Memakai Mata-Mata Untuk Menangkan Persaingan
-Oleh: Nur Agustinus-
Bicara
soal mata-mata, mungkin kita akan membayangkan organisasi spionase
seperti CIA, KGB atau Mossad. Tiap negara boleh dibilang pasti memiliki
organisasi intelligence atau mata-mata. Manfaatnya sudah pasti ada,
sebab mata-mata ini banyak menentukan keberhasilan suatu serangan.
Melalui informasinya, seorang panglima dapat menyusun strategi yang
lebih akurat dalam mengalahkan musuhnya.
Hal ini juga tidak
lepas dari pengamatan Sun Tzu. Seperti dikatakannya, mengetahui lebih
dahulu tentang musuh tidak dapat diperoleh dari dewa atau makhluk halus,
melainkan dapat diperoleh dari orang yang mengetahui keadaan musuh.
Untuk itulah digunakan spion (mata-mata). Kalau falsafah ini hendak kita
terapkan dalam dunia bisnis, apakah memang diperlukan spionase dalam
bisnis?
Memang, untuk mengetahui keadaan pesaing, tidak bisa
diketahui melalui paranormal, melainkan harus melalui orang yang tahu
tentang keadaan pesaing. Seperti kata Sun Tzu, untuk itulah diperlukan
mata-mata/informasi. Melalui spion akan dapat diketahui lebih dahulu
rencana musuh dan hal itu merupakan dasar bagi kita untuk melakukan
suatu tindakan.
Sun Tzu menegaskan bahwa spion adalah salah
satu unsur yang paling penting dalam perang. Berdasarkan
keterangannyalah bala tentara bergerak. Dalam bisnis, tanpa ada
informasi, kita tidak mungkin bergerak. bergerak tanpa informasi akan
menyebabkan kemungkinan kehancuran. Informasi perlu diperoleh dan
diketahui. Oleh karena itu, pencari informasi (spion) adalah sangat
penting.
Dalam bukunya The Art of War, menurut Sun Tzu ada
lima jenis spion. Pertama, spion setempat, yaitu merupakan penduduk
daerah musuh yang digunakan sebagai spion. Bila kita mencoba menerapkan
teori ini, maka kita perlu menggunakan masyarakat, media massa untuk
mencari informasi tentang keadaan pesaing.
Jenis spion
kedua adalah spion dalam, yaitu pejabat musuh yang bekerja untuk kita.
Dalam perusahaan kita bisa memperolehnya bila ada karyawan perusahaan
pesaing yang memberi informasi dan bekerja untuk kita.
Yang
ketiga adalah spion rangkap, yaitu spion musuh yang berbalik. Ini akan
bisa kita dapatkan jika ada karyawan perusahaan pesaing yang mengetahui
banyak kemudian ditawari kerja bagi kita sehingga memberi informasi. Ini
banyak diterapkan oleh perusahaan dengan cara membajak manager
perusahaan pesaing.
Spion jenis yang keempat adalah spion
mati, yaitu spion kita yang digunakan untuk memberi informasi yang
menyesatkan musuh. Cara melakukan dalam bisnis adalah dengan sengaja
kita mengirim seseorang untuk memberi informasi palsu yang menyesatkan
sehingga pesaing bereaksi yang salah.
Jenis kelima, yang
terakhir, adalah spion hidup, yaitu spion kita yang pergi untuk
melakukan penyelidikan dan pulang membawa keterangan. Dengan demikian,
kita benar-benar menugaskan seseorang untuk masuk ke perusahaan pesaing
atau masuk ke kantornya, kemudian mencari informasi dan pulang
melaporkan.
Pertanyaannya, etiskah menggunakan pesaing?
Perbuatan curi mencuri teknologi memang banyak dilakukan. Tindakan
mencuri semacam ini jelas melanggar hukum, misalnya mencuri cetak biru
sebuah rencana prosesor komputer canggih dari perusahaan pesaing. Namun
bagaimanakah dan sejauh manakah kita memakai mata-mata?
Pekerjaan
mata-mata bukanlah mencuri, melainkan mencari informasi. Menurut Sun
Tzu, pekerjaan mata-mata bukan pekerjaan yang rendah dan kotor,
melainkan pekerjaan yang mulia. Justru hanya orang yang tinggi budi
pekertinya dan bijaksana yang bisa digunakan atau dipercaya sebagai
mata-mata.
Mempergunakan orang yang keliru untuk tujuan
mata-mata, hasilnya bisa bahkan terbalik. Sebab, banyak sekali kasus
seorang mata-mata menjadi agen ganda tanpa kita ketahui. Misalnya dalam
dunia mata-mata yang sesungguhnya, seorang agen CIA bisa saja merangkap
menjadi agen KGB. Akibatnya justru fatal. Rahasia yang paling vital
akhirnya bisa bocor ke tangan musuh, termasuk nama-nama spion yang kita
pakai.
Mata-mata ini umumnya dipilih dari orang yang
betul-betul bisa dipercaya. Namun dipercaya saja tidak cukup. Dipercaya
ini sebenarnya sudah mengandung dua aspek utama, yaitu orang itu harus
jujur dan loyal. Pribadi seorang yang hendak diarahkan untuk menjadi
mata-mata seperti kata Sun Tzu haruslah yang baik budi pekertinya serta
bijaksana.
Nah, falsafah perang Sun Tzu ini, walau tampak
sederhana, namun pada prakteknya tidak semudah itu. Banyak hal yang
sebenarnya merupakan akal sehat saja. Seperti kita ketahui, manajemen
itu sendiri bisa berjalan baik bila manajernya dalam mengelola
menggunakan akal sehatnya. Persoalannya, banyak sekali pengambilan
keputusan yang tidak didasari rasio yang baik, banyak terlibat emosional
dan keputusan yang ceroboh. Dengan strategi bisnis dari Timur ini,
tentunya Anda bisa lebih mendalami bagaimana menjadi seorang panglima
yang hebat, yang membawa perusahaan Anda menuju keunggulan dalam
persaingan.
(Selesai)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...