulus, dari kumpulan bintang Leo.
Ada sebuah gunung, 18 kilometer di sebelah timur laut Zhaoqing, pertama-tama disebut Gunung Danau Puncak karena ada sebuah danau di puncaknya. Legenda mengatakan bahwa Kaisar Kuning pernah melemparkan penopang berkaki tiga di sini, dari sinilah namanya sekarang berasal. Gunung ini merupakan salah satu dari empat gunung yang terkenal di selatan China. Kualitas yang paling menarik dari “penopang berkaki tiga” ini adalah kemampuannya untuk menyimpan pengetahuan dan data. “Penopang kaki tiga” seperti itu mengetahui “tanda-tanda yang menguntungkan dan merugikan, mengetahui apa yang ada dan apa yang telah menghilang”. Lebih dari itu, sebuah “penopang berkaki tiga” dapat tetap diam, dan dapat berjalan-jalan, mampu menjadi ringan dan berat (Krapiva berpikir bahwa penopang itu dengan suatu cara dapat menguasai gravitasi). Sumber-sumber yang didaftarkan oleh orang-orang terpelajar dari Ukraina adalah “Catatan-catatan mengenai perbuatan-perbuatan pertama Huang-ti yang Hebat” dan “Pemujaan penopang berkaki tiga Huang-ti” yang ditulis oleh Zao Ji.
Wujud Chi Yu
Huang-ti dan kebanyakan pembantu-pembantunya bekerja di China Utara. Di sanalah kebudayaan China kemudian berkembang. Bagian selatan China dikembangkan oleh wujud-wujud yang sifat sebenarnya sulit ditentukan: apakah mereka makhluk hidup? mekanisme yang independen? atau mekanisme, yang dikendalikan oleh makhluk hidup? Sumber-sumber kuno menamakan mereka “Chi Yu dan saudara-saudaranya”. Sangat jelas, mereka cukup mirip. Barangkali penemuan lokasi “kebudayaan kelima” di Chengdu, dan penggalian-penggalian berikutnya akan menjelaskan siapa yang “mengembangkan bagian Selatan”. Krapiva berhasil mengumpulkan sejumlah informasi tentang Chi Yu. Seperti Huang-ti, Chi Yu mempunyai empat buah mata (paling sedikit, dianggap sebanyak itu), enam tangan, atau manipulator. Yang paling aneh dari semuanya adalah kepala Chi Yu: terbuat dari tembaga dan mempunyai dahi yang mengandung logam, dan beberapa tombak di tempat telinga. Menurut legenda setempat, kepala logam itu terpotong dari tubuhnya (dengan semua perlindungan yang sesuai), dan dikuburkan secara terpisah. Bertahun-tahun kemudian kepala ini terus memancarkan panas. Kadang-kadang awan kemerah-merahan yang seperti uap keluar dari lokasi penguburan: penduduk setempat memujanya (“Lima buku-buku tentang Huang-ti”).
Chi Yu bisa bergerak di tempat yang berbatu-batu, dan bahkan terbang (untuk jangka waktu yang pendek). Selera makannya cukup mengesankan: semua sumber menyatakan bahwa makhluk itu memakan “batu-batuan dan pasir”: dengan cara inilah makhluk ini mendapatkan tenaga yang diperlukan untuk pergerakannya. Apakah Chi Yu dan saudara-saudaranya adalah makhluk-makhluk hidup? Krapiva berpendapat bahwa mereka adalah mekanisme rumit yang berdiri sendiri, mirip robot. Sebenarnya salah satu dari makhluk-makhluk itu harus dikendalikan oleh suatu bentuk kehidupan yang cerdas, tetapi penduduk setempat menganggap mereka semua sebagai makhluk hidup.
Kembali ke Rumah Bintangnya
Huang-ti memerintah negeri itu selama seratus tahun, tetapi rentang hidupnya jauh lebih lama: sejumlah sumber menyatakan bahwa dia hidup selama tiga ratus tahun. Di mana dia menghabiskan sisa hari-harinya, dan kegiatan apa yang dia lakukan masih dalam penafsiran. Ada sumber Tao yang menyatakan secara jelas bahwa setelah seratus tahun “kekuasaan”nya Huang-ti kembali ke rumah bintangnya, “menguasai langit, dan menjadi penguasa Ketidakterbatasan yang Hebat, kembali menjadi bintang Syuan Yuan lagi”. Bintang yang sama yang ditunjukkan oleh “penopang berkaki tiga”nya. Sebuah gambar kuno China mengenai kumpulan bintang Syuan Yuan telah dikenali sebagai kumpulan bintang Leo oleh ahli perbintangan modern. Bintang terterangnya yaitu (Alpha Leo) Regulus. Kita tidak mengetahui banyak tentang bintang ini, kita tahu ada sangat sedikit kemiripan antara Matahari kita dan Regulus. Tetapi ada kemiripan yang sangat aneh: di sana, di sistem bintang Regulus, terdapat suatu sumber pemancar yang memancarkan sinyal dalam gelombang radio metrik. Dalam sistem Matahari kita juga ada pemancar seperti itu: Bumi.
