1. Tak ada yang kebetulan
Saya mau kilas balik dulu. Tanggal 21 Juli 2023, ada sebuah
acara yang istimewa, yaitu peresmian Kampung Alien. Ini sebagai rangkaian acara
Indonesia UFO Festival 2023. Kampung Alien ini terletak di Kenteng, Kembang,
Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta. Ini kali kedua datang ke Yogyakarta di
bulan itu setelah tanggal 15 mengikuti SETI Cenference yang juga bagian dari
Indonesia UFO Festival. Namun ini nampaknya buat saya pribadi merupakan sebuah
tipping point. Mengapa bisa begitu? Hal ini yang ingin saya ceritakan sebagai
bagian dari refleksi saya atas perjalanan yang saya lalui.
Saya selalu percaya bahwa tak ada yang kebetulan dalam
kehidupan ini. Semua terjadi pasti ada alasannya. Kalaupun saya tidak tahu itu
kenapa, saya tetap percaya bahwa pasti ada sesuatu tujuan di balik itu. Namun
saya tidak terlalu percaya kepada keberuntungan. Saya lebih meyakini bahwa
sesuatu itu adalah merupakan sebab akibat. Kalaupun dianggap keberuntungan, itu
merupakan perjumpaan antara persiapan dan kesempatan.
Barangkali tak ada yang meragukan minat dan passion saya di
bidang UFO. Itu juga yang membuat saya mengusahakan untuk bisa ikut menghadiri
SETI Conference walau baru saja menjalani operasi saluran kencing. Begitu juga
saat peresmian Kampung Alien seminggu berikutnya. Sayang memang kondisi saya benar-benar
tidak mengijinkan untuk ikut acara perkemahan UFO di akhir bulan. Namun tanggal
21 Juli itu, yang bertepatan dengan Hari UFO Nasional, nampaknya akan membuat
perubahan yang sangat berarti.
Ketika saya sudah kembali ke Surabaya, tanggal 23 Juli 2023,
saya ditawari untuk ikut bergabung di dalam sebuah WA Group AREA YMCA, adminnya
ada mas Aris, mas Yonz, pak Abu dan mas Ipank. Tentu bagi saya tak ada yang
kebetulan, walau juga cukup terkejut ketika tiba-tiba diberi link untuk join
group. Sebagian besar yang ada di sana, saya sudah kenal, namun ada juga yang
belum. Namun dengan bergabungnya saya ke group ini, sepertinya akan ada hal-hal
lain yang akan saya lakukan tanpa saya rencanakan sebelumnya.
2. Bubarnya Kafe UFO
Sebelumnya, setelah saya tidak lagi menjadi ketua di sebuah
komunitas UFO yang saya dirikan, saya membuat sebuah group WA yang bernama Kafe
UFO. Sejujurnya, group ini adalah tempat saya menghibur diri. Topiknya beragam,
bebas, bisa posting apa saja asal dalam batas-batas wajar. Bisa pamer sedang
makan apa, atau hal-hal lain yang remeh temeh. Namun dari group ini juga pernah
ada pembicaraan yang serius tentang UFO. Group ini saya buat tanggal 26 Juli
2021.
Menjelang akhir bulan Januari 2023, saya ikut menjadi admin
dari sebuah WAG yang akhirnya diberi nama Studi UFO Nusantara. Saya
menginginkan group yang ini lebih serius membahas UFO. Sementara Kafe UFO lebih
bersifat bincang-bincang santai sebagaimana umumnya di sebuah kafe.
Ketika saya sudah bergabung di WAG AREA YMCA, entah kenapa, mungkin
juga karena sebelumnya saya bertemu dengan banyak teman-teman di Yogyakarta
saat SETI Conference dan peresmian Kampung Alien, saya merasa ingin serius
kembali menekuni dunia perufoan ini. Mungkin juga karena makin banyak WAG yang
saya ikuti, saya merasa pembicaraan di Kafe UFO menjadi kurang menarik lagi.
