25 Mar 2016
5 Hal Penyebab orang batal jadi entrepreneur
Tidak semua orang cocok jadi entrepreneur. Kalau Anda memang ingin menjadi seorang entrepreneur, perlu mempersiapkan mental dengan baik. Saya membaca artikel yang ditulis oleh Jason Scott Earl tentang 5 alasan untuk tidak bekerja ke seorang entrepreneur. Namun dari artikel ini, saya timbul pemikiran bahwa menjadi entrepreneur juga banyak halangannya. Jadi, kalau tidak kuat mental, sebaiknya jangan jadi entrepreneur.
Biasanya artikel yang ada tentang apa keuntungan dan enaknya jadi entrepreneur... Ini malah sebaliknya, jadi entrepreneur itu tidak enak. Banyak yang sudah jadi pengusaha, akhirnya memilih menjadi pegawai lagi setelah merasakan tidak nyamannya jadi entrepreneur. Ini 5 alasannya...
Pertama adalah "Control", seorang entrepreneur harus mengatur semuanya sendiri. Jadi pegawai lebih enak karena bukan dia yang harus mengendalikan semuanya. Menhadi entrepreneur akan terasa punya beban besar, terutama bagi yang merasa bukan dirinya yang harus mengatur semuanya.
Oleh karena itu, kalau mau jadi pengusaha, harus siap memikul tanggung jawab ini. Seorang perempuan yang ingin jadi entrepreneur tidak perlu berpikir bahwa harus suami yang mengatur semuanya. Harus berani, mau dan siap jadi pengendali. Kalau tidak siap, sebaiknya jangan jadi entrepreneur.
Nah yang kedua adalah "Pengkhianatan". Di artikel yang ditulis oleh Jason Scott Earl, tidak enaknya jadi pegawai juga bisa dikhianati sang boss. Memang, konflik bisa saja terjadi pada siapa saja. Semua merasa benar dan menganggap orang lain yang salah. Entrepreneur dalam perjalanannya juga pasti akan mengalami hal ini, yakni dikhianati orang lain. Entah pegawainya, entah suppliernya, entah pelanggannya atau bahkan mitranya sendiri.
Kalau Anda tidak tahan akan pengkhianatan, Anda akan stress berat dan menyerah.
Pasti yang sudah merasakan jadi pengusaha, pernah mengalami dikhianati... Atau mungkin juga mengkhianati tanpa sadar, sebab kalau kita yang mengkhianati, biasanya kita tidak sadar atau tidak merasa salah..
Jadi, percaya pada orang lain itu bagus, tapi jangan terlalu percaya buta. Di sisi lain, kita tetap perlu menjaga kepercayaan orang lain. Namun kemungkinan dikhianati tetap ada. Bagi yang tidak tahan keadaan ini, pasti menyerah. Dikhianati anak buah, teman sendiri, itu pasti terjadi. Tapi kalau tidak bisa “move on” ya akan kecewa berat. Harus bisa maju terus, jadikan pelajaran, tidak perlu kepikiran terus. Hadapi masa depan. Tapi ingat... Kadang kita juga mungkin mengkhianati orang lain, teman, anak buah, tanpa kita sadari... Apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan yg dirasakan orang lain.
Nah yang ketiga ini menarik....yaitu "Marah". Jadi pegawai tidak enaknya adalah bisa kena marah. Tapi jadi entrepreneur yang tidak bisa marah adalah problem besar. Entrepreneur yang tidak bisa marah akan menderita. Sebab dalam perjalanannya, dia pasti akan melihat hal-hal berjalan tidak sesuai dengan kehendaknya. Kalau dia tidak bisa marah, maka terjadi pembiaran. Ini akan bikin makin stress. Kalau Anda tipe yang sangat sabar, atau tidak bisa marah dan cuma bisa dongkol, Anda tidak cocok jadi entrepreneur.
Belajar dari hal ini, sebagai entreprener, seorang pemimpin harus bisa marah. Sepertinya yang mau menjadi entrepreneur harus belajar marah yang efektif. Dalam psikologi, kalau kita ingin marah tapi tidak bisa disalurkan ke yang tepat, akhirnya amarahnya disalurkan ke orang lain. Misalnya ke anaknya, atau binatang peliharaannya.
