17 Okt 2023

Ruang, Waktu dan Peristiwa

1. Tak ada yang kebetulan

 

Saya mau kilas balik dulu. Tanggal 21 Juli 2023, ada sebuah acara yang istimewa, yaitu peresmian Kampung Alien. Ini sebagai rangkaian acara Indonesia UFO Festival 2023. Kampung Alien ini terletak di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta. Ini kali kedua datang ke Yogyakarta di bulan itu setelah tanggal 15 mengikuti SETI Cenference yang juga bagian dari Indonesia UFO Festival. Namun ini nampaknya buat saya pribadi merupakan sebuah tipping point. Mengapa bisa begitu? Hal ini yang ingin saya ceritakan sebagai bagian dari refleksi saya atas perjalanan yang saya lalui.

 

Saya selalu percaya bahwa tak ada yang kebetulan dalam kehidupan ini. Semua terjadi pasti ada alasannya. Kalaupun saya tidak tahu itu kenapa, saya tetap percaya bahwa pasti ada sesuatu tujuan di balik itu. Namun saya tidak terlalu percaya kepada keberuntungan. Saya lebih meyakini bahwa sesuatu itu adalah merupakan sebab akibat. Kalaupun dianggap keberuntungan, itu merupakan perjumpaan antara persiapan dan kesempatan.

 

Barangkali tak ada yang meragukan minat dan passion saya di bidang UFO. Itu juga yang membuat saya mengusahakan untuk bisa ikut menghadiri SETI Conference walau baru saja menjalani operasi saluran kencing. Begitu juga saat peresmian Kampung Alien seminggu berikutnya. Sayang memang kondisi saya benar-benar tidak mengijinkan untuk ikut acara perkemahan UFO di akhir bulan. Namun tanggal 21 Juli itu, yang bertepatan dengan Hari UFO Nasional, nampaknya akan membuat perubahan yang sangat berarti.

 

Ketika saya sudah kembali ke Surabaya, tanggal 23 Juli 2023, saya ditawari untuk ikut bergabung di dalam sebuah WA Group AREA YMCA, adminnya ada mas Aris, mas Yonz, pak Abu dan mas Ipank. Tentu bagi saya tak ada yang kebetulan, walau juga cukup terkejut ketika tiba-tiba diberi link untuk join group. Sebagian besar yang ada di sana, saya sudah kenal, namun ada juga yang belum. Namun dengan bergabungnya saya ke group ini, sepertinya akan ada hal-hal lain yang akan saya lakukan tanpa saya rencanakan sebelumnya.

 

2. Bubarnya Kafe UFO

 

Sebelumnya, setelah saya tidak lagi menjadi ketua di sebuah komunitas UFO yang saya dirikan, saya membuat sebuah group WA yang bernama Kafe UFO. Sejujurnya, group ini adalah tempat saya menghibur diri. Topiknya beragam, bebas, bisa posting apa saja asal dalam batas-batas wajar. Bisa pamer sedang makan apa, atau hal-hal lain yang remeh temeh. Namun dari group ini juga pernah ada pembicaraan yang serius tentang UFO. Group ini saya buat tanggal 26 Juli 2021.

 

Menjelang akhir bulan Januari 2023, saya ikut menjadi admin dari sebuah WAG yang akhirnya diberi nama Studi UFO Nusantara. Saya menginginkan group yang ini lebih serius membahas UFO. Sementara Kafe UFO lebih bersifat bincang-bincang santai sebagaimana umumnya di sebuah kafe.

 

Ketika saya sudah bergabung di WAG AREA YMCA, entah kenapa, mungkin juga karena sebelumnya saya bertemu dengan banyak teman-teman di Yogyakarta saat SETI Conference dan peresmian Kampung Alien, saya merasa ingin serius kembali menekuni dunia perufoan ini. Mungkin juga karena makin banyak WAG yang saya ikuti, saya merasa pembicaraan di Kafe UFO menjadi kurang menarik lagi. Padahal, saya satu-satunya admin di sana. Saya juga tidak ingin menyerahkan WAG ini kepada orang lain. Maka kemudian, saya mengarahkan agar anggota yang ada di WAG Kafe UFO bisa bergabung dengan WAG Studi UFO Nusantara. Tanggal 2 Agustus 2023, WAG ini saya bubarkan dan semua anggotanya saya keluarkan. Banyak yang terkejut karena mengira dirinya ditendang, tapi saya jelaskan bahwa groupnya memang sudah tidak ada lagi.

