13 Apr 2014

Berani Mengambil Resiko dengan Perhitungan


Banyak orang ingin membuka usaha sendiri. Tapi seringkali ragu-ragu untuk memulainya. Entah apa pun alasannya. Misalnya, modal belum cukup, atau mungkin pengalaman juga masih kurang. Tapi pada umumnya mengapa mereka tidak berani bertindak? Karena mereka masih memikirkan resiko-resiko yang akan dihadapinya. Orang takut menghadapi resiko karena yang kita hadapi adalah sebuah masa depan yang tidak pasti. Entrepreneur selalu menghadapi keadaan di masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu bagaimana kita mengatur supaya kita bisa mengkalkulasi resiko itu dengan sebaik-baiknya.

Setiap Entrepreneur tahu bagaimana dia mengkalkulasi sebuah resiko. Artinya begini. Resiko pada satu orang akan dipersepsi dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melihat resiko itu dia sanggup hadapi, ada yang juga melihat bahwa dia tidak sanggup mengahadapinya. Ini tergantung dari pengalaman yang bersangkutan dan sejauh mana frekuensi atau akibat kepada yang bersangkutan juga.

Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh profesor Saras D. Sarasvathy tentang teori Efektuasi. Teori efektuasi ini punya lima prinsip. Salah satu prinsip yang paling utama adalah apa yang kita punya, karena Entrepreneur berangkat dari apa yang dia miliki, siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan. Tapi mengapa ada orang yang merasa bisa melakukan tapi tidak mau melakukan? Ya, karena masalah resiko ini. Nah, Profesor Saras D. Sarasvathy mengatakan bahwa Entrepreneur yang sukses itu melakukan usahanya dengan sistem Affordable Loss. Artinya, dia tahu apa yang dia lakukan atau dia keluarkan, baik itu modal, baik itu tenaga, pikiran, itu dia siap menanggung kerugiannya. Kalaupun rugi atau gagal, dia tidak masalah dan bisa bangkit lagi.

Contoh, ketika ada orang mau menjadi caleg, dan dia mengeluarkan banyak uang karena sangat ingin jadi anggota legislatif, maka pertanyaannya, apakah dia melakukan prinsip affordable loss ini atau tidak? Bagaimana jika dia tidak terpilih? Kalau dia tidak siap, bisa saja mengalami gangguan kejiwaan. Nah, hal yang sama dala dunia bisnis, prinsip ini harus diperhatikan baik-baik. Seberapa besar affordable loss yang Anda miliki?

Bagaimana orang menanggung kerugian itu berbeda-beda. Bagi satu orang mungkin sepuluh juta sudah luar biasa berat, bagi orang lain mungkin sepuluh juta tidak ada masalah. Kita bisa melihat bahwa resiko itu ada beraneka ragam. Pada prinsipnya ada dua macam resiko. Yaitu resiko finansial, dan resiko non finansial. Seperti kita ketahui, resiko finansial tentunya bahwa setiap kali usaha yang kita lakukan tentu bisa berakibat kerugian daripada uang yang telah kita berikan untuk usaha kita.

Di sini masalah persepsi terhadap resiko memegang peranan penting. Juga bagaimana kecenderungan kita dalam mengambil resiko. Kalau kita banyak mengalami kegagalan, maka ini mempengaruhi persepsi kita. Banyak orang yang kemudian trauma atau takut memulai lagi. Tapi kalau kita mengalami keberhasilan atau mendapatkan hasil yang baik, maka hal ini meningkatkan kecenderungan kita untuk mengambil resiko. Ini membentuk perilaku kita dan bagaimana sikap kita jika diberi tantangan atau resiko. Kalau kita sering mengalami kedua hal ini, baik berhasil maupun gagal, maka ini melatih kita untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

Nah, bagaimana kita mengkalkulasi resiko itu? Tentunya mudah sekali kita membuat sebuah rencana bisnis. Bahwa nanti akan ada pendapatannya sekian, keuntungannya sekian. Tapi bagaimana kalau itu tidak terjadi? Sebab kita sebagai Entrepreneur tahu bahwa masa depan tidak bisa diprediksi. Kalau kita amati sebetulnya kesuksesan seorang Entrepreneur tidak lepas dari kemampuan dia untuk meningkatkan sumber daya yang dia miliki. Bagaimana dia mengajak orang lain, mengajak partnernya untuk berbisnis, karena mungkin kalau dia hanya sendiri mungkin dia mudah sekali ragu-ragu atau takut mengambil resiko. Tapi dengan adanya partner dia akan lebih berani untuk bertindak. Ini namanya membagi resiko sehingga bebannya lebih ringan.

Demikian juga satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah mentor. Seorang yang ingin berhasil, dia perlu sekali mentor. Mentor tidak harus selalu orang yang cerdas, sukses. Tapi orang yang bisa memberi dia support, dukungan, pengarahan, tahu arah mana yang harus dituju supaya dia bisa berhasil. Sebab kadangkala orang melihat sebuah resiko dengan persepsinya dia, bisa berbeda kalau dilihat oleh persepsi orang lain. Nah, cara-cara seperti ini harus dilakukan. Kita tidak mungkin sukses dengan seorang diri. Kita membutuhkan orang lain. Kita harus bisa meningkatkan apa yang kita punya supaya kita berhasil.

Salam entrepreneur.


Popular Posts