Inti dari Guruh
Citra Huang-ti's adalah sebagai sebuah “guruh”. Orang-orang Aborigin dan Australia juga mempunyai mitos seperti itu tentang makhluk yang bergerak dengan kecepatan yan sangat tinggi, dan memancarkan “guruh”. Tetapi Huang-ti adalah sebuah “guruh” yang lebih jelas: guruh itu disamakan dengan genderang-genderang yang direntangkan. Begitulah caranya “guruh” itu digambarkan, sebagai sekumpulan genderang, masing-masing genderang dibagi menjadi empat bagian. Yang lebih menakjubkan lagi, salah satu pembantu Huang-ti dikenal sebagai “pangeran guruh” … seorang ahli navigasi?
Huang-ti, “dengan memiliki inti dari guruh” mampu bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dia mempunyai seekor “naga”, Changhuan, yang digunakan oleh Huang-ti untuk naik ke Matahari. Suatu tulisan kuno mengatakan bahwa alat transportasi yang mengagumkan ini “berasal dari negeri di mana matahari-matahari dilahirkan”, dan telah sangat tua, lebih dari tiga ribu tahun. Tetapi yang paling penting adalah anggapan bahwa kecepatan yang sangat tinggi itu berpengaruh pada pergerakan Waktu, dan menunda proses penuaan pada manusia. Biografi Huang-ti mengatakan bahwa seekor “changhuan” menempuh puluhan ribu mil dalam sehari, dan bahwa orang yang “menungganginya” dapat mencapai umur dua ribu tahun.
Regulus (Alpha Leo)
Ke manakah Huang-ti terbang? Dengan melihat melalui sebuah teleskop di malam cerah yang berbintang. Leo dapat ditemukan di belahan bumi utara pada musim semi dan di belahan bumi selatan pada musim gugur. Kenaikan yang benar: 11 jam. Deklinasi: 15 derajat. Terlihat di antara garis lintang 90 dan -65 derajat. Terlihat paling baik di bulan April (pada pukul 21.00). Regulus, bintang paling terang ke-25 di langit, yang berarti “pangeran”. Regulus mempunyai nama-nama lain:
Cor Leonis (“hati seekor singa”); Rex; Al Kalb al Asad; Kabeleced.
Asal mula nama kumpulan bintang di mana Regulus berada juga menarik bagi kita. Leo adalah Singa Nemean dari Bulan yang diutus oleh Hera untuk membunuh Hercules. Sebagai tugas Hercules yang pertama, dia membunuh singa itu dengan mencekiknya dengan tangan kosong. Legenda mengatakan bahwa singa itu mempunyai sebuah tempat persembunyian yang tidak dapat ditembus oleh besi, perunggu, ataupun batu. Karena dia tidak dapat memecahkan persoalan dengan binatang yang buas itu, Hercules mencekiknya sampai mati dan penduduk setempat merasa sangat berterima kasih. Hercules memakai kulitnya, yang membuatnya menjadi tidak terkalahkan. Ketika Hercules meninggal, singa itu dikembalikan ke langit bersama Hercules. Apakah mitos Yunani kuno berasal dari China, dan “naga” itu menjadi seekor “singa”?
Orang-orang Chaldea menghubungkan Leo dengan matahari karena Leo berada di langit selama matahari berada pada jarak terjauh dari garis khatulistiwa di musim panas (walaupun hal ini tidak lagi benar, karena pergeseran poros Bumi). Karena banjir sungai Nil terjadi sekitar waktu tersebut, orang-orang Mesir kuno memuja singa langit itu.
Leo bagi orang Mesir, adalah tempat terbitnya Matahari setelah penciptaan (dekat Denebola) dan karena itulah disebut sebagai Domicilium Solis, lambang api dan panas, atau Rumah Matahari.
Rahasia apa yang akan diungkapkan oleh ahli-ahli purbakala China dan Jepang? Akankah penemuan tersebut membawa kita kepada bukti yang telah dinanti-nantikan kita manusia, bukti bahwa dahulu kala kita bukanlah satu-satunya bentuk kehidupan yang cerdas yang ada di Bumi?
Saya akan menulis lebih banyak lagi tentang Kaisar China Huang-ti yang misterius dalam artikel saya tentang Kerajaan Guge di Tibet, tentang “Kerajaan Langit” yang menghilang secara mendadak dan tidak dapat dijelaskan kira-kira tiga ratus tahun yang lalu. Sedikit peneliti yang tahu tentang Guge, tetapi baru-baru ini saya mengumpulkan dan menganalisa sejumlah informasi yang sangat menarik.
Pencarian keterangan mengenai Kaisar Kuning masih berlanjut.
Paul Stonehill
USA
E-mail: rurcla@hotmail.com
Sumber asli: http://www.ufoinfo.com/news/yellowemperor.shtml