 

Saya kemudian lebih banyak ikut di WAG group yang ada, dan saya tidak ada beban menjadi admin sendirian. Di WAG lain saya juga ikut sebagai anggota, bukan admin. Jadi saya pada dasarnya merasa tidak perlu pusing lagi memikirkan anggota yang beraneka ragam karakter dan sifatnya.

 

3. GMeet

 

Group AREA YMCA mempunyai beberapa WAG lain yang tergabung dalam UFO-ALIEN-PARANORMAL. Salah satunya adalah RV-AREA 57. Group ini untuk diskusi dan belajar tentang remote viewer dan lain-lainnya. Sepertinya, entah group yang mana, apakah AREA YMCA atau RV-AREA 57, nampaknya sering mengadakan GMeet di antara anggotanya. Sejauh itu saya belum pernah ikutan. Beberapa kali ajakan GMeet terlewatkan, entah karena saya sudah capek atau ada kegiatan lain.

 

Saya sendiri waktu itu memang punya keinginan untuk menyelesaikan buku saya. Ada beberapa buku yang saya rencanakan untuk bisa selesai di tahun 2023. Ini sudah menjadi resolusi di awal tahun dulu, tetapi rupanya selalu tertunda alias malas. Namun saya yakin ini juga bukan kebetulan, ada sebuah kejadian yang membuat saya termotivasi atau terprovokasi untuk bisa menyelesaikan buku ini di awal bulan Oktober. Bahkan kalau mungkin, di bulan November dan Desember akan bisa selesai masing-masing satu buku lagi. Ambisius memang, tapi kalau tidak ditantang, pasti juga akan ditunda-tunda lagi.

 

Tanggal 27 September malam, kalau tidak salah, ada lagi GMeet. Waktu itu saya juga capek sehingga tidur sore-sore. Namun sekitar jam 1 pagi, berarti sudah tanggal 28, saya bangun dan kemudian menghidupkan komputer untuk meneruskan penulisan buku saya. Pada dasarnya isi dari buku itu sudah rampung, namun masih perlu diedit dan ditata. Hal itu saya lakukan kalau tidak salah sampai jam setengah 3. Lalu saya melihat rupanya masih ada pembicaraan di WAG tentang GMeet dan saya nimbrung bahwa saya malah baru bangun. Mas Aris lantas bilang, masih ada nobar (nonton bareng). Saya sebenarnya ragu untuk ikut, tapi entah apa ini kehendak semesta, saya kemudian mengklik link Gmeet dan bergabunglah saya ikut nobar. Saya teruskan mengedit naskah buku saya di PC sambil ikut nobar di HP.

 

Nobar selesai ternyata dilanjutkan dengan obrolan. Di sinilah terjadi obrolan yang nampaknya membuat sebuah peristiwa akan terjadi. Ruang Gmeet, waktu subuh, di mana konon katanya energi semesta sedang jernih-jernihnya, nampaknya membuat sebuah bincang-bincang yang mestinya santai menjadi sesuatu yang serius.

 

4. Ke Yogyakarta

 

Saya memang punya rencana ke Yogyakarta, yaitu tanggal 7 Oktober 2023. Tujuan saya adalah untuk melihat pameran dari seorang teman yang bernama mas Faisal Amir. Karyanya berupa cukilan kayu dan banyak temanya tentang UFO dan alien. Saya berencana ingin melihatnya sekaligus menunjukkan support saya akan pamerannya. Tak ada motivasi lain. Awalnya hanya ingin datang, melihat pamerannya, kebetulan sorenya ada diskusi di sana, dan saya pikir, besoknya saya akan kembali pulang.