Padahal, saya satu-satunya admin di sana. Saya juga tidak ingin menyerahkan WAG
ini kepada orang lain. Maka kemudian, saya mengarahkan agar anggota yang ada di
WAG Kafe UFO bisa bergabung dengan WAG Studi UFO Nusantara. Tanggal 2 Agustus
2023, WAG ini saya bubarkan dan semua anggotanya saya keluarkan. Banyak yang
terkejut karena mengira dirinya ditendang, tapi saya jelaskan bahwa groupnya
memang sudah tidak ada lagi.
Saya kemudian lebih banyak ikut di WAG group yang ada, dan
saya tidak ada beban menjadi admin sendirian. Di WAG lain saya juga ikut
sebagai anggota, bukan admin. Jadi saya pada dasarnya merasa tidak perlu pusing
lagi memikirkan anggota yang beraneka ragam karakter dan sifatnya.
3. GMeet
Group AREA YMCA mempunyai beberapa WAG lain yang tergabung
dalam UFO-ALIEN-PARANORMAL. Salah satunya adalah RV-AREA 57. Group ini untuk
diskusi dan belajar tentang remote viewer dan lain-lainnya. Sepertinya, entah
group yang mana, apakah AREA YMCA atau RV-AREA 57, nampaknya sering mengadakan
GMeet di antara anggotanya. Sejauh itu saya belum pernah ikutan. Beberapa kali
ajakan GMeet terlewatkan, entah karena saya sudah capek atau ada kegiatan lain.
Saya sendiri waktu itu memang punya keinginan untuk
menyelesaikan buku saya. Ada beberapa buku yang saya rencanakan untuk bisa
selesai di tahun 2023. Ini sudah menjadi resolusi di awal tahun dulu, tetapi
rupanya selalu tertunda alias malas. Namun saya yakin ini juga bukan kebetulan,
ada sebuah kejadian yang membuat saya termotivasi atau terprovokasi untuk bisa
menyelesaikan buku ini di awal bulan Oktober. Bahkan kalau mungkin, di bulan November
dan Desember akan bisa selesai masing-masing satu buku lagi. Ambisius memang,
tapi kalau tidak ditantang, pasti juga akan ditunda-tunda lagi.
Tanggal 27 September malam, kalau tidak salah, ada lagi
GMeet. Waktu itu saya juga capek sehingga tidur sore-sore. Namun sekitar jam 1
pagi, berarti sudah tanggal 28, saya bangun dan kemudian menghidupkan komputer untuk
meneruskan penulisan buku saya. Pada dasarnya isi dari buku itu sudah rampung,
namun masih perlu diedit dan ditata. Hal itu saya lakukan kalau tidak salah
sampai jam setengah 3. Lalu saya melihat rupanya masih ada pembicaraan di WAG
tentang GMeet dan saya nimbrung bahwa saya malah baru bangun. Mas Aris lantas
bilang, masih ada nobar (nonton bareng). Saya sebenarnya ragu untuk ikut, tapi
entah apa ini kehendak semesta, saya kemudian mengklik link Gmeet dan
bergabunglah saya ikut nobar. Saya teruskan mengedit naskah buku saya di PC sambil
ikut nobar di HP.
Nobar selesai ternyata dilanjutkan dengan obrolan. Di
sinilah terjadi obrolan yang nampaknya membuat sebuah peristiwa akan terjadi.
Ruang Gmeet, waktu subuh, di mana konon katanya energi semesta sedang
jernih-jernihnya, nampaknya membuat sebuah bincang-bincang yang mestinya santai
menjadi sesuatu yang serius.
4. Ke Yogyakarta
Saya memang punya rencana ke Yogyakarta, yaitu tanggal 7
Oktober 2023. Tujuan saya adalah untuk melihat pameran dari seorang teman yang
bernama mas Faisal Amir. Karyanya berupa cukilan kayu dan banyak temanya
tentang UFO dan alien. Saya berencana ingin melihatnya sekaligus menunjukkan
support saya akan pamerannya. Tak ada motivasi lain. Awalnya hanya ingin datang,
melihat pamerannya, kebetulan sorenya ada diskusi di sana, dan saya pikir,
besoknya saya akan kembali pulang.
