Oleh: Nur Agustinus
Sukses adalah harapan setiap orang. Hampir tak ada orang yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Arti kesuksesan tiap orang juga bisa berbeda-beda. Salah satunya adalah sukses berbisnis. Untuk itu banyak orang yang kemudian belajar ilmu bisnis dan manajemen, bahkan mengikuti berbagai ceramah, seminar dan kuliah tentang entrepreneurship.
Menurut hasil riset, entrepreneurship memang bisa diajarkan. Tapi yang menjadi pertanyaan, hasil setelah belajar entrepreneurship, akankah orang tersebut akan menjadi entrepreneur? Atau, kalaupun memang menjadi entrepreneur, apakah ada jaminan bahwa ia akan sukses? Bagaimana kalau sudah belajar entrepreneurship tapi masih gagal juga dalam berbisnis?
Bisnis pada dasarnya seperti sebuah kompetisi lainnya, pasti ada yang menang, namun juga akan ada yang kalah. Tentu ini bukan sebuah judi, sebab sebagai entrepreneur, apa yang dilakukan adalah resiko yang sudah diperhitungkan. Bisnis adalah ilmu sekaligus sebuah seni. Sebagai ilmu, ada banyak teori yang bisa dipelajari, dan sebagai seni merupakan kepiawaian seseorang dalam membuat sebuah keputusan. Namun, seperti telah dikemukakan tadi, selalu ada yang menang dan akan ada yang kalah. Bagaimana kalau kita dalam posisi yang kalah?
Saras Sarasvathy menyusun sebuah teori tentang berpikir efektuasi, di mana salah satunya disebutkan bahwa mindset seorang entrepreneur ketika dia memulai usahanya selalu berpegang pada kondisi affordable loss (kerugian yang terjangkau). Itu sebabnya, kalaupun kita mengalami kegagalan dan kerugian, kita tetap dapat bangkit kembali. Pak Ciputra pernah mengatakan bahwa seorang entrepreneur sejati itu saat ia jatuh 10 kali, ia bisa bangkit 11 kali.
Oleh karena itu, tak ada jaminan bahwa dengan pernah belajar entrepreneurship, maka kita pasti sukses. Tidak juga ada kepastian bahwa kita akan bisa menjalankan bisnis yang hebat. Tapi seorang entrepreneur punya mindset yang tidak takut gagal. Kegagalan bukan akhir, sebab kegagalan yang terjadi harus mampu kita tanggung dan tidak sampai membuat kita lumpuh. Kerugian kalaupun ada, jangan sampai membuat kita tidak bisa bangkit lagi. Maka tak salah jika ada nasihat, jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Pepatah ini mengajarkan Anda untuk selalu berhati-hati. Jika Anda memiliki banyak telur, sebarlah telur-telur Anda dalam beberapa keranjang untuk memperkecil peluang pecahnya telur-telur Anda secara bersamaan.
Maka harus kita sadari, bahwa semangat entrepreneur itu adalah pantang menyerah atau persisten. Persisten berasal dari kata bahasa Inggris “persistence” yang mempunyai arti kualitas kepribadian yang memiliki kemauan kuat (determinasi) untuk melakukan atau mencapai sesuatu sampai berhasil. Seorang yang persisten selalu terus mencoba seberapa berat tantangan yang dihadapinya. Dengan kata lain, sikap persisten adalah gabungan dari sikap sabar, gigih, teguh dan pantang menyerah atas apa yang diusahakan. Seorang yang persisten selalu ngotot untuk mencapai apa yang diinginkannya kendati menghadapi kesulitan dan tantangan.
Jadi, belajar entrepreneurship, bukan jaminan kita akan bisa menjalankan bisnis yang sukses. Namun dengan semangat dan mindset entrepreneur, kegagalan bukan dihadapi dengan negatif, dan tahu cara bagaimana untuk bangkit kembali. Alex Noble pernah mengatakan, “Success is not a place at which one arrives but rather the spirit with which one undertakes and continues the journey.” Maka dalam perjalanan itu, kita harus tahu benar apa yang kita cari. W. Randal Jones dalam bukunya “The Richest Man in Town”, mengemukakan: “Don't seek money for money's sake, for it is a reward.” Matsuo Basho seorang penyair Jepang mengatakan, “Every day is a journey, and the journey itself is home.”