 

Lalu, di obrolan GMeet, memang ada terbersit keinginan, barangkali kalau buku sudah selesai, maka bisa dirilis pada hari Minggu, tanggal 8 Oktober. Bertemu dengan beberapa teman, ngobrol bareng, pasti menyenangkan. Tapi rupanya, tanggal 8 Oktober dianggap terlalu cepat. Tidak cukup waktu untuk menyiapkan hal itu.

 

Entah apa yang terjadi, malah diputuskan sebaiknya tanggal 15 Oktober saja. Memang ini karena banyak teman yang tidak bisa kalau tanggal 22 Oktober. Jadi tanggal 8 terlalu cepat sementara 22 juga banyak yang berhalangan. Akhirnya disepakati tanggal 15.

 

5. Pekan Ufologi dan Antariksa

 

Saya tidak perlu cerita detil apa yang terjadi saat di GMeet itu, namun entah kenapa, saat itu mas Ipank dengan arahan mas Venzha langsung inisiatif membantu membuat flyer acaranya. Menurut teman-teman, informasi acara ini harus segera disebarkan karena kalau ditunda-tunda nanti malah juga akan percuma. Dari yang semula rencana hanya rilis buku, ternyata berkembang dengan ide-ide acara lain. Muncul gagasan untuk pameran karya seni rupa yang pernah saya buat. Trus ada juga acara pengamatan benda langit karena saat itu mas Aris mengatakan akan ada gerhana matahari. Dari sana yang semua acara ufo ditambahkan dengan antariksa. Mengajak Griya Antariksa, Jogja Astro Club dan Teropong Bintang Mangunan. Ternyata, kebetulan juga di awal bulan Oktober itu merupakan World Space Week 2023. Jadi, dari sana kemudian direncanakan sebuah acara yang bernama Pekan Ufologi dan Antariksa.

 

Pembicaraan berlanjut hingga pagi, bahkan sempat jam 9 pagi saya minta ijin sambil mendampingi anak saya, Andre, belajar sepeda. Jadi saya tetap ikut GMeet di luar rumah. Direncanakan juga acara lomba menggambar, namun kemudian diubah menjadi lomba mewarnai karena pesertanya adalah anak-anak PAUD dan TK. Intinya, waktu itu spontanitas saja. Tak memikirkan bagaimana soal biayanya. Saya juga waktu itu belum memikirkan tentang hal itu. Orang bilang, yang penting yakin. Kalau semesta mendukung, nanti pasti akan ada saja jalannya.

 

Semula pameran rencananya berlangsung hanya 4 hari, yaitu tanggal 13 – 16 Oktober 2023. Namun saya bilang, saya sepertinya harus menyiapkan materi untuk dipajang di pameran pada tanggal 8 Oktober. Sehari setelah saya mengunjungi pamerannya mas Faisal. Trus ada usulan, kalau tanggal 8 sudah dipajang, bukankah lebih baik jika pameran dimulai tanggal 9 Oktober? Jadi pamerannya berlangsung pada tanggal 9 – 16 Oktober 2023. Saya iyakan saja. Dalam benak saya, kalau memang sudah dipasang tanggal 8, tak ada salahnya dan toh mengapa harus menunda untuk memulai tanggal 13?

 

6. Flyer disebar

 