Lalu, di obrolan GMeet, memang ada terbersit keinginan,
barangkali kalau buku sudah selesai, maka bisa dirilis pada hari Minggu, tanggal
8 Oktober. Bertemu dengan beberapa teman, ngobrol bareng, pasti menyenangkan.
Tapi rupanya, tanggal 8 Oktober dianggap terlalu cepat. Tidak cukup waktu untuk
menyiapkan hal itu.
Entah apa yang terjadi, malah diputuskan sebaiknya tanggal
15 Oktober saja. Memang ini karena banyak teman yang tidak bisa kalau tanggal
22 Oktober. Jadi tanggal 8 terlalu cepat sementara 22 juga banyak yang
berhalangan. Akhirnya disepakati tanggal 15.
5. Pekan Ufologi dan Antariksa
Saya tidak perlu cerita detil apa yang terjadi saat di GMeet
itu, namun entah kenapa, saat itu mas Ipank dengan arahan mas Venzha langsung
inisiatif membantu membuat flyer acaranya. Menurut teman-teman, informasi acara
ini harus segera disebarkan karena kalau ditunda-tunda nanti malah juga akan
percuma. Dari yang semula rencana hanya rilis buku, ternyata berkembang dengan
ide-ide acara lain. Muncul gagasan untuk pameran karya seni rupa yang pernah
saya buat. Trus ada juga acara pengamatan benda langit karena saat itu mas Aris
mengatakan akan ada gerhana matahari. Dari sana yang semua acara ufo ditambahkan
dengan antariksa. Mengajak Griya Antariksa, Jogja Astro Club dan Teropong
Bintang Mangunan. Ternyata, kebetulan juga di awal bulan Oktober itu merupakan
World Space Week 2023. Jadi, dari sana kemudian direncanakan sebuah acara yang
bernama Pekan Ufologi dan Antariksa.
Pembicaraan berlanjut hingga pagi, bahkan sempat jam 9 pagi
saya minta ijin sambil mendampingi anak saya, Andre, belajar sepeda. Jadi saya
tetap ikut GMeet di luar rumah. Direncanakan juga acara lomba menggambar, namun
kemudian diubah menjadi lomba mewarnai karena pesertanya adalah anak-anak PAUD
dan TK. Intinya, waktu itu spontanitas saja. Tak memikirkan bagaimana soal
biayanya. Saya juga waktu itu belum memikirkan tentang hal itu. Orang bilang,
yang penting yakin. Kalau semesta mendukung, nanti pasti akan ada saja
jalannya.
Semula pameran rencananya berlangsung hanya 4 hari, yaitu
tanggal 13 – 16 Oktober 2023. Namun saya bilang, saya sepertinya harus
menyiapkan materi untuk dipajang di pameran pada tanggal 8 Oktober. Sehari
setelah saya mengunjungi pamerannya mas Faisal. Trus ada usulan, kalau tanggal
8 sudah dipajang, bukankah lebih baik jika pameran dimulai tanggal 9 Oktober?
Jadi pamerannya berlangsung pada tanggal 9 – 16 Oktober 2023. Saya iyakan saja.
Dalam benak saya, kalau memang sudah dipasang tanggal 8, tak ada salahnya dan
toh mengapa harus menunda untuk memulai tanggal 13?
6. Flyer disebar
Sebelum flyer disebar, tempat acara mesti dipastikan dulu.