Nah yg keempat itu adalah "Personal Brand". Seorang entrepreneur mesti membangun merk dirinya. Padahal sudah banyak pemain bisnis yang dikenal dan dia harus mulai dari bawah. Seorang entrepreneur mesti siap membangun personal brand ini. Tidak bisa cuma "di belakang layar" dan perjalanan ke sana berat dengan banyaknya persaingan. Kalau ingin jadi biasa-biasa saja, hasilnya pasti juga begitu-begitu saja. Memang, butuh waktu dan usaha keras. Banyak entrepreneur yang menyerah dan merasa kecapekan membangun ini. Jadi kalau Anda tidak punya ambisi jadi yang terbaik atau terbesar, sebaiknya tidak perlu jadi entrepreneur atau Anda akan menjalankan bisnis Anda seperti sebuah rutinitas dari tahun ke tahun.
Namun membangun personal brand ini harus terencana dan dikelola dengan baik. Sebab dalam proses membangun personal brand ini banyak tantangannya. Mungkin kita merusaknya sendiri, entah dengan tindakan keliru, baik sengaja atau tidak.
Yang terakhir, yang kelima.. Ini penting... Karena ini sepertinya kontradiksi dengan nomor 4. Kalau yang keempat harus membangun personal brand, yang kelima ini adalah masalah "Penghargaan". Orang biasanya akan senang sekali jika dihargai, dihormati, dipandang orang lain. Namun kalau Anda tipe orang yang butuh dihargai, butuh dihormati, butuh diperhatikan, Anda tidak akan bisa jadi entrepreneur yang baik. Entrepreneur tidak butuh itu... dia tidak butuh pencitraan, sebab yang penting bagi dirinya adalah kerja keras. Kalau dia butuh dipuji, dia akan berusaha menyenangkan orang lain.
Jadi kalau Anda ingin jadi entrepreneur, Anda mesti siap....
Pertama, mesti suka mengendalikan keadaan, diri sendiri dan orang lain. Kedua, siap dikhianati. Ketiga, mesti bisa marah pada tempatnya. Keempat, harus siap dan tekun membangun "merk dirinya". Dan kelima, jangan cari pujian atau pengakuan orang lain. Hal itu akan datang dengan sendirinya....
Masih ingin jadi entrepreneur?
Semoga sukses!
Bahagia itu Mindset
5 alasan mengapa kebahagiaan itu adalah tentang mindset kita, menurut Lalisa Daniho:
1 'kebahagiaan itu subyektif: jadi tergantung pikiran kita, gaya hidup, kebiasaan kita, keluarga kita, kepribadian kita, dan semua tergantung kita sendiri.
2. Kebahagiaan itu adalah tentang menikmati "kepedihan": setiap orang pasti punya masalah. Ada orang yang masih bisa riang gembira saat ada masalah, namun ada yang menjadi galau berat. Mereka yang bisa menikmati "kepedihan" adalah mereka yang sadar bahwa hidup ini harus siap menghadapi risiko, menentukan prioritas dan melakukan pengorbanan.
3. Kebahagiaan itu bukan tergantung keberuntungan: kalau Anda diberi hadiah, kamera dan dibanding dengan Anda bekerja keras untuk bisa dapat uang untuk beli kamera, mana yang bahagianya lebih besar dan lama? Hasil dari upaya sendiri akan dirasakan lebih baik.
4. Kebahagiaan itu adalah ketika kita berhenti untuk ingin mengubah apa yang tidak bisa kita ubah: Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup ini. Tapi kita sering ingin segalanya terjadi seperti yang kita inginkan. Padahal banyak yang tidak bisa kita kontrol. Berhentilah berpikir kita bisa mengubah segalanya. Bahkan kebanyakan problem itu juga karena pikiran kita saja.
5. Kebahagiaan itu tergantung kita ingin jadi apa: Jika kita ingin A, B, C dalam hidup ini, ya maka kejarlah. Kalau harapan dan tuntutan belum kesampaian, memang ada dua cara. Pertama mengubah harapan kita, atau kedua berjuanglah dan nikmatilah "kepedihan" sampai berhasil memperolehnya.
Satu hal yang penting juga, hidup harus seimbang. Jangan juga terlalu bahagia, sebab ini bisa membuat hidup kita tidak berkembang. Kebahagiaan adalah sebuah perjalanan sehingga kita sebaiknya selalu membuat target baru dan punya ambisi dalam hidup ini, namun dengan tetap bisa mengatur pikiran kita untuk dapat menikmati kebahagiaan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...