Sebelum flyer disebar, tempat acara mesti dipastikan dulu. Awalnya direncanakan di Griya Antariksa, namun kemudian pindah ke Monumen UFO / Crop Circle di Berbah, Sleman, Yogyakarta. Tempat ini juga merupakan sebuah rumah makan dengan nama Kedai Suru Pitoe. Rupanya mereka pernah juga ketempatan lomba mewarnai, sehingga memberi gambaran bahwa pesertanya bisa ratusan. Waktu itu cukup kaget juga, sebab bayangannya, pesertanya 20 anak saja sudah bagus. Ini bakal ada ratusan. Bagaimana nanti mengaturnya? Tetapi sekali lagi, ini memang merupakan peluang. Kalau kita siap, maka ini akan menjadi sebuah keuntungan. Pihak Kedai Suru Pitoe sepakat untuk memberi hadiah tunai bagi pemenang. Sementara hal-hal lain disediakan oleh komunitas UFO, seperti trophy, piagam, kertas gambar, dan lain-lainnya. Untunglah, mbak Dian Graha punya pengalaman dalam mengadakan lomba mewarnai. Jadi kesiapan itu ada. Jadi, peluang ini bisa diharapkan menjadi sebuah kemeriahan dalam acara Pekan Ufologi dan Antariksa. Membayangkan bakal ada ratusan peserta lomba, sudah gembira sekali.

 

Flyer langsung disebar melalui media sosial, ke berbagai WAG dan Instagram sejak tanggal 29 September. Rencana yang baru digagas tanggal 28 pagi, besoknya sudah dipublikasikan. Tanpa ada proposal, tanpa ada rincian tertulis. Ibaratnya, yang penting yakin. Dalam benak saya, memang langsung mikir apa saja yang mesti dilakukan. Banyak sekali yang harus dikerjakan. Mempersiapkan pameran, menyelesaikan buku, membuat kaos, dan lainnya.

 

7. Buku

 

Buku harus selesai. Tanggal 2 Oktober, buku memang akhirnya selesai dan siap diproduksi. Namun saya masih belum merasa final. Saya kemudian membuat satu untuk proof cetak dulu. Saat itu tanggal 2 Oktober 2023. Sehari kemudian, satu buku itu selesai dan bisa saya lihat dulu untuk dilakukan perbaikan jika perlu. Dengan selesainya buku ini, saya memberanikan diri untuk mulai memasarkan buku ini dengan cara pre-order.

 

Ada dua cara untuk pre-order, pertama langsung pesan ke saya lewat WA, dan kedua bisa membeli lewat Tokopedia. Walau pembeli sudah membayar ke Toped, namun tentu saja uangnya akan baru saya terima saat buku sampai diterima pembeli. Jadi, tetap akan butuh modal nantinya buat produksi. Saya tidak tahu, apakah nanti akan siap biayanya atau tidak. Kalaupun tidak, maka perlu dipikirkan plan B, plan C atau yang lain. Pesanan yang masuk sudah cukup banyak. Tapi saya belum juga mengorderkan untuk mencetak dalam jumlah sesuai pesanan. Saya memang diberi waktu oleh Tokopedia sampai tanggal 16 Oktober untuk mengirim buku tersebut. Ini kejar-kejaran dengan waktu karena tanggal 14, saya sudah harus ke Yogjakarta lagi dan rilis buku. Artinya, sebelum tanggal 14, buku itu harus selesai cetak dan dikirim.

 

Persoalannya, saya ke Jogja tanggal 7 dan baru kembali ke Surabaya tanggal 10 Oktober. Ini karena tanggal 9 Oktober saya harus ada di tempat pameran untuk melakukan pembukaan. Saya membawa proof buku itu ke jogja untuk saya baca-baca. Berarti, kalau tanggal 10 saya balik, maka baru tanggal 10 sore saya bisa order untuk cetak dan harus selesai paling lambat tanggal 13. Cuma bisa berdoa agar itu bisa terjadi…

 

8. Persiapan pameran

 

Mengejar tanggal 7 Oktober, maka paling lambat tanggal 6 Oktober saya harus sudah siap dengan gambar dan rencana tampilan pamerannya. Pada tanggal 5 Oktober, saya memasukkan file digital untuk diprint dan baru bisa diambil tanggal 6. Tanggal 6 juga saya beli tripleks dan kayu untuk lis sebab nanti rencananya akan dipasang seperti dalam bentuk pigura. Print gambar itu sendiri ternyata tidak murah. Satu gambar biaya printnya Rp 30 ribu. Saya cetak ukuran A2. Total saat itu ada 22 gambar, jadi sekitar 600 rb an biayanya. Untuk tripleksnya butuh 3 lembar dan kayu lis sekitar 30 batang. Kira-kira butuh biaya 300 rb an.

