Waktu saya ke acara International SETI Conference di Jogja, Juli 2016 lalu. pada saat welcome dinner bersama nara sumber lainnya, saya berbincang-bincang dengan pak Hasmi, pencipta tokoh superhero Gundala Putra Petir. Yang menarik adalah apa yang dikemukakan oleh pak Hasmi, yakni di Indonesia sepertinya belum ada cerita yang murni sains fiksi (scifi). Kenapa? Karena dasar pemikiran orang Indonesia (dan juga Asia secara umum) bukanlah sains tapi supranatural. Jadi, hal-hal seperti ufo, lebih mudah ditanggapi sebagai hal yang bersifat klenik, misteri dan supranatural, ketimbang bersifat sains. Ini berbeda dengan Amerika, di mana cara berpikir mereka adalah sains, sehingga di sana merupakan gudangnya sains fiksi.
Berbeda juga dengan di daerah eropa seperti Inggris, di mana di sana dasar pemikirannya juga bukan sains, tetapi lebih bersifat magic dan spiritual. Spiritualitasnya berbeda dengan yang ada di Indonesia, sehingga banyak fenomena di sana dikaitkan dengan peri, leprechauns (anak bajang), orc, gollum. Di eropa lebih banyak cerita model Lord of The Rings dan Hobbit, ketimbang Flash Gordon.
Memang, orang-orang Amerika juga datang dari Eropa dulunya dan membawa kebudayaan kolektif asal mereka juga, bercampur dengan budaya indian. Suku Indian percaya pada roh-roh leluhur, hampir mirip dengan religi asli di nusantara. kekuatan mistis dengan alam di mana manusia bisa melakukan transformasi menjadi binatang.
Fenomena UFO sendiri menjadi populer dari Amerika, di mana sains menjadi "dewa" di sana. Budaya populer (pop culture) fiksi di sana dikaitkan dengan kehidupan di planet lain seperti Superman, Green Latern, bahkan Thor yang semula dewa di Scandinavia juga menjadi tokoh superhero dari planet lain, Asgard.
Di Eropa sendiri, ketika di jaman kelam (Dark Ages), banyak dikaitkan dengan kisah-kisah makhluk dari dimensi lain. Saat itu masyarakat Eropa dikatakan menghadapi kemunduran intelek dan ilmu pengetahuan. Bahkan ketika di awal tahun 1900, banyak foto-foto peri yang dipublikasikan, bukan disebut sebagai foto alien. Makhluk-makhluk ini dipercaya berada di bumi kita juga, tapi berbeda dimensi.
Di masa kini, orang membedakan antara makhluk-makhluk dari dimensi lain ini dengan yang dianggap dari luar angkasa. Tak dapat dipungkiri bahwa pengaruh agama juga besar dalam membentuk keyakinan manusia. Entah, apakah sebenarnya makhluk-makhluk ini memang berbeda, atau sebenarnya sama namun hanya dipersepsi secara berlainan. Atau, semua itu adalah fantasi dan khayalan manusia saja? Mirip dewa-dewa jaman dulu yang sangat dipuja dan diimani, namun kemudian dianggap hanya mitos lalu ditinggalkan...