Pages

18 Jun 2013

Berpikir efektuasi

Apa yang dimaksud dengan efektuasi? Bagaimana menjelaskan cara berpikir efektuasi ini dengan mudah supaya dapat dipahami?

Saya buat contoh begini....

Misalnya, anggap saja saya bertanya ke @[714653220:2048:Nick Manggo] yang saya tahu suka masak: "Nick, kamu mau masak apa hari ini?"

Lantas Nick Manggo menjawab, "Saya mau masak rawon."

Nah, pertanyaannya, mengapa Nick Manggo mau masak rawon? Ternyata dia menjawab, "karena saya ingin makan rawon hari ini."

Jawaban ini bukan jawaban yang menggunakan prinsip efektuasi. Lho, kenapa?

Begini penjelasannya.

Untuk bisa memasak rawon, butuh banyak bumbu-bumbu. Ternyata ketika membuka lemari dapur, ternyata Nick Manggo kehabisan kluwek. [Semoga teman-teman semua tahu, apa itu kluwek]. Lalu, saya tanya ke Nick Manggo. Kalau ternyata kamu kehabisan kluwek, apa yang kamu lakukan? Dia lalu menjawab, "Saya akan ke toko untuk beli kluwek." Kemudian saya tanya lagi, "Nah, kalau ternyata di toko juga kehabisan persedian kluwek, bagaimana?" Dengan kata lain, jika seandainya memang tidak ada kluwek di mana-mana, apa yang akan dilakukan? Maka Nick Manggo menjawab, "Ya, berarti nggak jadi bikin rawon..."

Nah, begitu banyak orang yang batal menjadi entrepreneur karena dia merasa kekurangan satu "bumbu" yang dibutuhkan. Dan "bumbu" itu biasanya... "ya modalnya belum ada."

Nah, bagaimana cara berpikir efektuasi itu?

Kalau ditanya, "Nick Manggo, kamu mau masak apa hari ini?" Maka dengan prinsip efektuasi, Nick Manggo akan melihat isi dapurnya, isi lemari esnya. Ternyata di lemari dapur dan lemari esnya ada ini dan itu... yang kalau dikumpulkan, bahan-bahan yang dimilikinya itu bisa untuk membuat nasi cap jay. Maka karena dia sudah punya bahan-bahan itu, dia bilang, "Saya akan bikin cap jay hari ini... Tapi dengan bahan-bahan yang ada ini, saya juga bisa bikin nasi goreng, mie kwantung atau kwetiau goreng."

Ini adalah berpikir secara efektuasi. Dengan modal yang kita punya, kita bisa punya tujuan macam-macam. Goal yang bisa dicapai juga banyak. Tapi kita mencanangkan goal itu karena kita sudah tahu modal yang kita punyai. Bahan-bahan yang kita butuhkan sudah ada di tangan. Dengan kata lain, itu yang disebut "bird in hand". 

Nah, banyak di antara kita, melihat sukses teman kita atau orang lain yang bisnis entah itu kuliner atau fashion, lantas kita ikut-ikutan. Padahal kita belum punya "modal" untuk ke sana. Modal di sini bukan berarti uang. Modal itu adalah siapakah kita, apa yang bisa kita lakukan dan siapa yang kita kenal. Mencanangkan usaha tanpa prinsip efektuasi akan sama dengan mau bikin rawon, tapi tidak melihat dulu bahwa kita sudah punya semua bumbu-bumbu yang diperlukan atau tidak.

Nah, mengapa cara berpikir ini penting bagi seorang entrepreneur? Dan mengapa bukan peluang yang kita kejar? Karena kalau kita melihat, wah ada peluang di sana, lalu kita ingin bisnis itu sementara kita tidak punya "modal", maka kita akan susah sendiri di kemudian hari. Kita seperti contoh di atas, masih harus cari di toko bahan yang belum kita punya (contoh di atas adalah kluwek). Untuk itu, kalau kita tahu apa yang sudah ada di tangan, sebagai modal yang kita punya, maka modal berapapun, kita bisa membuat sebuah bisnis. Tak ada alasan bahwa kita tidak cukup punya modal. Itu juga sebabnya, dengan apa yang telah kita punya, maka kita ciptakan peluang itu. 

Peluang ada di mana-mana, tapi tidak semua peluang cocok untuk kita dan bisa kita manfaatkan. Sebagai mana prinsip efektuasi, hidup kita yang menentukan adalah diri kita sendiri. Kita adalah pilotnya sehingga kita jugalah yang mengendalikannya. Maka, tak ada alasan sebenarnya mengapa tidak berani untuk berusaha sendiri. Tak perlu ada alasan bahwa saya masih mengumpulkan modal usaha. Kalau kita menyadari apa yang kita punya dan bisa memanfaatkannya, maka kita akan berani melangkah untuk menjadi entrepreneur. Langkah awal menuju sukses. Tentu dengan mengkalkulasi semua resiko dengan prinisp affordable loss. Artinya, setiap usaha pasti ada resiko gagal. Kalaupun gagal, maka kegagalan itu harus bisa Anda tanggung dan jangan sampai membuat Anda terpuruk. Itu sebabnya, kalau Anda bijak dalam memutuskan untuk menjadi entrepreneur, Anda tetap akan bisa bangkit berkali-kali kembali meski jatuh. Tentu, seperti kata pak Dahlan Iskan di salah satu kesempatan, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda." 