 

Malam tanggal 6 Oktober, saya dan istri tidak tidur sama sekali untuk menggergaji tripleks dan kayu. Hingga pagi mengemasnya tapi kemudian saya ragu membawanya karena khawatir tidak diperbolehkan masuk ke kereta api. Jadinya, saya pikir, saya hanya membawa lisnya saja, sementara tripleksnya saya tinggal. Saya putuskan nanti akan beli di jogja dan bikin lagi di sana.

 

9. Bantuan biaya

 

Saya tidak pernah memimpikan, bahwa tiba-tiba ada yang memberi bantuan dana untuk kegiatan ini. Dari beberapa orang, akhirnya terkumpul dana saat itu sekitar 5 juta seratus ribu rupiah. Saya sangat bersyukur sebab ini bisa membuat saya tidak perlu menjalankan plan B dan seterusnya alias harus cari pinjaman uang. Dana yang terkumpul saya gunakan untuk mempersiapkan pameran, membeli perlengkapan dan beberapa peralatan yang nantinya dibutuhkan, membuat beberapa kaos yang rencananya akan saya berikan.  Selain itu juga untuk membeli tiket kereta api dan kemungkinan untuk biaya menginap di jogja. Bantuan lain datang dari teman-teman  yang membeli kaos dan buku namun dananya dilebihkan.

 

Orang mungkin bilang, ini sebuah kebetulan. Kebetulan ada yang memberi sumbangan. Kebetulan juga dana yang masuk boleh dibilang lumayan. Namun ini seperti ada yang mengatur. Orang bisa bilang ini kehendak Tuhan, semesta mendukung.  Apakah ini benar-benar bukan kebetulan? Bagaimana jika ternyata tidak ada yang memberi donasi? Saya tidak berani berpikir “what if”. Saya mensyukuri apa yang terjadi. Melakukan apa yang saya bisa perbuat dengan sebaik-baiknya. Pasti tidak akan sempurna, sebab saya tidak punya pengalaman pameran di luar kota, di tempat yang gudangnya para seniman. Siapalah saya? Tapi, the show must go on. Tidak ada lagi pikiran untuk mundur. Ini mesti dilakukan. Ada yang bilang, hasil tidak akan mengkhianati usaha.  Saya juga harus mengusahakan, dengan dana yang ada, harus bisa terlaksana dengan meriah meski tidak mewah.

 

10. Kolaborasi

 

Saya yakin, ini tidak mungkin dilakukan sendiri. Kata kuncinya adalah kolaborasi. Mesti kerja bareng. Kegembiraan acara ini harus dirasakan bersama-sama. Semua perlu merasa terlibat. Sejak awal membuat flyer sudah melibatkan banyak orang.  Ada 12 pihak yang ikut berkolaborasi dalam kegiatan ini. Saya ingat pepatah afrika, kalau mau pergi cepat, pergilah sendiri. Kalau mau pergi jauh, pergilah bersama-sama. Bagi saya, ini adalah sebuah perjalanan jauh. Jauh dalam artian beyond my imagination. Kalau dibilang cepat secara harafiah ya memang cepat. Ide pertama muncul tanggal 28 September. Lalu, tanggal 9 Oktober acara sudah dimulai. Berarti hanya 11 hari persiapannya. Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

 

Ketika saya sampai di Jogja dan mesti mempersiapkan pameran dengan menggergaji lagi tripleks yang saya beli di jogja, saya dibantu mas Aris. Mas Ipank juga menyempatkan datang untuk membantu persiapan pameran.  Saat tiba di lokasi, sudah menunggu mas Yonz dan mbak Dian Graha. Lalu datang juga mas Hangno yang membantu memasang-masang panel pameran.