Awalnya direncanakan di Griya Antariksa, namun kemudian pindah ke Monumen UFO /
Crop Circle di Berbah, Sleman, Yogyakarta. Tempat ini juga merupakan sebuah
rumah makan dengan nama Kedai Suru Pitoe. Rupanya mereka pernah juga ketempatan
lomba mewarnai, sehingga memberi gambaran bahwa pesertanya bisa ratusan. Waktu itu
cukup kaget juga, sebab bayangannya, pesertanya 20 anak saja sudah bagus. Ini
bakal ada ratusan. Bagaimana nanti mengaturnya? Tetapi sekali lagi, ini memang
merupakan peluang. Kalau kita siap, maka ini akan menjadi sebuah keuntungan. Pihak
Kedai Suru Pitoe sepakat untuk memberi hadiah tunai bagi pemenang. Sementara
hal-hal lain disediakan oleh komunitas UFO, seperti trophy, piagam, kertas
gambar, dan lain-lainnya. Untunglah, mbak Dian Graha punya pengalaman dalam
mengadakan lomba mewarnai. Jadi kesiapan itu ada. Jadi, peluang ini bisa
diharapkan menjadi sebuah kemeriahan dalam acara Pekan Ufologi dan Antariksa.
Membayangkan bakal ada ratusan peserta lomba, sudah gembira sekali.
Flyer langsung disebar melalui media sosial, ke berbagai WAG
dan Instagram sejak tanggal 29 September. Rencana yang baru digagas tanggal 28
pagi, besoknya sudah dipublikasikan. Tanpa ada proposal, tanpa ada rincian
tertulis. Ibaratnya, yang penting yakin. Dalam benak saya, memang langsung mikir
apa saja yang mesti dilakukan. Banyak sekali yang harus dikerjakan.
Mempersiapkan pameran, menyelesaikan buku, membuat kaos, dan lainnya.
7. Buku
Buku harus selesai. Tanggal 2 Oktober, buku memang akhirnya
selesai dan siap diproduksi. Namun saya masih belum merasa final. Saya kemudian
membuat satu untuk proof cetak dulu. Saat itu tanggal 2 Oktober 2023. Sehari
kemudian, satu buku itu selesai dan bisa saya lihat dulu untuk dilakukan
perbaikan jika perlu. Dengan selesainya buku ini, saya memberanikan diri untuk
mulai memasarkan buku ini dengan cara pre-order.
Ada dua cara untuk pre-order, pertama langsung pesan ke saya
lewat WA, dan kedua bisa membeli lewat Tokopedia. Walau pembeli sudah membayar
ke Toped, namun tentu saja uangnya akan baru saya terima saat buku sampai
diterima pembeli. Jadi, tetap akan butuh modal nantinya buat produksi. Saya
tidak tahu, apakah nanti akan siap biayanya atau tidak. Kalaupun tidak, maka
perlu dipikirkan plan B, plan C atau yang lain. Pesanan yang masuk sudah cukup
banyak. Tapi saya belum juga mengorderkan untuk mencetak dalam jumlah sesuai
pesanan. Saya memang diberi waktu oleh Tokopedia sampai tanggal 16 Oktober
untuk mengirim buku tersebut. Ini kejar-kejaran dengan waktu karena tanggal 14,
saya sudah harus ke Yogjakarta lagi dan rilis buku. Artinya, sebelum tanggal
14, buku itu harus selesai cetak dan dikirim.
Persoalannya, saya ke Jogja tanggal 7 dan baru kembali ke
Surabaya tanggal 10 Oktober. Ini karena tanggal 9 Oktober saya harus ada di
tempat pameran untuk melakukan pembukaan. Saya membawa proof buku itu ke jogja
untuk saya baca-baca. Berarti, kalau tanggal 10 saya balik, maka baru tanggal
10 sore saya bisa order untuk cetak dan harus selesai paling lambat tanggal 13.
Cuma bisa berdoa agar itu bisa terjadi…
8. Persiapan pameran
Mengejar tanggal 7 Oktober, maka paling lambat tanggal 6
Oktober saya harus sudah siap dengan gambar dan rencana tampilan pamerannya. Pada
tanggal 5 Oktober, saya memasukkan file digital untuk diprint dan baru bisa
diambil tanggal 6. Tanggal 6 juga saya beli tripleks dan kayu untuk lis sebab
nanti rencananya akan dipasang seperti dalam bentuk pigura. Print gambar itu
sendiri ternyata tidak murah. Satu gambar biaya printnya Rp 30 ribu. Saya cetak
ukuran A2. Total saat itu ada 22 gambar, jadi sekitar 600 rb an biayanya. Untuk
tripleksnya butuh 3 lembar dan kayu lis sekitar 30 batang. Kira-kira butuh
biaya 300 rb an.