Selamat menjadi entrepreneur!
Apa yang dimaksud dengan efektuasi? Bagaimana menjelaskan cara berpikir efektuasi ini dengan mudah supaya dapat dipahami?

Saya buat contoh begini....

Misalnya, anggap saja saya bertanya ke Nick Manggo yang saya tahu suka masak: "Nick, kamu mau masak apa hari ini?"

Lantas Nick Manggo menjawab, "Saya mau masak rawon."

Nah, pertanyaannya, mengapa Nick Manggo mau masak rawon? Ternyata dia menjawab, "karena saya ingin makan rawon hari ini."

Jawaban ini bukan jawaban yang menggunakan prinsip efektuasi. Lho, kenapa?

Begini penjelasannya.

Untuk bisa memasak rawon, butuh banyak bumbu-bumbu. Ternyata ketika membuka lemari dapur, ternyata Nick Manggo kehabisan kluwek. [Semoga teman-teman semua tahu, apa itu kluwek]. Lalu, saya tanya ke Nick Manggo. Kalau ternyata kamu kehabisan kluwek, apa yang kamu lakukan? Dia lalu menjawab, "Saya akan ke toko untuk beli kluwek." Kemudian saya tanya lagi, "Nah, kalau ternyata di toko juga kehabisan persedian kluwek, bagaimana?" Dengan kata lain, jika seanadainya memang tidak ada kluwek di mana-mana, apa yang akan dilakukan? Maka Nick Manggo menjawab, "Ya, berarti nggak jadi bikin rawon..."

Nah, begitu banyak orang yang batal menjadi entrepreneur karena dia merasa kekurangan satu "bumbu" yang dibutuhkan. Dan "bumbu" itu biasanya... "ya modalnya belum ada."

Nah, bagaimana cara berpikir efektuasi itu?

Kalau ditanya, "Nick Manggo, kamu mau masak apa hari ini?" Maka dengan prinsip efektuasi, Nick Manggo akan melihat isi dapurnya, isi lemari esnya. Ternyata di lemari dapur dan lemari esnya ada ini dan itu... yang kalau dikumpulkan, bahan-bahan yang dimilikinya itu bisa untuk membuat nasi cap jay. Maka karena dia sudah punya bahan-bahan itu, dia bilang, "Saya akan bikin cap jay hari ini... Tapi dengan bahan-bahan yang ada ini, saya juga bisa bikin nasi goreng, mie kwantung atau kwetiau goreng."

Ini adalah berpikir secara efektuasi. Dengan modal yang kita punya, kita bisa punya tujuan macam-macam. Goal yang bisa dicapai juga banyak. Tapi kita mencanangkan goal itu karena kita sudah tahu modal yang kita punyai. Bahan-bahan yang kita butuhkan sudah ada di tangan. Dengan kata lain, itu yang disebut "bird in hand".

Nah, banyak di antara kita, melihat sukses teman kita atau orang lain yang bisnis entah itu kuliner atau fashion, lantas kita ikut-ikutan. Padahal kita belum punya "modal" untuk ke sana. Modal di sini bukan berarti uang. Modal itu adalah siapakah kita, apa yang bisa kita lakukan dan siapa yang kita kenal. Mencanangkan usaha tanpa prinsip efektuasi akan sama dengan mau bikin rawon, tapi tidak melihat dulu bahwa kita sudah punya semua bumbu-bumbu yang diperlukan atau tidak.

Nah, mengapa cara berpikir ini penting bagi seorang entrepreneur? Dan mengapa bukan peluang yang kita kejar? Karena kalau kita melihat, wah ada peluang di sana, lalu kita ingin bisnis itu sementara kita tidak punya "modal", maka kita akan susah sendiri di kemudian hari. Kita seperti contoh di atas, masih harus cari di toko bahan yang belum kita punya (contoh di atas adalah kluwek). Untuk itu, kalau kita tahu apa yang sudah ada di tangan, sebagai modal yang kita punya, maka modal berapapun, kita bisa membuat sebuah bisnis. Tak ada alasan bahwa kita tidak cukup punya modal. Itu juga sebabnya, dengan apa yang telah kita punya, maka kita ciptakan peluang itu.

Peluang ada di mana-mana, tapi tidak semua peluang cocok untuk kita dan bisa kita manfaatkan. Sebagai mana prinsip efektuasi, hidup kita yang menentukan adalah diri kita sendiri. Kita adalah pilotnya sehingga kita jugalah yang mengendalikannya. Maka, tak ada alasan sebenarnya mengapa tidak berani untuk berusaha sendiri. Tak perlu ada alasan bahwa saya masih mengumpulkan modal usaha. Kalau kita menyadari apa yang kita punya dan bisa memanfaatkannya, maka kita akan berani melangkah untuk menjadi entrepreneur. Langkah awal menuju sukses. Tentu dengan mengkalkulasi semua resiko dengan prinisp affordable loss. Artinya, setiap usaha pasti ada resiko gagal. Kalaupun gagal, maka kegagalan itu harus bisa Anda tanggung dan jangan sampai membuat Anda terpuruk. Itu sebabnya, kalau Anda bijak dalam memutuskan untuk menjadi entrepreneur, Anda tetap akan bisa bangkit berkali-kali kembali meski jatuh. Tentu, seperti kata pak Dahlan Iskan di salah satu kesempatan, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda."

Selamat menjadi entrepreneur!