19 Jun 2014

Bingung mau usaha apa


Oleh: Nur Agustinus

Seseorang barangkali telah mengikuti pelatihan entrepreneurship hingga beberapa kali. Semangatnya sudah luar biasa. Keinginannya untuk segera membuka usaha sendiri telah menggebu-gebu. Tapi, yang menjadi masalah, ternyata mereka tidak juga memulai usaha. Ketika saya bertanya, jawabannya sangat umum, yakni ternyata mereka belum tahu mau usaha apa.

Banyak teori maupun mentoring diberikan. Tapi ternyata tidak mampu menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Uang untuk modal bahkan sudah terkumpul, tapi action nyata untuk menjadi entrepreneur tidak juga dilakukan. Mengapa? Padahal sudah banyak pelatihan atau motivasi untuk berbisnis tanpa modal (uang), atau bahkan ada teori efektuasi yang mengatakan bahwa modal utama itu adalah diri sendiri, yaitu siapa kita, apa yang bisa kirta lakukan dan siapa yang kita kenal. Tiga hal ini sebenarnya cara mudah untuk menemukan, bisnis apa yang bisa kita masuki dengan mudah. Tapi lagi-lagi, itu masih menjadi masalah.

Memang, ada juga yang  sudah melakukan bisnis, bahkan kemudian sukses. Tapi kalau kita bicara prosentase, sebenarnya itu tidak banyak. Kalau mau jujur, ada jauh lebih banyak yang masih menunggu saat yang tepat. Masih menunda dengan alasan mengumpulkan modal. Atau masih terikat kontrak kerja. Yang dikhawatirkan, semangat yang berkobar-kobar saat ini, barangkali bisa padam di kemudian hari, terlena dengan penghasilan rutin yang diterima. Terlebih iming-iming bonus dan THR sering orang menunda untuk berhenti bekerja. Ya, godaan itu memang luar biasa.

Bingung mau usaha apa, itu juga menjadi momok yang harus dicarikan jalan keluar. Orang banyak mempertimbangkan soal seberapa besar keuntungan yang bakal didapat, seberapa keras usaha yang harus dilakukan, bahkan juga masalah gengsi. Ada banyak yang merasa masih belum mampu. Dalam psikologi, hal ini disebut efikasi dirinya kurang. Kurang memiliki keyakinan bahwa bisa. Ini membuat ragu-ragu, membuat tidak berani nekad untuk maju terus pantang mundur.

Menurut pengamatan saya, problem seperti ini biasanya tidak terjadi pada mereka yang punya hobby. Ketika saya melihat acara Kick Andy yang mewawancara seorang pengusaha budidaya cacing dan juga seorang yang berbisnis di bidang telur semut (kroto), mereka bermula dari hobby. Ada yang karena hobby mancing kemudian berbisnis kroto. Ketika kita punya hobby dan sangat menjiwai, ibaratnya sudah menjadi passionnya, maka dia akan berusaha mencari tahu informasi selengkap-lengkapnya. Apa yang dilihatnya bisa menjadi inspirasi baginya. Hobby ini bisa sangat sepele, tapi kalau kita mendalaminya, ada banyak peluang di sana.

Namun sekali lagi, ini tidak sesederhana dikatakan. Barangkali hanya ada satu dua orang saja yang kemudian terjun ke bisnis berawal dari hobbynya. Yang lain mungkin mencoba meniru kesuksesan orang lain namun tidak dilengkapi dengan minat yang sama kuatnya.

Mereka yang masih bingung mau usaha apa, seringkali problemnya juga adalah tidak fokus. Ketika ada teman yang sukses di bisnis tertentu, dia ingin terjun ke usaha serupa. Ketika dia kenal dengan seseorang dan orang itu menjanjikan bisa menjadi supplier, maka dia lantas beralih rencana. Kebingungan karena tidak fokus ini membuat orang tidak segera memulai usahanya. Makin banyak pilihan bukannya bagus malah sebaliknya membuat bingung.

Melakukan fokus ini juga tidak mudah. Sebenarnya, dengan passion dan focus, itu sudah merupakan modal yang luar biasa. Ini akan membuat seluruh energi dan pikiran kita bisa mendorong ke arah kesuksesan. Tapi kalau kita asal ikut-ikutan dan bingung sehingga salah pilih, maka bakal menjadi masalah.

Contoh yang ada di Kick Andy juga menceritakan bahwa bisnis yang dilakukan belum tentu langsung berhasil. Pengusaha budidaya cacing ini, sebelumnya berbisnis belut, tapi gagal. Namun karena belut ini makanannya adalah cacing, maka dia kemudian banting setir bisnis cacing dan kemudian sukses.

Kita tidak tahu apakah kita sukses atau tidak. Bahkan meskipun kita sudah kerja ekstra luar biasa, juga tidak ada jaminan sukses. Namun kuncinya adalah tidak menyerah. Gagal yang satu, bangkit untuk berusaha lagi.