Malam tanggal 6 Oktober, saya dan istri tidak tidur sama
sekali untuk menggergaji tripleks dan kayu. Hingga pagi mengemasnya tapi
kemudian saya ragu membawanya karena khawatir tidak diperbolehkan masuk ke
kereta api. Jadinya, saya pikir, saya hanya membawa lisnya saja, sementara
tripleksnya saya tinggal. Saya putuskan nanti akan beli di jogja dan bikin lagi
di sana.
9. Bantuan biaya
Saya tidak pernah memimpikan, bahwa tiba-tiba ada yang memberi
bantuan dana untuk kegiatan ini. Dari beberapa orang, akhirnya terkumpul dana
saat itu sekitar 5 juta seratus ribu rupiah. Saya sangat bersyukur sebab ini
bisa membuat saya tidak perlu menjalankan plan B dan seterusnya alias harus
cari pinjaman uang. Dana yang terkumpul saya gunakan untuk mempersiapkan
pameran, membeli perlengkapan dan beberapa peralatan yang nantinya dibutuhkan,
membuat beberapa kaos yang rencananya akan saya berikan. Selain itu juga untuk membeli tiket kereta
api dan kemungkinan untuk biaya menginap di jogja. Bantuan lain datang dari
teman-teman yang membeli kaos dan buku
namun dananya dilebihkan.
Orang mungkin bilang, ini sebuah kebetulan. Kebetulan ada
yang memberi sumbangan. Kebetulan juga dana yang masuk boleh dibilang lumayan. Namun
ini seperti ada yang mengatur. Orang bisa bilang ini kehendak Tuhan, semesta
mendukung. Apakah ini benar-benar bukan
kebetulan? Bagaimana jika ternyata tidak ada yang memberi donasi? Saya tidak
berani berpikir “what if”. Saya mensyukuri apa yang terjadi. Melakukan apa yang
saya bisa perbuat dengan sebaik-baiknya. Pasti tidak akan sempurna, sebab saya
tidak punya pengalaman pameran di luar kota, di tempat yang gudangnya para
seniman. Siapalah saya? Tapi, the show must go on. Tidak ada lagi pikiran untuk
mundur. Ini mesti dilakukan. Ada yang bilang, hasil tidak akan mengkhianati
usaha. Saya juga harus mengusahakan,
dengan dana yang ada, harus bisa terlaksana dengan meriah meski tidak mewah.
10. Kolaborasi
Saya yakin, ini tidak mungkin dilakukan sendiri. Kata
kuncinya adalah kolaborasi. Mesti kerja bareng. Kegembiraan acara ini harus
dirasakan bersama-sama. Semua perlu merasa terlibat. Sejak awal membuat flyer sudah
melibatkan banyak orang. Ada 12 pihak
yang ikut berkolaborasi dalam kegiatan ini. Saya ingat pepatah afrika, kalau
mau pergi cepat, pergilah sendiri. Kalau mau pergi jauh, pergilah bersama-sama.
Bagi saya, ini adalah sebuah perjalanan jauh. Jauh dalam artian beyond my
imagination. Kalau dibilang cepat secara harafiah ya memang cepat. Ide pertama
muncul tanggal 28 September. Lalu, tanggal 9 Oktober acara sudah dimulai.
Berarti hanya 11 hari persiapannya. Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Ketika saya sampai di Jogja dan mesti mempersiapkan pameran
dengan menggergaji lagi tripleks yang saya beli di jogja, saya dibantu mas Aris.
Mas Ipank juga menyempatkan datang untuk membantu persiapan pameran. Saat tiba di lokasi, sudah menunggu mas Yonz
dan mbak Dian Graha. Lalu datang juga mas Hangno yang membantu memasang-masang
panel pameran.
