21 Feb 2016
Kunci berbisnis: Pilih pohon yang benar dan belajar memanjat yang baik
Orang berbisnis itu bisa kita ibaratkan mau memanjat pohon untuk memetik buahnya... nah, kita jangan sampai memanjat pohon yang salah. Sudah repot-repot memanjatnya, dengan resiko terjatuh... eh ternyata pohon yang kita panjat itu keliru, tidak ada buahnya, atau buahnya tidak bisa dimakan...
Nah, kalau kita berbisnis bersama keluarga, dan yang menjalankan orang di rumah, itu sama seperti kita menyuruh dia memanjat pohon itu. Masalahnya, belum tentu orang yang kita percayai menjalankan usaha itu bisa memanjat pohonya... bahkan mungkin dia tidak suka memanjat.
Oleh karena itu, yang pertama, kita harus membuat orang tersebut, entah pasangan kita, saudara kita atau anak kita, agar menyukai memanjat pohon. Dalam hal ini berarti menyukai berbisnis. Kedua, kita perlu mengajari bagaimana caranya memanjat pohon dengan baik. Ini penting agar tidak terpeleset dan jatuh... walau jatuh nanti bisa manjat lagi, tapi kan sudah sakit duluan... kadang-kadang karena jatuh itu sakit, trus takut manjat lagi...
Nah, lalu apa yang mesti dilakukan?
Pertama adalah, carilah passion dan minat yang cocok untuk orang yang bakal mengerjakan bisnis tersebut. Kadang, masalahnya, kita menentukan bisnis tersebut (karena kita suka dan anggap bagus peluangnya), namun bagi yang bakal menjalankan ini sebenarnya nggak cocok...
Untuk mengetahui apa passion dan minat dari pasangan kita (atau anggota keluarga yang ingin dipercaya menjalankan bisnis), maka secara bersama ajaklah bicara untuk mengetahui apa kekuatan, kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya. Ingat, jangan memaksakan keinginan kita, sebab yang menjalankan bisnis nanti adalah mereka, bukan kita. Ini tentunya berbeda kalau kita sendiri ikut terjun dalam menjalankan bisnis tersebut....
Kalau dia belum tahu tentang potensi yang dimiliki, namun seandainya kita tahu, maka arahkan dan bimbinglah untuk menemukan passionnya...
Tapi, bagaimana kalau keluarga kita itu belum berminat memanjat pohon? Belum punya keinginan berbisnis?
Di sinilah kita harus bisa mengubah mindsetnya, mengubah cara berpikirnya. Tentu ini ada caranya, jadi jangan kuatir atau langsung menyerah jika keluarga masih ragu berbisnis...
Bagaimana mengubah mindset itu? Ada tiga hal yang mesti "disentuh", pertama adalah cara berpikirnya, kemudian perasaannya, dan ketiga adalah keinginannya.
Yang pertama, mengubah cara berpikirnya, yaitu dengan menanamkan cara berpikir yang positif. Kita mesti bisa menanamkan bahwa dirinya itu bisa dan mampu. Ini harus dengan memberi contoh dari diri kita sendiri untuk berpikir positif. Kadang orang memang sulit berpikir di luar kebiasaan dan cenderung pesimis. Ini yang mesti kita semangati terus menerus.
Yang kedua, soal perrasaannya, banyak yang ragu akan kemampuannya, mudah frustasi, tidak fokus, gampang menyerah, merasa tidak disayang, dll...
Kita mesti bisa membuatnya merasa percaya diri, bergairah.
Lalu, mungkin ada yang tanya, gimana caranya? Gampang kok... caranya adalah sering-sering memberi pujian kepadanya...
Pasti tiap orang punya pengalaman sendiri, kalau diri kita selalu saja diacuhkan, diremehkan, dimarahi, disalahkan, pasti lama-lama kita juga merasa frustasi dan malas... tapi coba kemudin ketemu dengan orang yang suka memuji kita... maka diri kita bisa jadi semangat karena ada yang memperhatikan kita. Kita tahu juga, banyak perselingkuhan gara-gara pasangan sendiri sudah tidak pernah memuji, namun kemudin mendapat pujian dari orang lain...