Tapi, sebelum mau memulai bisnis sendiri, sebenarnya ada pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur. Benarkah Anda ingin sungguh-sungguh menjadi entrepreneur? Sebab ada banyak yang termotivasi karena baru ikut seminar. Semangat luar biasa tumbuh seketika, tapi biasanya juga padam bersamaan dengan berlalunya waktu. Ada lima hal yang mesti Anda uji pada diri Anda sendiri, apakah pilihan menjadi entrepreneur itu memang cocok untuk Anda, yaitu:

1. Apakah saya punya produk atau jasa yang hendak ditawarkan dan saya memiliki passion yang kuat di bidang tersebut?

Jika Anda belum punya bayangan apa yang akan Anda jual, itu berarti angan-angan Anda masih sebatas mimpi.

2. Seberapa besar tolerasi saya terhadap resiko?

Menjadi entrepreneuer itu tidak ada jaminan pasti sukses. Jika Anda saat ini sedang bekerja dan selalu ragu untuk berhenti dari pekerjaan Anda meski pikiran Anda sudah mengangankan untuk berusaha sendiri, berarti sebenarnya toleransi Anda terhadap resiko tergolong rendah.

3. Apakah saya bagus dalam membuat keputusan?

Berwirausaha artinya berusaha sendiri. Jadi semuanya nanti akan diputuskan oleh Anda. Mulai dari memutuskan untuk mencari pegawai, memutuskan akan membuka kantor atau toko di mana, apakah saya akan pinjam uang ke keluarga atau mengunakan seluruh tabungan? Semua ini butuh keberanian untuk membuat keputusan. Kalau selama ini Anda cenderung ragu-ragu atau belum berani membuat keputusan sendiri, sepertinya menjadi entrepreneur perlu dipikirkan ulang atau cobalah Anda berusaha meningkatkan keyakinan diri, keberanian dan ketegasan untuk membuat keputusan.

4. Apakah saya siap menerima tanggung jawab di berbagai bidang?

Kalau kita menjadi pekerja, tanggung jawab kita biasanya hanya spesifik. Ketika Anda menjadi entrepreneur, maka semua bidang akan menjadi tanggung jawab Anda. Baik soal pemasaran, produksi, pelayanan, personalia, strategi bisnis, dan banyak lainnya. Bahkan termasuk ketika usaha menurun, Anda mesti memikirkan solusinya. Kondisi perekonomian juga perlu menjadi perhatian Anda. Ini karena sebagai seorang pemilik usaha, Anda telah menjadi seorang "Jenderal".

5. Apakah saya dapat menghindari terkena burn out?

Burn out adalah sebuah kondisi di mana seseorang merasa dirinya kehabisan waktu dan tenaga karena pekerjaan yang dilakukannya. Ibaratnya diri seperti terbakar habis. Ini bisa membuat seseorang menjadi stress dan kemudian tak berdaya. Kita tahu bahwa seorang entrepreneur itu bukan orang yang kerjanya hanya santai-santai saja kemudian dapat uang dengan sendirinya. Mereka harus bekerja keras, melebihi kerja umumnya seorang pegawai. Ibaratnya kerja tak kenal waktu, hari liburpun perlu memikirkan usahanya. Kalau Anda mudah stress dan kemudian burn out, berarti Anda belum cocok jadi entrepreneur. Belakangan banyak nasihat mengatakan, untuk apa kerja keras? Yang penting adalah kerja cerdas. Pendapat ini menurut saya bisa menyesatkan. Kerja keras itu penting. Tapi jangan kerja keras yang itu-itu saja. Kreativitas sangat penting dan bekerjalah dengan antusiasme kerja yang tinggi.

Kelima hal ini memang berat untuk dilakukan. Kalau ada yang bilang menjadi entrepreneur itu mudah. Menurut saya itu omong kosong. Itu hanya motivasi yang bisa membuai diri Anda, tapi ketika Anda sendiri harus memulainya, maka banyak problem yang baru terlihat.

Kalaupun Anda masih bingung, tak apa, sebab Anda tidak sendiri. Mereka yang telah sukses pasti bercerita banyak yang bisa membangkitkan semangat kita. Tapi  mereka adalah pribadi yang sudah teruji. Kita memang masih harus melewati berbagai ujian, untuk membuktikan bahwa kita memang cocok menjadi seorang entrepreneur. Terlepas dari semua itu, tulisan ini bukan membuat Anda patah semangat, tapi justru tempalah diri Anda. Menjadi entrepreneur, sekali lagi bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Salam entrepreneur!





Referensi: http://guides.wsj.com/small-business/starting-a-business/how-to-decide-if-entrepreneurship-is-right-for-you/

Popular Posts