Saya
punya contoh bootstrap yang saya lakukan dulu. Di tahun 1990, setelah
saya lulus kuliah, dan sempat bekerja di perusahaan orang lain selama 2
tahun (di sebuah perusahaan pengolahan udang windu/cold storage dan
perusahaan property jual beli rumah), saya memutuskan untuk membuka
usaha sendiri yakni sebuah konsultan psikologi. Latar belakang
pendidikan saya memang dari psikologi, dan kemudian ada teman ayah saya
yang membiayai saya untuk kuliah MBA (Master of Business
Administration). Lulus MBA di tahun 1990, saya kemudian mendirikan
perusahaan saya yang bernama Bina Grahita Mandiri. Saat itu usia saya
masih 24 tahun.
Tahun 1990 itu, ayah saya meninggal dunia. Bekal yang saya miliki adalah pendidikan dan sebuah rumah yang saya tempati bersama ibu dan adik-adik saya. Saya anak pertama, satu-satunya anak laki-laki. Modal saya waktu itu tidak banyak, tabungan saya dari hasil menulis artikel dan bekerja sebelumnya adalah sekitar Rp 1 juta rupiah. Di rumah ada garasi mobil. Nah, saya menggunakan garasi mobil ini untuk kantor. Saya lantas memikirkan bagaimana membuat kantor saya itu bisa diubah kalau siang jadi tempat untuk bekerja, namun kalau malam mobilnya bisa masuk. Lalu saya merancang partisi yang bisa dilipat sehingga kalau siang saya pasang sebagai penyekat ruangan, meja dan kursi lipat sehingga praktis untuk dipindah saat mobil masuk. Modal uang yang ada saya gunakan untuk merenovasi ruangan, membeli meja dan kursi.
Saya punya hobby menulis, banyak tulisan saya yang dimuat di surat kabar saat itu. Ini juga karena ayah saya melatih saya aktif menulis. Ayah saya adalah seorang wartawan dan redaktur di Jawa Pos (1985-1990), sebelumnya di majalah Liberty selama 25 tahun. Jadi, saya cukup akrab dengan dunia jusnalistik dan percetakan, termasuk mendesain brosur. Hal ini sangat membantu saya dalam membuat surat penawaran, brosur serta promosi lainnya. Padahal, saya kurang pandai bertutur kata/komunikasi. Kekurangan ini, kalau dianalisis secara SWOT, saya atasi dengan promosi dengan katalog dan brosur yang menarik.
Karena ayah saya meninggal, saya lalu menemui pimpinan Jawa Pos, Bapak Dahlan Iskan, dan menawarkan diri untuk bergabung di Group Jawa Pos. Bekerja sambil punya usaha juga merupakan bootstrap. Pendapatan bulanan dari bekerja bisa membantu untuk biaya operasional usaha. Saya lalu ditempatkan di sebuah harian bisnis, namanya Suara Indonesia (saat ini media ini sudah tidak ada). Lalu saya mengisi kolom di sana, rubrik inspirasi bisnis, marketing dan SDM. Nah, setelah setahun bergabung di sana, bisnis saya ternyata makin berkembang. Dari model direct mail (mengirim surat penawaran) ke perusahaan-perusahaan, banyak sekali order untuk melakukan psikotes. Karena itu, saya kemudian mengajukan ke pimpinan surat kabar tersebut untuk bekerja secara jarak jauh. Jadi saya menulis di rumah, mengirim via email. Nah, ide bootstrap yang saya lakukan waktu itu adalah dengan cara menukar honor tulisan saya (saya bilang, saya tidak perlu lagi digaji bulanan karena saya sudah tidak lagi masuk kerja) dengan memasang iklan perusahaan saya. Jadi, saya menulis diganti dengan iklan gratis. Itu saya lakukan di surat kabar tersebut dan juga di media lain.
Hasilnya sangat besar. Mungkin ibarat prinsip Pareto 80/20, dari upaya yang lakukan, yakni 20% menyediakan waktu untuk menulis di media massa, order bisnis saya meningkat. Jadi bisa dibilang hasil 80% dari usaha saya adalah dari upaya 20% yang saya lakukan itu.
Itu contoh bootstrap yang ingin saya sharing ke teman-teman. Meski saat itu, saya sendiri belum tahu dengan belum dengar istilah bootstrap, namun sudah saya lakukan. Jadi, kalau ada orang bilang, dia tidak bisa menjadi entrepreneur karena tidak punya modal, itu adalah salah besar dan bodohnya dia. Kalau kita belajar entrepreneurship, tahu prinsip-prinsipnya, seperti efektuasi, bootstrap, dan lainnya... tidak ada yang mustahil. Kini perusahaan saya, yang bernama Bina Grahita Mandiri masih terus berjalan sudah 22 tahun. Pelanggan sudah ribuan dan tiap hari ada bisnis yang harus dilakukan. Karena saya senang sharing dan mengajar, saya kemudian bergabung dengan Universitas Ciputra. Istri saya yang mengelola bisnis ini.
