Ada cukup banyak karyawan yang datang ke kantor dengan wajah kurang berseri-seri. Pekerjaan yang dilakukannya dirasakannya sebagai suatu beban. Dari tingkah lakunya, dapat dilihat bahwa ia mengalami stres. Namun belum tentu pekerjaannya tidak beres. Mengapa orang-orang ini tampak selalu lelah? Jawabnya, karena secara psikologis mereka harus bekerja dengan energi yang jauh lebih besar. Apa yang terjadi sesungguhnya? Bagaimana peran supervisor dalam hal ini?
Ada suatu kesan yang biasanya diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang hendak masuk ke tempat pekerjaannya yang baru: "Jadilah orang yang jujur, bekerjalah sebaik mungkin dan cintailah pekerjaanmu". Dalam nasihat ini sebenarnya terkandung tiga pesan utama ini: Loyalitas kompeten dan konsisten. Memang sulit sekali menjadi loyal bila ia tidak jujur, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Dan orang juga tidak mungkin dapat konsisten dalam bekerja bila ia tidak mencintai apa yang ia kerjakan.
Seseorang hanya dapat berhasil dalam pekerjaannya bila ia punya beberapa dasar yang kuat, antara lain adalah: ketekunan, motivasi dalam bekerja, minat terhadap pekerjaan serta bakat yang dimiliki apakah menunjang atau tidak. Tanpa ketekunan, sesuatu pekerjaan akan dilakukan dengan tergesa-gesa dan sembrono. Tanpa minat, seseorang akan terlihat ogah-ogahan. Tanpa bakat, seorang pekerja akan selalu melakukan kesalahan dan canggung dalam melakukan tugasnya. Di sinilah letak fungsi dari seleksi yang dilakukan pada awal penerimaan karyawan.
Seseorang memang bisa saja bekerja untuk tujuan mencari uang semata-mata, hingga mengabaikan perasaan dan kepuasan kerjanya. Ia bisa bekerja dengan mengacuhkan segala suasana, datang selalu tepat waktu, pekerjaan selalu beres, tetapi ada satu hal yang pasti, ia tidak akan berprestasi lebih. Kariernya juga tidak akan pernah meningkat. Hal ini disebabkan karena sebenarnya ia bukan "the right man in the right place".
Begitu banyak manusia yang menjadi korban dari pekerjaannya sendiri. Boleh dibilang ia sudah tidak betah dan setiap hari tubuhnya digerogoti oleh stres. Namun untuk sampai pada keputusan berhenti kerja, ia tak berani. Mereka tidak berani mengambil keputusan untuk menjadi penganggur. Padahal, bila ia bisa lebih menerima kenyataan dalam hidup, mungkin sekali ia bisa lebih bahagia.
Namun ternyata tak selamanya bila orang menikmati pekerjaannya itu baik. Biasanya keluarga yang akan merasakannya. Tak heran, bila ada orang yang terlalu menikmati pekerjaannya, ia bisa lupa waktu. Baginya pekerjaan boleh dibilang yang paling utama. Bahkan tak jarang keluarga menjadi kacau karena hal ini. Pulang sampai larut malam, di rumah pun masih mengerjakan tugas-tugas kantor, bahkan malam hari terkadang tiba-tiba bangun untuk kemudian berpikir dan mengerjakan tugasnya. Apabila hal ini terjadi, maka bukan yang baik yang didapat tetapi suatu bahaya.
Siapa pun ingin agar hidup yang tidak lama di dunia ini bisa dinikmati dengan sebaik-baiknya. Setiap orang pasti berkeinginan hidup bahagia dan layak. Kerja juga adalah suatu bagian dari hidup manusia. Karena kerja sesungguhnya adalah suatu gerakan atau usaha untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Nah ini juga menjadi salah satu tugas seorang supervisor untuk mengarahkan anak buahnya supaya selalu mencintai pekerjaan mereka. Dengan mencintai pekerjaan, maka mereka akan bisa bekerja dengan lebih baik, lebih produktif serta lebih positif. Seorang supervisor tidak boleh untuk bersikap tidak mau tahu tentang keadaan anak buahnya yang datang dengan wajah masam. Coba telusuri apa masalahnya, mungkin dapat dibantu. Kalau kita bekerja dengan perasaan senang, maka kerja kita akan bisa lebih baik, hubungan dengan rekan kerja juga lebih enak.
Dengan demikian, ada baiknya bila setiap minggu kita mengadakan introspeksi diri, apakah kerja yang telah kita lakukan selama seminggu telah membawa diri kita menjadi lebih baik atau tidak? Apakah hidup kita makin sejahtera? Apakah keluarga kita makin gembira? Atau apakah diri kita makin sakit? (nur agustinus)
Popular Posts
-
Hari Kamis, 23 September 2010, saya mengikuti kuliah filsafat yang disampaikan oleh Romo Adrian Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya meng...
-
Oleh: Nur Agustinus Pasti kita sudah sering melihat, sebuah perusahaan didirikan tapi tidak bertahan lama. Ada yang bangkrut, ada yang ...
-
Saat ini banyak yang membahas soal BMC, Business Model Canvas. Bentuk dari BMC memang macam-macam, bamun karena namanya canvas, secara pr...
-
Hospitality marketing adalah pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dalam industri/bisnis yang berhubungan dengan hospitality, seperti peng...
-
Orang biasanya berkata bahwa seorang entrepreneur itu harus pandai menemukan peluang. Tapi sesungguhnya hal yang lebih baik kalau kita bis...
-
Salah satu kegiatan utama seorang entrepreneur adalah jualan (selling). Nah, menjual produk atau jasa, tidak boleh mengabaikan apa ya...
-
Oleh: Nur Agustinus Waktu adalah uang. Begitu nampaknya kapitalisme telah membuat mindset para pelaku ekonomi benar-benar menjadi homo...
-
Bersama Profesor Saras D. Sarasvathy Banyak orang ketika ditanya, apakah ingin jadi pengusaha? Pasti banyak yang ingin. Namun ketik...
-
Saya dulu ikut ISPSI (Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia) yang sekarang menjadi HIMPSI. Saya jadi anggota dan saya ikut beberapa pertemuanny...
-
Waktu masih SD dulu (sekitar tahun 70an) ada buku seri terbitan Gramedia yang namanya "Ceritera dari Lima Benua". Salah s...