 

Singkat kata, acara berlangsung sesuai dengan rencana, bahkan di luar ekspektasi. Pameran bisa dibuka tanggal 9 Oktober. Mbak Ira bersedia menjadi kurator dan membuat tulisan yang sangat bagus. Acara rilis buku juga berjalan lancar. Mas Mutoha Arkanuddin datang dengan kawan-kawan dari Jogja Astro Club untuk melakukan pengamatan benda langit. Sayang cuaca berawan, namun pak Mutoha membawa alat yang menarik yang bisa melacak benda langit dan melakukan pemotretan.

 

Keesokan harinya, peserta lomba mewarnai yang ikut ternyata banyak juga. Ada 63 peserta TK dan 44 peserta dari PAUD. Total berarti ada 107 peserta. Acara begitu meriah, ada hiburan pagelaran Wayang Alien dari mas Hangno Hartono dan juga peluncuran roket air oleh mas Muhtoha Arkanuddin. Mas Tyok Sule juga hadir dalam tiap acara, mulai saat pembukaan, rilis buku dan juga acara puncak di hari minggu saat lomba mewarnai. Acara juga dimeriahkan dengan pembagian banyak door prize yang telah disiapkan oleh mbak Dian Graha dan mas Yonz.  Kolaborasi ini sungguh indah, semua senang dan rasa itu membuat kita semua melakukannya dengan suka rela serta suka cita.

 

11. Eksistensi

 

Saya teringat pembicaraan dengan mas Venzha, pada dasarnya setiap orang itu butuh eksistensi. Barangkali acara ini juga menjadi cara saya untuk menunjukkan eksistensi. Seperti kata mas Venzha juga kepada driver Gocar saat kami menuju Monumen Crop Circle. Orang pameran itu ya tujuannya untuk pamer. Ya, pasti saya akan dianggap pamer, berusaha menunjukkan eksistensi diri. Namun buat saya pribadi, ini sebenarnya juga merupakan sebuah ujian. Menguji  diri saya sendiri apakah saya masih mampu, terutama dalam hal tenaga. Usia saya sudah 57 tahun. Saya kagum juga dengan mas Hangno yang sudah 60 tahun tapi tetap penuh semangat. Mbak Dian Graha sempat komentar, generasi X ini memang beda dengan generasi Y. Kalau ada tantangan, selalu siap melakukannya. Tidak kebanyakan mikir.

 

 Beberapa orang ada yang bertanya, apakah acara Pekan Ufologi dan Antariksa ini akan berlangsung lagi? Apakah tahun depan akan diselenggarakan lagi? Tentu, harapannya begitu. Semoga bisa menjadi sebuah kerja bareng dan kolaborasi bersama agar persahabatan terus terjalin. Paling tidak, sudah ada rencana-rencana yang sempat muncul, seperti lomba peluncuran roket air, pengamatan bintang, menyelenggarakan kursus ufologi, dan lain sebagainya. Semua itu mesti dilakukan bersama. Sudah bukan lagi saatnya dikerjakan sendiri. Kita mau seperti Buzz Lightyear, to infinity and beyond.  Untuk itu kita perlu pergi bersama-sama.

 

Akhirnya, saya ingin mengutip kata-kata mas Tyok Sule kepada saya lewat WA: “Gazzz tetap semangat di jalur ini, pak Nur… Semoga selalu dilancarkan semua dan upaya, Berkah.”

 

Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, kiranya semesta selalu mendukung niat kita dan memberi kesempatan untuk mewujudkannya.

 

Surabaya, 18 Oktober 2023

Nur Agustinus

 

Sekali lagi terima kasih kepada seluruh sahabat dan komunitas yang telah berpartisipasi dan berkolaborasi dalam rangka Pekan Ufologi dan Antariksa 2023.

 

1. Kedai Suru Pitoe

2. Griya Antariksa

3. Info UFO

4. Studi UFO Nusantara

5. Jogja Astro Club

6. Extraterrestrial Indonesia

7. SUASU (Special Unit for Anomaly Surveillance of the Unknown)

8. UFO Investigator

9. Omah Budaya Kahangnan

10. House of kybalion

11. Area 57

12.Teropong Bintang Mangunan

 

Popular Posts