Surabaya, 26 Juni 2012
Sukses adalah harapan setiap orang. Hampir tak ada orang yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Arti kesuksesan tiap orang juga bisa berbeda-beda. Salah satunya adalah sukses berbisnis. Untuk itu banyak orang yang kemudian belajar ilmu bisnis dan manajemen, bahkan mengikuti berbagai ceramah, seminar dan kuliah tentang entrepreneurship.
Menurut hasil riset, entrepreneurship memang bisa diajarkan. Tapi yang menjadi pertanyaan, hasil setelah belajar entrepreneurship, akankah orang tersebut akan menjadi entrepreneur? Atau, kalaupun memang menjadi entrepreneur, apakah ada jaminan bahwa ia akan sukses? Bagaimana kalau sudah belajar entrepreneurship tapi masih gagal juga dalam berbisnis?
Bisnis pada dasarnya seperti sebuah kompetisi lainnya, pasti ada yang menang, namun juga akan ada yang kalah. Tentu ini bukan sebuah judi, sebab sebagai entrepreneur, apa yang dilakukan adalah resiko yang sudah diperhitungkan. Bisnis adalah ilmu sekaligus sebuah seni. Sebagai ilmu, ada banyak teori yang bisa dipelajari, dan sebagai seni merupakan kepiawaian seseorang dalam membuat sebuah keputusan. Namun, seperti telah dikemukakan tadi, selalu ada yang menang dan akan ada yang kalah. Bagaimana kalau kita dalam posisi yang kalah?
Saras Sarasvathy menyusun sebuah teori tentang berpikir efektuasi, di mana salah satunya disebutkan bahwa mindset seorang entrepreneur ketika dia memulai usahanya selalu berpegang pada kondisi affordable loss (kerugian yang terjangkau). Itu sebabnya, kalaupun kita mengalami kegagalan dan kerugian, kita tetap dapat bangkit kembali. Pak Ciputra pernah mengatakan bahwa seorang entrepreneur sejati itu saat ia jatuh 10 kali, ia bisa bangkit 11 kali.
Oleh karena itu, tak ada jaminan bahwa dengan pernah belajar entrepreneurship, maka kita pasti sukses. Tidak juga ada kepastian bahwa kita akan bisa menjalankan bisnis yang hebat. Tapi seorang entrepreneur punya mindset yang tidak takut gagal. Kegagalan bukan akhir, sebab kegagalan yang terjadi harus mampu kita tanggung dan tidak sampai membuat kita lumpuh. Kerugian kalaupun ada, jangan sampai membuat kita tidak bisa bangkit lagi. Maka tak salah jika ada nasihat, jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Pepatah ini mengajarkan Anda untuk selalu berhati-hati. Jika Anda memiliki banyak telur, sebarlah telur-telur Anda dalam beberapa keranjang untuk memperkecil peluang pecahnya telur-telur Anda secara bersamaan.
Maka harus kita sadari, bahwa semangat entrepreneur itu adalah pantang menyerah atau persisten. Persisten berasal dari kata bahasa Inggris “persistence” yang mempunyai arti kualitas kepribadian yang memiliki kemauan kuat (determinasi) untuk melakukan atau mencapai sesuatu sampai berhasil. Seorang yang persisten selalu terus mencoba seberapa berat tantangan yang dihadapinya. Dengan kata lain, sikap persisten adalah gabungan dari sikap sabar, gigih, teguh dan pantang menyerah atas apa yang diusahakan. Seorang yang persisten selalu ngotot untuk mencapai apa yang diinginkannya kendati menghadapi kesulitan dan tantangan.
Jadi, belajar entrepreneurship, bukan jaminan kita akan bisa menjalankan bisnis yang sukses. Namun dengan semangat dan mindset entrepreneur, kegagalan bukan dihadapi dengan negatif, dan tahu cara bagaimana untuk bangkit kembali. Alex Noble pernah mengatakan, “Success is not a place at which one arrives but rather the spirit with which one undertakes and continues the journey.” Maka dalam perjalanan itu, kita harus tahu benar apa yang kita cari. W. Randal Jones dalam bukunya “The Richest Man in Town”, mengemukakan: “Don't seek money for money's sake, for it is a reward.” Matsuo Basho seorang penyair Jepang mengatakan, “Every day is a journey, and the journey itself is home.”
Surabaya, 26 Juni 2012