Sekedar sharing, mudah-mudahan bermanfaat.
Salam entrepreneur!
Tahun 1990 itu, ayah saya meninggal dunia. Bekal yang saya miliki adalah pendidikan dan sebuah rumah yang saya tempati bersama ibu dan adik-adik saya. Saya anak pertama, satu-satunya anak laki-laki. Modal saya waktu itu tidak banyak, tabungan saya dari hasil menulis artikel dan bekerja sebelumnya adalah sekitar Rp 1 juta rupiah. Di rumah ada garasi mobil. Nah, saya menggunakan garasi mobil ini untuk kantor. Saya lantas memikirkan bagaimana membuat kantor saya itu bisa diubah kalau siang jadi tempat untuk bekerja, namun kalau malam mobilnya bisa masuk. Lalu saya merancang partisi yang bisa dilipat sehingga kalau siang saya pasang sebagai penyekat ruangan, meja dan kursi lipat sehingga praktis untuk dipindah saat mobil masuk. Modal uang yang ada saya gunakan untuk merenovasi ruangan, membeli meja dan kursi.
Saya punya hobby menulis, banyak tulisan saya yang dimuat di surat kabar saat itu. Ini juga karena ayah saya melatih saya aktif menulis. Ayah saya adalah seorang wartawan dan redaktur di Jawa Pos (1985-1990), sebelumnya di majalah Liberty selama 25 tahun. Jadi, saya cukup akrab dengan dunia jusnalistik dan percetakan, termasuk mendesain brosur. Hal ini sangat membantu saya dalam membuat surat penawaran, brosur serta promosi lainnya. Padahal, saya kurang pandai bertutur kata/komunikasi. Kekurangan ini, kalau dianalisis secara SWOT, saya atasi dengan promosi dengan katalog dan brosur yang menarik.
Karena ayah saya meninggal, saya lalu menemui pimpinan Jawa Pos, Bapak Dahlan Iskan, dan menawarkan diri untuk bergabung di Group Jawa Pos. Bekerja sambil punya usaha juga merupakan bootstrap. Pendapatan bulanan dari bekerja bisa membantu untuk biaya operasional usaha. Saya lalu ditempatkan di sebuah harian bisnis, namanya Suara Indonesia (saat ini media ini sudah tidak ada). Lalu saya mengisi kolom di sana, rubrik inspirasi bisnis, marketing dan SDM. Nah, setelah setahun bergabung di sana, bisnis saya ternyata makin berkembang. Dari model direct mail (mengirim surat penawaran) ke perusahaan-perusahaan, banyak sekali order untuk melakukan psikotes. Karena itu, saya kemudian mengajukan ke pimpinan surat kabar tersebut untuk bekerja secara jarak jauh. Jadi saya menulis di rumah, mengirim via email. Nah, ide bootstrap yang saya lakukan waktu itu adalah dengan cara menukar honor tulisan saya (saya bilang, saya tidak perlu lagi digaji bulanan karena saya sudah tidak lagi masuk kerja) dengan memasang iklan perusahaan saya. Jadi, saya menulis diganti dengan iklan gratis. Itu saya lakukan di surat kabar tersebut dan juga di media lain.
Hasilnya sangat besar. Mungkin ibarat prinsip Pareto 80/20, dari upaya yang lakukan, yakni 20% menyediakan waktu untuk menulis di media massa, order bisnis saya meningkat. Jadi bisa dibilang hasil 80% dari usaha saya adalah dari upaya 20% yang saya lakukan itu.
Itu contoh bootstrap yang ingin saya sharing ke teman-teman. Meski saat itu, saya sendiri belum tahu dengan belum dengar istilah bootstrap, namun sudah saya lakukan. Jadi, kalau ada orang bilang, dia tidak bisa menjadi entrepreneur karena tidak punya modal, itu adalah salah besar dan bodohnya dia. Kalau kita belajar entrepreneurship, tahu prinsip-prinsipnya, seperti efektuasi, bootstrap, dan lainnya... tidak ada yang mustahil. Kini perusahaan saya, yang bernama Bina Grahita Mandiri masih terus berjalan sudah 22 tahun. Pelanggan sudah ribuan dan tiap hari ada bisnis yang harus dilakukan. Karena saya senang sharing dan mengajar, saya kemudian bergabung dengan Universitas Ciputra. Istri saya yang mengelola bisnis ini.
Sekedar sharing, mudah-mudahan bermanfaat.
Salam entrepreneur!