Kalau teman-teman berkomunikasi dengan pasangan, keluarga, anak, jangan lupa memujinya... jangan langsung menyalahkannya jika ada sesuatu yang tidak berkenan, tapi berilah pujian dan katakan kebanggan Anda kepadanya baru kita sarankan bagaimana sebaiknya. Niscaya dia akan senang dan berubah.
Nah, yang ketiga, kita perlu "mengutak-atik" keinginannya.... banyak orang yg ingin kaya, tapi tidak sungguh-sungguh mau berusaha. Kita mesti bisa membuatnya memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang jelas baginya. Lalu membuatnya memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia bisa mencapainya.
Carilah tokoh yang bisa dibuat idola. Tapi jangan membandingkan dia dengannya, melainkan caranya, misalnya saya yakin kamu bisa, sebab orang itu (beri contoh tokoh idola0 meski tidak punya kaki dan tangan, bisa melakukannya. Kita juga bisa mencari tokoh idola lain atau yang menjadi tokoh idolanya.
Kadang, kita hidup tanpa cita-cita. Ini membuat hidup kita mengalir tak jelas... Membuat diri kita memanjat pohon seadanya, dan kadang atau bahkan sering, memanjat pohon yang salah.
Sejak kecil, anak-anak kita mesti diarahkan memiliki cit-cita dan keyakinan yang kuat akan cita-citanya.
Saya yakin, kita semua dulu punya cita-cita. Kalau saya bertanya, mungkin ada yang ingin jadi dokter, ada yang ingin jadi bidan, ada yang ingin jadi polwan, ada yang ingin jadi guru, ada yang ingin jadi desainer, mungkin ada yang ingin jadi penulis, atau mungkin jadi pramugari... tapi kadang cita-cita itu kandas... dan kita salahkan orang lain karenanya, kita salahkan keadaan yang membuat kita gagal mencapainya....
Ingat, yang menentukan hidup kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.
Milikilah keyakinan itu, bahwa masa depan kita di tangan kita sendiri... dengan izin dari Tuhan pasti kita bisa mencapainya.
Nah, mungkin apa yang terjadi pada diri kita, di mana cita-cita dulu tidak tercapai, tetaplah jangan menyerah.... canangkan cita-cita baru dan berusahalah mewujudkan dengan penuh keyakinan. Selalulah miliki harapan masa depan yang lebih baik.
Menurut saya, kalau memang ingin membangun bisnis bersama keluarga, kunci utama adalah kepercayaan dan komunikasi. Saling menghargai dan biarlah kita dalam posisi yang membina, artinya mendengarkan apa yang dimaui. Tapi kita juga bisa mengarahkan yang menurut kita baik dan benar, sebab perlu diingat, jangan sampai memanjat pohon yang salah....
Mungkin tidak sesederhana yang saya kemukakan, tetapi kekuatan bersama jauh lebih baik daripada sendri. Ibarat lidi, lebih sulit dipatahkan jika menjadi sebuah sapu lidi.
Kalau teman-teman sudah memiliki pasangan atau keluarga yang siap diajak memanjat pohon bersama, itu jauh lebih baik dan mudah. Karena bersama-sama juga akan belajar bagaimana memanjat pohon yang benar.
Maka, ada dua hal yang mesti dipikirkan. Pilih pohon yang benar, artinya pilih bisnis yang benar atau sesuai dengan passion yang akan menjalankan bisnis tersebut, dan kedua belajar memanjat yang benar, artinya belajar mengelola bisnisnya dengan benar, termasuk di dalamnya nanti tentang mengelola keuangan, manusianya dan juga pemasarannya. Jangan sampai dalam perjalanan kita memanjat, salah memilih dahan untuk berpijak, jadi patah dan membuat kita jatuh...
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Ayah saya bukan tipe yang suka marah, tapi bukan berarti saya tidak pernah dimarahi. Mungkin karena jarang marah, saya ingat peristiwa-peris...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...