Bulan Desember, menjelang Natal, mengingatkan saya waktu kecil dapat hadiah dari sinterklas.
Malamnya mengisi rumput di sepatu dan besoknya ada hadiah dari sinterklas. Tentu
saja setelah besar baru tahu bahwa yang memberi hadiah adalah orang tua sendiri.
Hadiah yang saya ingat adalah buku cerita Teddy Beruang. Keluarga saya memang
membiasakan buku menjadi menu utama.
Waktu kecil setiap malam minggu, ayah saya mengajak keluarga ke toko buku.
Waktu itu namanya TB Sari Agung di Jl Tunjungan, Surabaya. Kini toko buku ini
sudah kalah bersaing dengan Gramedia dan Gunung Agung. Ada juga kemudian toko
buku Indira dan juga Grafiti tapi sudah tutup juga.
Kalau ke toko buku, biasanya mencari buku cerita, yakni Cerita dari Lima
Benua terbitan Gramedia. Cerita paling berkesan adalah "Simon dan Orang Bercahaya". Waktu kecil juga saya dibelikan majalah Bobo, Kawanku.
Ada loper koran datang ke rumah, namanya Pak Musa, membawakan juga seri album
cerita ternama. Ada juga komik seperti Deni Manusia Ikan, dan sebuah cerita
komik yang saya suka adalah Wiro Anak Rimba. Buku yang diperkenankan saya
memilih sendiri untuk pertama kalinya, kalau tidak salah waktu itu SD mungkin
kelas 5 atau 6, saya memilih buku kalau tidak salah judulnya "roket dan
antariksa".
Saya dari kecil, entah kenapa, suka dengan antariksa, roket, perjalanan luar
angkasa. Saya suka membaca majalah, dan waktu itu majalah kesukaan saya adalah
Mekatronika, Scientiae dan Aku Tahu. Ketiganya majalah ilmu pengetahuan. Dari
sana saya mengenal Carl Sagan. Sayang saat ini sedikit sekali majalah sains
seperti dulu.
Saya adalah anak laki tertua dari tiga bersaudara. Dua adik saya perempuan,
semuanya tidak begitu suka baca buku seperti saya. Ayah saya (alm), Basuki Soejatmiko, adalah
wartawan dan redaktur di majalah Liberty (sejak 1960 hingga 1985) dan Jawa Pos
(sejak 1985 hingga 1990), ibu saya, Wuri Soedjatmiko, awalnya adalah ibu rumah tangga, namun saat
saya SMP, ibu saya didorong oleh ayah saya untuk kuliah lagi hingga menjadi
doktor di bidang pengajaran bahasa Inggris dan kemudian menjadi dosen di Unika
Widya Mandala. Barangkali saya yang mengikuti jejak ayah dan ibu saya, menjadi
pengajar sekaligus suka membaca dan menulis. Ayah saya yang wartawan (generasi
wartawan jaman dulu) tentu menunjang rasa ingin tahu yang besar.