Singkat kata, acara berlangsung sesuai dengan rencana,
bahkan di luar ekspektasi. Pameran bisa dibuka tanggal 9 Oktober. Mbak Ira
bersedia menjadi kurator dan membuat tulisan yang sangat bagus. Acara rilis
buku juga berjalan lancar. Mas Mutoha Arkanuddin datang dengan kawan-kawan dari
Jogja Astro Club untuk melakukan pengamatan benda langit. Sayang cuaca berawan,
namun pak Mutoha membawa alat yang menarik yang bisa melacak benda langit dan
melakukan pemotretan.
Keesokan harinya, peserta lomba mewarnai yang ikut ternyata banyak
juga. Ada 63 peserta TK dan 44 peserta dari PAUD. Total berarti ada 107
peserta. Acara begitu meriah, ada hiburan pagelaran Wayang Alien dari mas
Hangno Hartono dan juga peluncuran roket air oleh mas Muhtoha Arkanuddin. Mas
Tyok Sule juga hadir dalam tiap acara, mulai saat pembukaan, rilis buku dan
juga acara puncak di hari minggu saat lomba mewarnai. Acara juga dimeriahkan
dengan pembagian banyak door prize yang telah disiapkan oleh mbak Dian Graha
dan mas Yonz. Kolaborasi ini sungguh
indah, semua senang dan rasa itu membuat kita semua melakukannya dengan suka
rela serta suka cita.
11. Eksistensi
Saya teringat pembicaraan dengan mas Venzha, pada dasarnya
setiap orang itu butuh eksistensi. Barangkali acara ini juga menjadi cara saya
untuk menunjukkan eksistensi. Seperti kata mas Venzha juga kepada driver Gocar saat
kami menuju Monumen Crop Circle. Orang pameran itu ya tujuannya untuk pamer.
Ya, pasti saya akan dianggap pamer, berusaha menunjukkan eksistensi diri. Namun
buat saya pribadi, ini sebenarnya juga merupakan sebuah ujian. Menguji diri saya sendiri apakah saya masih mampu,
terutama dalam hal tenaga. Usia saya sudah 57 tahun. Saya kagum juga dengan mas
Hangno yang sudah 60 tahun tapi tetap penuh semangat. Mbak Dian Graha
sempat komentar, generasi X ini memang beda dengan generasi Y. Kalau ada
tantangan, selalu siap melakukannya. Tidak kebanyakan mikir.
Beberapa orang ada
yang bertanya, apakah acara Pekan Ufologi dan Antariksa ini akan berlangsung
lagi? Apakah tahun depan akan diselenggarakan lagi? Tentu, harapannya begitu.
Semoga bisa menjadi sebuah kerja bareng dan kolaborasi bersama agar persahabatan
terus terjalin. Paling tidak, sudah ada rencana-rencana yang sempat muncul,
seperti lomba peluncuran roket air, pengamatan bintang, menyelenggarakan kursus
ufologi, dan lain sebagainya. Semua itu mesti dilakukan bersama. Sudah bukan
lagi saatnya dikerjakan sendiri. Kita mau seperti Buzz Lightyear, to infinity
and beyond. Untuk itu kita perlu pergi
bersama-sama.
Akhirnya, saya ingin mengutip kata-kata mas Tyok Sule kepada
saya lewat WA: “Gazzz tetap semangat di jalur ini, pak Nur… Semoga selalu
dilancarkan semua dan upaya, Berkah.”
Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, kiranya semesta
selalu mendukung niat kita dan memberi kesempatan untuk mewujudkannya.
Surabaya, 18 Oktober 2023
Nur Agustinus
Sekali lagi terima
kasih kepada seluruh sahabat dan komunitas yang telah berpartisipasi dan berkolaborasi
dalam rangka Pekan Ufologi dan Antariksa 2023.
1. Kedai Suru Pitoe
2. Griya Antariksa
3. Info UFO
4. Studi UFO Nusantara
5. Jogja Astro Club
6. Extraterrestrial
Indonesia
7. SUASU (Special Unit
for Anomaly Surveillance of the Unknown)
8. UFO Investigator
9. Omah Budaya
Kahangnan
10. House of kybalion
11. Area 57
12.Teropong Bintang
Mangunan