Pada tanggal 29 Juli 2017, Indonesia Space Science Society (ISSS), IFI LIP Yogyakarta, HONF Foundation, dan v.u.f.o.c. menyelenggarakan sebuah acara International SETI Conference #2. Acara tahunan ini adalah yang keduayang juga diselenggarakan di Yogyakarta. Acara yang bertajuk “Evolution of The Unknown - What is the universe made of?” mengundang partisipan dari berbagai macam bidang seputar sains, seni, astrofisika, astronomi, sains luar angkasa, kemanusiaan, dan bidang lain yang lebih tradisional.
Dalam kesempatan ini juga hadir Ilham Habibie yang menyampaikan tentang tantangan perjalanan antar bintang. Selain itu ada bahasan tentang kosmologi dari Premana W. Permadi dari Bosscha Lembang dan Ferry M. Simatupang dari Astronomi ITB yang memberikan presentasi tentang daerah di alam semesta yang bisa dimungkinkan adanya kehidupan cerdas. Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astronomy Club juga memberikan penjelasan bagaimana awam juga bisa mempelajari keindahan langit dengan mengamati bintang-bintang.

Turut juga pembicara dari luar negeri seperti Anurak Chakpor dan Chuangwit Pattama dari Thailand, Yukiko Shikata dari Jepang dan Elizabert tasker dari Inggris. Sebagai moderator ada Venzha Christ dari v.u.f.o.c dan HONF Foundaion, Rene T.A Lysloff (USA) dan A. Sudjud Dartanto dari ISI Yogyakarta.
Memang merupakan tantangan tersendiri jika melakukan perjalanan dengan jarak yang sangat jauh. Selain dibutuhkan teknologi atau teknik yang saat ini masih dalam konsep teori, kesiapan awak juga penting untuk diperhatikan.

Acara yang dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dengan penuh antusias mengikuti mulai jam 10 pagi hingga 8 malam. Di bagian akhir ada Timmy Hartadi dari Turangga Seta yang membahas tentang alam-alam menurut Sastra Jendra Hayuningrat.
Melalui acara ini, nara sumber membagikan pengalaman mengkonfrontir yang “tidak diketahui” dan dampaknya pada budaya dan imajinasi. Menurut pihak penyelenggara, acara ini juga merupakan kesempatan untuk bereksperimen terhadap yang “tidak diketahui”. Sesuatu yang bukan untuk dihindari, namun perlu dikaji bersama dengan semangat keilmuan.
.